Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang cerdas, ceria dan sehat. Tahun-tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan masa yang penuh kesempatan dan tantangan dalam perkembangan anak.
Bagaimana jika tanpa kita sadari anak yang kita lahirkan mengalami gangguan penyimpangan tumbuh kembangnya, yang salah satunya adalah gangguan pendengaran dan kita terlambat mengetahuinya? Dan mengetahui gejala awal ketunarunguan anak sejak bayi baru lahir akan dapat menyelamatkannya akibat gangguan pendengarannya.
Gangguan pendengaran adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan gangguan pada fungsi pendengaran yaitu ketika telinga tidak dapat menangkap atau mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran bisa terjadi sejak bayi lahir, pada masa balita, dan pada usia dewasa.
Deteksi dini perlu dilakukan yang bertujuan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra Sekolah. Dengan ditemukannya secara dini, penyimpangan atau masalah tumbuh kembang pada anak, maka upaya intervensi yang akan dilakukan akan lebih mudah dan fokus. Selain itu, kita juga mempunyai waktu yang cukup dalam memberikan tindakan atau intervensi yang sesuai dengan kondisi anak.
Sebagai orang tua kita harus waspada dan jeli dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak anak itu dilahirkan. Bayi yang mengalami gangguan pendengaran sejak lahir kalau tidak segera ditangani akan semakin susah penangananya. Dan hal itu akan berpengaruh pada perkembangan bahasa, perkembangan sosial, emosi, dan mentalnya.
Sebagai orang awam tentu kita akan dihadapkan berbagai pertanyaan seperti, bagaimana cara kita mendeteksi dan mengetahui bahwa bayi kita mengalami gangguan pendengaran? Dan apa saja yang harus kita lakukan?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu yang perlu kita ketahui adalah ciri-ciri anak atau bayi yang mengalami gangguan pendengaran. Ciri-ciri bayi yang mengalami gangguan pendengaran dapat dideteksi sejak usia 1 bulan sampai 24 bulan.
Jika pada usia 1 bulan sampai dengan 9 bulan, kita mendapati bayi tidak terkejut ketika mendengar suara dengan volume tinggi, tidak terlihat merespons ketika dipanggil oleh suara yang familiar, tidak berceloteh “ma-ma”, “da-da”, “ta-ta”, atau sejenisnya, tidak tertarik dengan mainan yang mengeluarkan bunyi, tidak bermain ludah atau menyembur-nyembur, tidak bisa meniup, tidak bisa menghisap dan menyedot minuman, kita perlu waspada.
Selanjutnya jika pada usia 9 bulan sampai dengan 24 bulan bayi kita terlihat, tidak mengucapkan berbagai macam suara dengan berbagai suku kata, tidak menunjukkan respons ketika namanya dipanggil, tidak bisa ditenangkan oleh orang sekitarnya ketika rewel, tidak mengeluarkan berbagai macam informasi untuk mengekspresikan rasa senang, kesal, atau sedih; tidak tertarik mendengarkan cerita atau lagu, tidak sering bernyanyi atau berbicara, tidak mampu menunjuk anggota tubuh saat orang tua meminta menunjuk, tidak mampu mengucapkan kata sederhana yang rutin dilakukan sehari-hari seperti kata “makan”, “mama”, dan “papa”, hal itu juga harus diwaspadai.
Mengenali Penyebab Tunarungu Anak Usia Dini
Penyebab gangguan pendengaran pada anak bisa bermacam-macam. Menurut ketua Perhimpunan Ahli THT Bedah Kepala Leher (PERHATI-KL), dr. Soekirman Soekin, Sp.THT-KL.,M.Kes, setengah dari seluruh kasus gangguan pendengaran anak dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan beberapa hal lain di antaranya karena memiliki riwayat gangguan pendengaran menurun dari keluarga.
Selain kelainan genetik, gangguan pendengaran pada anak juga bisa disebabkan oleh infeksi pada ibu hamil, penggunaan obat-obatan yang ototoksik oleh ibu pada saat hamil, trauma lahir, riwayat trauma kepala pada anak, memiliki riwayat penyakit kuning, riwayat infeksi pada otak atau tulang belakang dan riwayat infeksi telinga.
Apabila gejala-gejala seperti tersebut di atas dialami anak kita, maka kita harus waspada dan segera konsultasikan ke dokter spesialis di rumah sakit terdekat. Dokter akan melakukan serangkaian tes dan pemeriksaan pendengaran untuk mengetahui apa penyebab spesifik atas gangguan pendengaran yang terjadi.
Apabila sudah terdeteksi mengalami gangguan lebih awal, penanganan pun bisa dilakukan sesegera mungkin. Misalnya dengan cara memasang alat bantu pendengaran. Pemasangan alat tersebut berfungsi untuk mematangkan saraf otak saat menangkap suara. Dengan demikian, pada pertumbuhan anak tidak mengalami tuna wicara saat dewasa.
Ditulis Oleh : Titik Kalis Wiyarti, M.MPd, Guru SLB PURNA YUDA BHAKTI SURABAYA.