Nasib Buruk Guru Honorer dari Dulu sampai Saat Ini

- Editor

Minggu, 13 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sampai tahun 2020, jumlah guru non-PNS di Indonesia mencapai 937.228 orang. Dari jumlah tersebut, 728.461 di antaranya berstatus guru honorer di sekolah.

Guru honorer di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu guru honorer yang diterima di sekolah negeri dan guru honorer yang diterima di sekolah swasta.  Guru honorer ini adalah guru yang diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi kekurangan guru.

Menjadi guru honorer menjadi pilihan mungkin karena dianggap lebih baik daripada harus menjadi buruh kasar, meskipun gajinya jauh lebih kecil. Namun setidaknya dengan menjadi guru honorer masih bisa mengabdi dan memakai seragam, meski gajinya cukup memprihatinkan.

Gaji yang diterima oleh guru honorer di sekolah-sekolah negeri didapat dari dana BOS sekolah yang biasanya diterima tiga bulan sekali. Berbeda dengan guru honor yang bekerja di sekolah swasta di mana gaji didapat dari hasil  bayar bulanan peserta didik.

Artinya, jika sekolah swasta tersebut memiliki peserta didik banyak dari kalangan ekonomi menengah ke atas, mungkin bisa memberikan gaji yang lebih layak untuk guru honorer. Namun tetap saja jika sekolah swasta hanya memiliki sedikit peserta didik dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, gaji yang diterima guru honorer jauh dari kata layak.

Oleh sebab itu, banyak guru honorer terpaksa harus mencari pekerjaan sampingan demi bertahan hidup. Namun, mereka memutuskan tetap bertahan karena satu hal, yaitu mencintai pekerjaan ini.

Minimnya gaji guru honorer ini selalu menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Pasalnya, banyak sekali guru honorer di berbagai pelosok daerah yang telah mengabdi puluhan tahun namun tidak mendapatkan apresiasi. 

Guru tetaplah seorang guru. Mereka akan terus mengabdi demi mencetak generasi masa depan yang lebih baik. Mereka tahu bahwa beberapa peserta didiknya nantinya akan menjadi orang sukses dan menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Namun dari dulu mungkin hingga nanti tidak ada yang pernah peduli dengan nasibnya

Ditulis oleh Vicky Febria. S.Pd, Guru SMA Muhammadiyah 1 Padang

Berita Terkait

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai
Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses
Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali
Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:50 WIB

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai

Jumat, 21 Juni 2024 - 13:28 WIB

Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses

Sabtu, 15 Juni 2024 - 13:59 WIB

Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Berita Terbaru