Menjadi ‘Guru’ di Rumah selama Pandemi Ternyata Bukan Perkara Mudah

- Editor

Sabtu, 7 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saya adalah seorang guru. Namun ketika harus menjadi guru di rumah untuk anak-anak sendiri, hal itu bukan perkara yang mudah. Kemudian, dapatkah Anda membayangkan kesulitan yang dihadapi orang tua ketika harus menjadi guru bagi anak-anak mereka sendiri di rumah di masa pandemi Covid-19?

Pandemi Covid-19 barangkali sudah begitu akrab di telinga kita semua. Begitu banyak hal yang berubah karenanya. Hampir di semua sektor, termasuk dunia pendidikan. Seolah-olah pandemi ini mengobrak-abrik semuanya. Pandemi membuat peserta didik terpaksa harus belajar dari rumah dengan melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara online.

Terhitung sejak Senin, 16 Maret 2020, sistem pembelajaran daring atau online mulai diberlakukan di berbagai daerah. Semenjak saat itulah, orang tua secara umum dituntut harus siap menjadi guru di rumah.

Ternyata menjadi orang tua sekaligus guru di rumah ini bukanlah perkara yang mudah. Saya sendiri memang berprofesi sebagai seorang guru di sebuah MTs Negeri di daerah di mana saya tinggal. Namun, ketika saya mengajarkan anak-anak saya sendiri di rumah, saya justru merasa gagal. Artinya, ketika saya berada di sekolah mengajarkan murid-murid saya di kelas, saya bisa dengan begitu semangat dan sabar mengajari mereka sampai mereka paham.

Akan tetapi, sikap saya tidaklah demikian ketika saya menghadapi anak-anak saya sendiri di rumah. Saya cenderung lebih cepat marah, kesal dan emosi. Ketika anak-anak saya tidak memperhatikan penjelasan saya, apalagi sulit paham, tidak jarang bentakan dan mata melotot  saya lemparkan pada mereka.

Dari sini saya mulai berpikir, apa sebenarnya yang membuat saya bisa berbeda. Seolah-olah saya seperti lebih sayang dan perhatian terhadap murid-murid saya. Padahal tentu saja tidak demikian. Mana mungkin ada orang tua yang lebih sayang dan perhatian kepada anak orang lain daripada anak sendiri. Ya atau tidak?

Hal ini barangkali dapat terjadi karena adanya peran ganda yang harus saya jalani selama pandemi ini. Di satu sisi saya harus menjadi orang tua, seorang ibu dengan setumpuk tugas dan tanggung jawab mengurus rumah tangga seperti membereskan rumah, memasak, mencuci, menyetrika, mengurus suami dan anak-anak, kemudian harus ditambah lagi dengan menjadi guru di rumah untuk anak-anak saya seperti sekarang ini. Barangkali kalau hanya sekedar membantu mereka untuk menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) seperti dulu sebelum pandemi, hal tersebut tentu saja tidak akan terasa begitu berat.

Bayangkan saja, sudah hampir dua tahun setiap hari seperti ini. Berkutat di rumah dengan segunung aktivitas. Seakan-akan waktu 1 x 24 jam tidak cukup untuk menyelesaikan semua pekerjaan yang ada. Mulai dari mengurus rumah tangga, mengajar murid-murid saya, ditambah lagi kudu menjadi guru untuk anak-anak sendiri, dengan tugas dari guru mereka yang seringkali tidak masuk akal. Belum lagi jika ada tugas-tugas praktik dan lainnya.

Dulu di awal-awal pandemi memasuki bulan pertama dan kedua, saya masih bisa menikmati. Artinya saya mencoba jalani dua peran ini dengan santai. Tapi semakin ke sini justru membuat saya menjadi stres. Kalau sudah seperti ini. Siapa yang harus disalahkan?

Nah, dari sini saya dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, dari sudut pandang sebagai orang tua ternyata mengawasi dan membimbing anak belajar di rumah bukanlah perkara yang mudah. Oleh sebab itu sebagai orang tua, hendaknya perlu lebih bersikap bijaksana terhadap guru. Jangan terlalu cepat menyalahkan guru ketika dalam mengajarkan anak-anak masih banyak kekurangan. 

Kedua, dari sisi sudut pandang saya sebagai guru bahwa saya harus bisa memahami kondisi murid-murid saya ketika mereka terlambat mengumpulkan tugas. Karena barangkali terkendala dengan akses, seperti ketersediaan ponsel dan juga kuota internet. Sebagai guru juga harus bisa memahami kondisi orang tua siswa. Dan tidak menjejali mereka dengan tugas-tugas yang menumpuk. Dan yang paling penting adalah sebagai guru saya berusaha mencari dan menggunakan metode pembelajaran yang kreatif agar kegiatan pembelajaran daring ini tidak membosankan.

Hal inilah yang patut disikapi oleh kita semua. Orang tua, guru, murid dan pihak-pihak lain yang terkait, semuanya harus senantiasa bersabar dan juga berdoa agar pandemi segera berakhir. Sehingga anak-anak kita bisa bersekolah seperti sedia kala. Orang tua bisa menjalankan rutinitas seperti biasa di rumah dengan tenang. Guru bisa melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah secara lebih efektif.

Semoga kesabaran kita semua ini, terutama sebagai orang tua dalam membimbing anak-anak di rumah semakin kuat. Orang tua perlu sering berkomunikasi dengan guru terkait dengan perkembangan anak. Dengan begitu diharapkan orang tua dapat melakukan pembelajaran di rumah dengan menyenangkan. Sehingga tercipta suasana yang nyaman di rumah setiap kali anak belajar dan tentunya tetap bersemangat. Hingga suasana kembali normal.

Ditulis oleh Hariyanti, SPd. (Guru di MTs Negeri 1 Mataram)

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis