Meniti Jalan Menjadi Guru: Widiyaningrum Dewi

- Editor

Minggu, 20 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Widiyaningrum Dewi, S.Pd

Berbicara tentang guru menjadikanku teringat kepada sosok-sosok guru ketika aku masih menempuh pendidikan sekolah dasar. Aku menempuh pendidikan sekolah dasar di desaku yang tak jauh dari rumah, hanya berjarak 100 meter. Aku lalui itu bersama guru-guru hebat, santun, bermartabat, dan inspiratif. Banyak kenangan yang aku dapatkan saat melalui masa-masa itu, baik dengan teman sekelas, teman satu sekolah, maupun dengan guru-gurunya.

Saat aku duduk di bangku kelas 1 SD, belum banyak pengalaman yang mengesankan. Semuanya berjalan biasa-biasa saja. Hal ini mungkin disebabkan karena aku belum mengerti dan paham betul tentang apa itu sekolah. Aku hanya tahu aku berangkat ke sekolah, belajar, dan pulang. Dan sebenarnya yang lebih menyenangkan adalah saat bermain dengan teman-teman, tidak ada beban untuk belajar. Namun demikian, apa yang diajarkan dan dikatakan oleh guru aku lakukan dengan baik, seperti tidak datang terlambat ke sekolah, mendengarkan ketika guru sedang berbicara, sopan-santun dalam bersikap, dan hal-hal baik lainnya.

Ketika duduk di kelas 2, tidak ada perubahan yang signifikan. Hari-hari kulalui seperti saat aku masih duduk di bangku kelas 1. Aku masih ingat di kelas 2 sekolah dasar ini, aku diajar dan dibimbing oleh seorang ibu guru yang sangat baik, sabar, dan telaten. 

Perlu diketahui bahwa sekolahku waktu itu hanya memiliki lima ruangan untuk pembelajaran. Pembelajaran kelas 2 dilaksanakan setelah kelas 1 selesai. Aku  dan teman-temanku sering berebut tempat duduk di bangku barisan nomor urut dua dari depan. Kadang kami sampai ribut. 

Menginjak kelas 3, aku sudah mulai mengerti apa itu belajar, ulangan, dan lainnya yang berkaitan dengan dunia sekolah. Aku mulai terkesan dan terkesima dengan sosok guru kelasku yang pandai dalam menyampaikan materi dan sabar dalam menghadapi kami. Guru kelasku tersebut seorang lelaki berambut kribo, kulit sawo matang, dan postur tubuh yang kurus. Walaupun beliau seorang lelaki, namun tubuh beliau sangat lentur saat mengajarkan pelajaran tari. Pada saat pelajaran olahraga, beliau juga sigap dalam mengajari kami tentang permainan bola.

Saat aku kelas 4, aku dibimbing dan dididik oleh sosok guru wanita yang lemah-lembut dalam bertutur. Beliau mempunyai postur tubuh semampai dan enak dipandang. Rambut beliau hitam, lurus dan sering diikat. Guruku ini sering menunjukku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, baik saat pembelajaran di dalam atau di luar kelas. Aku merasa senang dan bangga karena beliau memiliki perhatian lebih terhadap kemampuanku. Dan aku termasuk tiga besar dalam setiap penerimaan rapor di akhir semester dan di akhir tahun. Hal tersebut menjadikan aku jadi lebih giat belajar, berlatih, dan semangat dalam mengikuti pembelajaran di sekolah sehingga prestasiku semakin meningkat.

Di kelas 4 ini, aku dan teman-teman satu kelas mulai diajari menjadi petugas upacara bendera setiap hari Senin. Sebelum pulang sekolah di hari Sabtu siang, kami latihan dan mempersiapkan diri untuk menjadi petugas upacara bendera. 

Petugas upacara bendera setiap hari Senin ditujukan kepada siswa kelas 4, 5, dan 6 secara bergiliran. Hampir setiap kelasku mendapat giliran menjadi petugas upacara bendera, aku sering mendapat tanggung jawab sebagai salah satu petugasnya. Tugas yang aku emban biasanya menjadi pembaca susunan upacara, pembawa teks Pancasila, dan menjadi petugas pengibar bendera merah putih. Senang rasanya apabila tugas dapat kami lakukan dengan baik. 

Ketika aku duduk di bangku kelas 5, aku juga sangat respek terhadap guru kelasku. Guru kelasku ini adalah seorang wanita yang disegani oleh semua warga sekolah. Dengan postur yang gemuk, rambut ikal yang selalu diikat ekor kuda, postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, serta suaranya yang lantang berwibawa, menjadikan beliau sebagai sosok guru yang disegani. Dalam kesehariannya beliau selalu naik angkot untuk hadir ke sekolah, walaupun sesekali diantar oleh suami atau putranya. Jarak rumah beliau ke tempat kami menimba ilmu lumayan jauh, kira-kira 5 km. 

Sosok guru kelas 5-ku ini sebenarnya sangatlah menyenangkan dan patut menjadi panutan, terutama tentang kesabaran dan ketelatenan beliau ketika menghadapi kami yang sering susah diatur dan lebih suka bermain daripada belajar. Kecerdasan dan kepiawaian beliau dalam menyampaikan materi pelajaran membuat kami mudah paham. Beliau benar-benar salah satu sosok seorang guru yang diidolakan oleh siswa-siswanya.

Ada pengalaman yang sangat berkesan ketika aku menjadi anak didik beliau. Suatu hari ketika akan diadakan lomba cerdas cermat, beliau datang ke rumah untuk meminta izin kepada orang tuaku. Padahal biasanya apabila akan diadakan lomba, tidak ada guru yang meminta izin. Tetapi beliau dengan santun memohon izin orang tua siswa apabila anaknya akan diikutkan lomba.

Di samping itu, aku juga sangat respek terhadap perhatian beliau kepadaku. Suatu ketika, saat ulangan harian, aku salah menjawab pertanyaan karena aku tidak paham dengan maksud pertanyaannya. Dengan perhatian penuh, beliau menjelaskan maksud dari pertanyaan tersebut sehingga aku paham dan menjawab pertanyaan dengan benar. Tentu saja ini menjadikanku senang dan bangga kepada beliau. 

Kesan dan pengalaman baik terhadap sosok seorang guru juga aku alami ketika berada di bangku kelas 6. Guru kelasku ketika itu adalah seorang lelaki paruh baya. Beliau mempunyai postur tubuh yang biasa-biasa saja seperti layaknya orang Indonesia. Wajah beliau tampak sangat ‘kebapakan’ dengan hidung mancung dan rambut ikal. Tempat tinggal beliau lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 5 km. Dengan mengendarai sepeda motor, beliau datang ke sekolah setiap harinya. Menurut kami, beliau termasuk sosok guru yang tegas, disiplin, dan berwibawa. Kami sangat kagum akan kepiawaian beliau dalam menyampaikan materi pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan.

Masa-masa kelas 6 sekolah dasar merupakan masa yang agak menegangkan bagi kami. Sebab, kami harus menghadapi ujian akhir sekolah dan ujian nasional. Dengan penuh kesabaran, ketelatenan, dan kedisiplinan, guruku di kelas 6 terus membimbing kami untuk lebih giat dan semangat dalam belajar. 

Dalam seminggu, kami diberikan materi pelajaran tambahan selama tiga kali yaitu setiap sore pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Atas bimbingan dan arahan beliau serta keseriusan kami dalam belajar membuahkan hasil. Kami semua lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Sebuah prestasi yang mengharumkan nama baik sekolah dasar kami. 

Dari pengalaman-pengalaman itu, menjadikan aku mengerti betapa mulianya seorang guru. Mereka menjalankan tugasnya dengan sabar, ikhlas tanpa pamrih, tanpa mengenal waktu, dan tanpa mengharap pujian. Terima kasih aku ucapkan kepada guru-guruku di sekolah dasar yang telah membimbingku. Semoga menjadi amalan yang pahalanya mengalir terus-menerus. Pantaslah mereka disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Menjadi Guru

Seiring berjalannya waktu, aku juga menjadi seorang guru sekolah dasar. Sebuah profesi yang tidak pernah aku bayangkan dan cita-citakan sebelumnya. Irama kehidupan yang menuntunku menjadi seorang guru.

Karierku menjadi seorang guru dimulai dari mengisi kekosongan guru untuk mengajarkan bahasa asing di sebuah sekolah dasar—yang sampai sekarang menjadi tempatku bertugas. Tanpa terasa tugas itu aku jalani selama sekitar 4 tahunan hingga akhirnya diangkat sebagai pengajar tetap di kelas rendah. Setelah itu juga diberi amanah membimbing siswa kelas 4, 5, dan 6. 

Dengan demikian tugasku di pagi hari adalah mengajar di kelas rendah kemudian siangnya dilanjutkan mengajar bahasa asing di kelas tinggi. Tugas merangkap ini aku lakukan tiga hari dalam seminggu. Sebagai seorang guru yang masih minim pengalaman dan sedikit pengetahuan waktu, aku berusaha untuk terus belajar dan berusaha untuk menjadi seorang guru yang layak disebut sebagai guru. 

Seiring berjalannya waktu bahwa seorang guru harus mempunyai ijazah yang linear atau sesuai dengan apa yang dijalani. Artinya seorang guru SD harus mempunyai ijazah mengajar SD atau ijazah PGSD. Maka sesuai regulasi yang berlaku, akupun harus mengikuti aturan tersebut dengan menempuh pendidikan lagi. 

Pendidikan ini aku lakukan setiap hari Jumat siang, Sabtu siang, Minggu pagi, dan saat hari libur. Sehingga kegiatan tersebut tidak mengganggu aktivitasku sebagai guru di sekolah dasar. Suatu perjuangan untuk menambah wawasan, kemampuan, dan kompetensi diri sebagai guru. Karena untuk menjadi seorang guru harus mempunyai kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Dengan niat untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman, aku dapat menjalankan tugas dan kewajibanku dengan baik. Aku dapat menyelesaikan pendidikanku dengan hasil yang sangat memuaskan. Hal ini menambah semangat dan tekadku untuk menjadi seorang guru yang mau terus belajar dan berusaha ke arah yang lebih baik. 

Aku merasakan keberkahan dengan menjadi seorang guru. Dan semoga pengabdianku dapat memberikan manfaat bagi diriku dan siswa-siswa yang aku bimbing. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis