Oleh Fivin Noviyanti, S.Pd.
Mengajar di SMAN 1 Mancak
Dahulu, menjadi seorang guru bukanlah cita-cita saya. Setiap kali ditanya oleh guru di kelas, saya selalu menjawab “Ingin menjadi pramugari” karena ingin keliling dunia naik pesawat. Cita-cita ingin menjadi pramugari selalu terbesit hingga SMA.
Namun, ketika saya duduk di bangku kelas XII, cita-cita itu hilang begitu saja. Kemudian saya dipanggil guru Bimbingan dan Konseling untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat ( PMDK) dengan nilai rapot.
Hal tersebut lalu saya sampaikan kepada kedua orang tua, hingga Ibu saya pada waktu itu menyarankan untuk mengambil jurusan pendidikan.
“Perempuan baiknya jadi guru saja, karena jadi guru masih bisa sambil mengurus rumah tangga dan sudah pasti memberikan ilmu yang bermanfaat yang kelak dapat menjadi amal jariyah”, tutur Ibu pada saat itu.
Akhirnya, saya memutuskan untuk mengambil jurusan Biologi di universitas negeri terdekat dengan tempat tinggal. Karena kala itu, orang tua masih mengkhawatirkan jika anak perempuannya harus jauh dari orang tuanya.
Pada saat pengumuman tiba, saya dinyatakan lulus seleksi dan akhirnya resmi menjadi mahasiswa di universitas pilihan.
Saya adalah anak dari orang yang berprofesi sebagai pedagang; Bapak adalah pedagang bakso keliling dan Ibu penjual jamu. Banyak yang tidak yakin bahwa saya bisa melanjutkan kuliah, karena keadaan ekonomi yang terbatas. Namun dengan tekad, semangat, dan dukungan penuh orang tua membuat saya yakin bisa untuk tetap melanjutkan pendidikan.
Selama kuliah, saya harus mampu meringankan biaya yang harus ditanggung oleh orang tua. Saya pun belajar sungguh-sungguh untuk mempertahankan IPK supaya selalu mendapatkan beasiswa dari Dikti waktu itu. Syarat utama mendapatkan beasiswa itu IPK harus di atas 3,5.
Selain dari beasiswa selama menjadi mahasiswa, saya juga menjadi pengajar di suatu lembaga Bimbel, untuk mendapatkan uang saku. Dan setelah 4 tahun menjadi mahasiswa, akhirnya pada bulan April 2013 saya diwisuda.
Oktober 2013, saya pertama kali mengajar di SMK dan MTs swasta. Di tahun yang sama, saya juga mengajar di sebuah SMA negeri dengan mengampu mata pelajaran Biologi. Setelah 5 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk resign dari SMK dan Mts karena saya sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Mulai saat itu saya hanya mengajar di SMA negeri hingga sekarang. Selama mengajar di SMA negeri tersebut, saya diamanatkan untuk menjadi wali kelas dan pembina ekstrakurikuler.
Beberapa kali saya mengikuti tes CPNS, namun gagal. Pada tahun 2022, ketika pemerintah mengadakan seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), saya mencoba ikut seleksi tersebut dan lulus dengan mata pelajaran yang baru bagi saya yaitu Prakarya dan Kewirausahaan. Karena pada saat itu, kualifikasi ijazah saya linier dengan mapel tersebut sesuai dengan SE Linieritas PPPK.
Di tahun yang sama pula, saya dipanggil untuk mengikuti seleksi Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan saya mengikuti seleksi tersebut dan dinyatakan lulus seleksi akademik. Tinggal menunggu untuk mendapatkan kuota menjadi mahasiswa PPG.
Sungguh rezeki yang sangat luar biasa dari Allah SWT. Saya selalu mengingat pesan Ibu, bahwa menjadi guru adalah ladang pahala, ilmu bermanfaat yang akan menjadi amal jariah ketika kita tidak ada nanti. Rezeki yang bersifat duniawi dari mengajar adalah sekadar bonus.
Kepada para guru di manapun berada, tanamkan ikhlas dalam hati, kerjakan profesi ini dengan sepenuh hati mengharap Ridha Allah. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.