Sekarang kegiatan membaca sangat kurang digemari. Membaca buku pelajaran apalagi. Menimbulkan minat baca bagi siswa adalah termasuk hal yang tak mudah di sekolah. Apalagi bagi mereka yang dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat, membaca bukan merupakan budaya untuk mengembangkan diri.
Ditambah dengan perkembangan gadget yang membuat kegiatan membaca semakin tersingkir. Akhirnya pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang indikatornya mengarah pada kemampuan membaca seringkali menemukan kendala.
Sementara itu, kondisi pandemi saat ini mengharuskan kita belajar daring, membuat hal tersebut semakin rumit. Khususnya di kelas 5 SD, di mana kondisi dan latar belakang siswanya beragam. Dan jadilah muatan pelajaran Bahasa Indonesia menjadi muatan pembelajaran yang kurang diminati siswa.
Melalui pengamatan singkat saya, ternyata masih ada celah kecil menuju penanaman minat baca pada siswa. Mayoritas anak-anak menyukai komik. Dari situ lah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca siswa dapat dikembangkan. Kemampuan anak-anak dalam mengembangkan ide pokok dari sebuah paragraf yang merupakan kompetensi dasar yang harus dicapai di kelas 5 SD dapat dimulai.
Pada smartphone Android saat ini terdapat banyak sekali jenis aplikasi komik yang mudah digunakan siswa. Setelah siswa menginstal aplikasi komik tersebut, mereka dapat mudah membuat komik karya mereka sendiri. Mereka bebas menentukan tokoh cerita dan mengisi balon kata-kata dengan percakapan buatan mereka.
Dengan cara tersebut, tanpa sadar mereka sudah belajar tentang alur cerita, tokoh cerita, dan percakapan yang merupakan kalimat langsung. Perlahan kegiatan dapat diarahkan menuju tujuan pembelajaran.
Di awal kegiatan pengenalan aplikasi komik, siswa perlu diberi kebebasan membuat alur cerita sendiri namun berdasarkan tema yang ditentukan. Misalnya tema olahraga, maka siswa akan membuat komik dengan tema tersebut.
Kemudian pada tahap berikutnya, guru menentukan berapa jumlah percakapan yang harus mereka buat sesuai dengan ide pokok yang telah ditentukan. Misalnya kita menentukan empat ide pokok berupa “Hari ini hari libur”, “Mengisi hari libur dengan berolahraga”, “Dengan berolahraga tubuh terasa segar”, “Olahraga dapat menyehatkan tubuh.”
Dari ide pokok tersebut siswa mengembangkan menjadi empat percakapan tokoh komik mereka.
Berdasarkan pengalaman saya, hasilnya sangat di luar dugaan. Kalimat-kalimat ciptaan mereka pun membuat kagum. Mengembangkan ide pokok menjadi lebih ringan tanpa beban karena dilakukan dengan gembira.
Setelah penggunaan teknik di atas membuat siswa terampil mengembangkan ide pokok ke dalam percakapan. Kemudian pada pembuatan sebuah paragraf. Cara ini menjadikan minat membaca serta kemampuan menulis siswa lebih baik. Kalimat-kalimat pada paragraf yang disusun siswa menjadi lebih hidup dan teratur.
Selanjutnya diharapkan siswa menjadi terbiasa mengembangkan ide-ide pokok ke dalam paragraf tanpa harus membuat komik. Demikian pula sebaliknya, jika ditugaskan untuk menentukan ide-ide pokok dari sebuah karangan menjadi lebih terampil.
Dari pengalaman ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang tepat bukan metode yang canggih. Melainkan metode yang efektif menunjang kegiatan belajar mengajar, serta dekat dengan kehidupan dan masa perkembangan siswa.
Memahami dunia anak bukanlah hal yang rumit. Metode pembelajaran yang sederhana seringkali menjadi hal yang istimewa bagi mereka.
Ditulis oleh RA. Karmila Damayanti, S.Pd (Guru di SDN Guntur 03 Pagi Jakarta)