Guru sering dianggap sebagai manusia serba tahu. Pernyataan ini bisa diperdebatkan. Namun yang jelas, guru merupakan salah satu sumber pengetahuan. Guru adalah tempat bertanya, fasilitator dan mediator. Tapi bukan berarti guru adalah orang yang paling hebat dan paling benar sehingga tidak mau memberi kesempatan kepada siswanya untuk terlibat dalam pengembangan bahan ajar.
Proses pembelajaran harus mengoptimalkan kemampuan dan potensi siswa, termasuk dalam pengembangan materi pembelajaran Bahasa Inggris. Siswa layak dijadikan sumber informasi dan tempat guru bertanya.
Selama ini bahasa Inggris masih merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak disukai oleh siswa. Pembelajaran Bahasa Inggris masih menghadapi tantangan yang berat, yaitu rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah, baik dari aspek kemampuan untuk mengerti bahasa Inggris sebagai pengetahuan maupun sikap terhadap mata pelajaran itu sendiri. Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap rendahnya prestasi belajar tersebut adalah ketidaktepatan strategi mengajar guru.
Sebagai seorang guru sudah sewajarnya mengubah paradigma pengajaran dari mengajar ke belajar. Sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dengan mengoptimalkan seluruh potensi siswa. Implikasinya, guru harus memahami bagaimana anak belajar Bahasa Inggris dan mampu melibatkan siswa dalam pembelajaran sehingga menjadi efektif.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Pada tahapan persiapan, usaha pertama yang dapat dilakukan guru dalam melibatkan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah merancang dan menyusun sumber belajar yang tepat, efektif, dan efisien disesuaikan dengan minat, kondisi, potensi, dan karakteristik heterogen siswanya. Dalam hal ini guru harus berupaya mencari berbagai referensi, baik berupa buku, jurnal, media massa, media elektronik, dan internet.
Kemudian merancang dan menyusun lembar kerja siswa (LKS). LKS tidak hanya merupakan kumpulan soal, tetapi merupakan sumber informasi, teori, atau penemuan terbimbing. LKS juga tidak harus selalu satu macam. Namun dapat dikembangkan ke banyak ragam dalam satu kali pertemuan.
Setelah itu, menyusun dan membuat alat peraga yang murah, mudah digunakan, praktis, dan bahan‐bahan pembuatnya mudah diperoleh di sekitar lingkungan siswa. Memilih dan menentukan skema pembelajaran yang sesuai dengan minat, kondisi, potensi dan karakteristik heterogen para siswanya juga tak kalah pentingnya.
Memilih model pembelajaran yang variatif seperti model pembelajaran kooperatif, contextual teaching learning (CTL), problem based learning (PBL), open‐ended, dan sebagainya juga masuk dalam tahap persiapan. Guru harus memiliki pengetahuan dan kemampuan mengaplikasikan model‐model pembelajaran tersebut.
Selain itu, guru harus pandai, cermat, serta tanggap terhadap kondisi di kelas. Sehingga guru bisa cepat mengantisipasi kemungkinan jika model pembelajaran yang dipilih tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru tidak boleh ngotot menggunakan satu model pembelajaran saja. Model pembelajaran yang terbaik bagi siswa adalah yang paling akomodatif terhadap kebutuhan belajar siswa.
Guru juga perlu merancang dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau lesson plan yang tepat dan sesuai. Guru dan siswa dapat bersama‐sama merancang dan memilih komponen‐komponen dalam RPP disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan belajar siswa. Misalnya dalam penentuan dan pemilihan media pembelajaran, alat peraga, model pembelajaran, dan jenis penilaian.
Siswa juga perlu diberi kesempatan untuk kreatif dalam mencari sumber belajar. Bahkan mereka sebaiknya dilibatkan dalam mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dengan tetap menyesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
Dan yang terakhir adalah melakukan kegiatan asesmen yang sesuai dengan kondisi dan potensi siswa.
Kemudian dalam pelaksanaannya, guru berperan sebagai pelayan dan fasilitator tapi tidak mendominasi kegiatan pembelajaran. Guru harus memantau kegiatan pembelajaran dan melihat proses pembelajaran. Guru hanya memberi penjelasan jika siswa membutuhkan. Hal ini penting dilakukan agar siswa terbiasa menjadi siswa otonom yang mandiri tanpa harus selalu meminta bimbingan dan bantuan guru. Jika memang perlu, guru boleh memberi penghargaan atau pujian bagi siswa atau kelompok yang telah melakukan tugas‐tugasnya dengan baik.
Guru juga berperan dalam mengatur ritme atau durasi waktu pembelajaran, tetapi jika diperlukan dapat memberi toleransi waktu sesuai dengan kebutuhan selama kegiatan pembelajaran. Dan sebaiknya guru memberi kesempatan siswa untuk mempresentasikan hasil karya individu atau karya kelompok di depan teman‐temannya agar memiliki mental berani mengemukakan pendapat di depan umum, berani menerima kritik dan saran.
Pada tahapan evaluasi, siswa menentukan penilaian terhadap siswa dan kelompok lainnya, dilakukan secara silang. Masing‐masing siswa menilai siswa atau kelompok lain. Sementara itu, guru memiliki penilaian tersendiri yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penilaian pada akhir kegiatan pembelajaran. Caranya, guru membuat catatan‐catatan penting yang berisi hal‐hal penting seperti kejadian‐kejadian lucu, aneh, atau hal‐hal menarik selama pembelajaran berlangsung.
Guru perlu meminta pendapat, kesan, atau komentar terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Jika siswa belum terbiasa bersikap terbuka, guru dapat melakukannya dalam bentuk angket sederhana yang diisi oleh siswa tanpa disertai identitas siswa.
Guru dan siswa bersama‐sama mengevaluasi kelemahan dan kelebihan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Kemudian guru membacakan catatan‐catatan yang telah dibuat disertai komentar yang menarik diselingi humor di hadapan para siswanya untuk menciptakan keakraban dan rasa kebersamaan antara guru dan siswa.
Sungguh, bukan suatu pekerjaan mudah menjadi guru Bahasa Inggris yang dapat memahami keinginan, minat, dan kebutuhan siswa yang sangat heterogen. Selama ini mungkin guru Bahasa Inggris sering digambarkan oleh siswa sebagai seorang hakim yang akan membacakan vonis bagi terdakwa. Oleh karena itu, dengan melibatkan siswa dalam mengembangkan materi pembelajaran akan membuat pembelajaran menjadi lebih nyaman dan bermakna. Sehingga materi pelajaran lebih mudah diterima oleh siswa.
Ditulis oleh Karmi, S.Pd (Guru di MAN 1 Bungo)