Energi positif seorang guru dapat diperoleh dari siswa saat bertemu di sekolah. Lamanya tidak ada pertemuan secara langsung dengan anak-anak maka energi positif tersebut dapat menurun sehingga bisa berdampak kepada kesehatan mental guru.
Kurang lebih selama dua tahun, guru dan siswa tidak dapat bertemu secara langsung. Semua itu disebabkan karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat keadaan semakin tidak menentu. Akibat dari pandemi tersebut, sudah banyak guru yang terganggu kesehatan mentalnya.
Apalagi ketika pemerintah menjanjikan akan diadakan belajar dengan Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas untuk tahun ajaran 2021/2022. Namun hal itu tidak dapat terlaksana karena situasi dan kondisi yang belum memungkinkan. Harapan palsu seperti tentunya dapat menambah gangguan stabilitas mental guru.
Sementara itu, dalam situasi pandemi Covid-19, guru seringkali dihadapkan pada masalah-masalah dalam pembelajaran daring. Setelah melewati satu setengah tahun masa pandemi para guru sudah sempat mempersiapkan diri untuk menggelar pembelajaran Pertemuan Tatap Muka (PTM) terbatas. Namun akhirnya tidak jadi.
Rasa sedih, kecewa, stres kerap menghantui para guru lagi. Karena dalam proses mempersiapkan diri untuk pelaksanaan pertemuan tatap muka terbatas, para guru sudah membuat kurikulum, lembar kerja siswa, sarana protokol kesehatan di sekolah, dan lain sebagainya. Semua itu seolah menjadi sia-sia. Harapan jadi sirna seketika, karena awalnya para guru sudah merasa senang akan dapat mengajar dan bertemu dengan anak-anak di sekolah.
Dari beberapa responden kalangan guru dalam menghadapi hidup di masa pandemi ini, mereka mengaku mengalami beberapa gangguan secara mental seperti mudah merasa lelah, lemas berkepanjangan, mengalami perubahan berat badan yang drastis, perubahan penampilan dikarenakan gangguan pola tidur dan makan yang tidak teratur.
Selain itu, sebagian mereka mengaku sering mimpi buruk, dihantui rasa cemas, jantung berdebar, perut mual, dan sakit kepala sehingga tidak mampu mengambil keputusan dengan baik.
Perasaan sedih, mudah marah, ketakutan yang berlebihan sehingga merasa kehilangan kepercayaan diri bisa muncul secara tiba-tiba. Bahkan lebih parah lagi, ada guru yang menarik diri dari kehidupan sosial dan tidak memiliki minat lagi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Dampak lain yang timbul dari pandemi adalah di mana para guru sering dihadapkan pada permasalahan-permasalahan seperti beban kerja yang bertambah, jam kerja tidak menentu, sulit membagi waktu, menghadapi keluhan yang datang dari orang tua, muncul permasalahan dalam keluarga, sulit dalam penggunaan teknologi yang harus disesuaikan dengan status sosial-ekonomi orang tua siswa, dan lain sebagainya.
Masa pandemi Covid-19 belum berakhir hingga hari ini. Namun demikian, seyogyanya agar para guru berusaha memperhatikan dan menjaga kesehatan mental dengan membiasakan berpikir positif, beristirahat yang cukup, atau melakukan hobi.
Sesekali kita sebagai guru perlu membuat kegiatan menyenangkan bersama teman-teman yang dapat dilakukan secara online, mengikuti kegiatan komunitas guru atau komunitas hobi. Semua itu dapat menghilangkan rasa stres dan meringankan beban mental.
Adapun untuk menjaga kesehatan fisik dapat dilakukan dengan cara berolahraga secara rutin.
Hindari membaca berita tentang Covid-19 dari sumber yang tidak jelas karena dapat terindikasi hoaks. Bacalah berita-berita dari sumber yang terpercaya. Jika perlu, bergabunglah di grup-grup sosial media yang dapat meningkatkan motivasi diri serta potensi diri dan dapat menghadirkan hiburan.
Guru yang sehat mentalnya adalah guru yang dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan mental. Hal tersebut perlu diingat karena kesehatan mental seorang guru yang baik dapat membentuk pribadi yang berwibawa dalam memahami dan mengajarkan siswa untuk mengantar mereka menjadi generasi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Ditulis oleh Dedi Supriyadi, S.Pd., M.M.