Mari Ciptakan Sekolah yang Merdeka dari Kasus Bullying

- Editor

Selasa, 6 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Mar’atush Sholihah Romadhoni, S.Pd.

Pengajar di SD Nasima Semarang

 

Kasus bullying kepada siswa yang sempat viral di Tasikmalaya beberapa waktu lalu cukup menyentuh perhatian masyarakat. Depresi berat yang dialami oleh korban kelas enam SD tersebut akhirnya berujung kematian. Mirisnya itu bukanlah pertama kalinya kasus bullying di lingkungan sekolah yang berakhir tragis.

Kasus bullying bisa terjadi di mana saja, tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah. Bullying dapat menyebabkan trauma pada korban. Trauma tersebut dapat membekas lama bahkan susah untuk dihilangkan. Hal tersebut yang menyebabkan kasus bullying menjadi penting untuk diperhatikan oleh siapapun, termasuk pihak sekolah. 

Sekolah menjadi tempat bertemunya banyak siswa dari kalangan manapun. Itu memungkinkan terjadinya bullying antar siswa di lingkungan sekolah. Oleh karenanya penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang merdeka dari kasus bullying. 

Bullying menurut Black and Jackson (2007) diartikan sebagai perbuatan agresif proaktif oleh seorang atau sekelompok baik secara perilaku maupun verbal yang sengaja bertujuan untuk mengganggu, menyakiti, mendominasi, hingga menyingkirkan seseorang lainnya yang lebih lemah secara fisik, maupun status sosial. 

Jenis bully pada umumnya ada empat yaitu sosial (dikucilkan), verbal (ucapan), fisikal (kekerasan), dan cyber-bullying (menggunakan bantuan gadget atau media sosial). 

Ada banyak faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan bully terhadap orang lain, tapi kasus bullying yang terjadi pada lingkungan sekolah cenderung karena ingin diakui,  ingin mendominasi, merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi, hingga hal sepele seperti iseng atau candaan. Apapun faktor yang melatarbelakangi terjadinya bully tersebut tetaplah tidak dibenarkan. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan dampak bullying dapat memiliki efek trauma berkepanjangan yang bisa mempengaruhi masa depan seseorang yang menjadi korban bully tersebut.

Apa saja dampak yang bisa dirasakan oleh korban akibat bullying? 

Korban bisa memiliki rasa malu, sedih, cemas, takut, sulit tidur, kesepian, tidak percaya diri, tidak berharga, dan perasaan negatif lainnya yang berakibat timbulnya trauma jangka panjang atau depresi. Perasaan-perasaan negatif yang dirasakan tersebut dapat mengganggu kesehatan mental dari korban bully. Padahal kesehatan mental dapat mempengaruhi kesehatan fisik, sikap, emosi hingga produktivitas seseorang. 

Keempat hal itu dapat berdampak secara tidak langsung pada masa depan orang tersebut nantinya. Beberapa korban bully akan cenderung menarik diri dari sosial masyarakat yang tentunya dapat merugikan korban tersebut. Jika tidak diimbangi dengan dukungan keluarga yang baik, maka kesehatan mental korban dapat semakin memburuk hingga timbul keinginan untuk mengakhiri hidup. Itulah sebabnya penting untuk menyikapi sekecil apapun bentuk kasus bullying yang terjadi.

Berikut adalah beberapa cara menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bullying:

  1. Sekecil apapun bentuk bullying perlu untuk disikapi dan dicermati oleh seluruh pihak sekolah, tidak terbatas pada guru BK (Bimbingan Konseling). Para siswa juga perlu untuk dilibatkan guna mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bebas dari kasus bullying.
  2. Pada masa orientasi, pemberian edukasi tentang bahaya dari bullying penting dilakukan. Hal ini sebagai bentuk pencegahan serta komitmen bersama. 
  3. Jika terjadi pelaporan tentang kasus bullying, maka berikan wadah diskusi secara khusus dengan korban dan pelaku. Pada teknisnya dapat dilakukan secara terpisah maupun dipertemukan bersama dalam ruangan. Pertemuan tersebut dapat disertai pendampingan dari pihak guru maupun orang tua siswa. 
  4. Perkuat pengawasan dengan pemberian CCTV di beberapa sudut lingkungan sekolah terutama yang jarang dapat terawasi oleh guru.

Cara tersebut masih dapat dijabarkan lagi lebih panjang menyesuaikan dengan budaya dan lingkungan sekolah. Semoga empat cara simpel tersebut dapat diterapkan dan menjadi salah satu usaha preventif guna menekan angka bullying di lingkungan sekolah. (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru