Kurikulum Merdeka dan Sikap Asertif Siswa

- Editor

Selasa, 6 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Gandi Riyanto, S.Pd.,Gr.

Guru di SMK Bina Am Ma’mur

 

 

Asertif adalah sikap mampu berkomunikasi dengan jujur dan tegas, namun tetap menghargai dan menjaga perasaan siswa lain. Sikap ini penting untuk dimiliki, namun tidaklah muncul dengan sendirinya, melainkan harus dibentuk dengan proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Mampukah Kurikulum Merdeka dapat membangun sikap asertif siswa tersebut?

Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan untuk menciptakan pendidikan lebih menyenangkan bagi peserta didik dan guru. Kurikulum ini juga mengutamakan strategi pembelajaran berbasis proyek, studi kasus, penguatan Profil Pancasila. 

Seperti yang telah disebutkan di awal bawah asertif merupakan keterampilan dalam berkomunikasi. Artinya sikap mampu mengekspresikan diri tetapi tetap menghormati dan menjaga perasaan orang lain. 

Kaitannya dengan Kurikulum Merdeka, sekarang siswa tidak boleh lagi dipaksa untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya. Siswa bisa dengan ‘merdeka’ memilih materi yang mana yang ingin dipelajari sesuai minat masing-masing. Inilah konsep utama Merdeka Belajar. Namun semua itu tidak akan berhasil tanpa ada sikap asertif dari siswa. 

Sikap asertif adalah sikap tidak pasif maupun agresif. Sikap asertif tentu saja tidak dapat begitu saja muncul di dalam sebuah komunikasi, dibutuhkan latihan dan pembiasaan diri terutama untuk mengubah cara berkomunikasi. Tak hanya melatih kebiasaan bersikap asertif, dengan konsep Merdeka Belajar ini diharapkan siswa mampu mengimplementasikan dari apa  yang sudah diperoleh. 

Di Kurikulum Merdeka Belajar dengan pembelajaran intrakurikuler diperkuat melalui beragam konten dan memiliki waktu yang cukup untuk meningkatkan kompetensi.

Kemdikbud Ristek merencanakan Kurikulum Merdeka ini dijalankan oleh sekolah  yang sudah siap sebagai pilihan tambahan dalam masa pemulihan pasca pandemi. Sehingga setelah dua tahun masa percobaan ini berhasil, diharapkan nantinya bisa menggunakan Kurikulum Merdeka secara menyeluruh secara nasional. Tak lepas begitu saja, tetap akan dikaji ulang bagaimana implementasi Kurikulum Merdeka berdasarkan evaluasi yang sudah direncanakan.

Sangat diharapkan Kurikulum Merdeka dapat membangun sikap asertif siswa. Pertama yaitu tentang kepercayaan diri. Percaya diri merupakan aspek  sangat penting bagi seseorang untuk dapat mengembangkan potensi. Jika siswa memiliki bekal percaya diri baik, maka individu tersebut dapat mengembangkan potensinya dengan baik.

Kedua mampu meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting untuk membangun hubungan baik lewat komunikasi dengan orang lain.

Ketiga, memahami dan menerima perbedaan. Makna sila kedua Pancasila adalah mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban setiap manusia tanpa membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin, dan kedudukan sosial. Hidup di tengah perbedaan seperti di Indonesia, pemahaman seperti ini wajib dimiliki oleh siswa. 

Keempat, mampu memberi pendapat dengan tegas. Setiap orang harus tahu kapan  berbicara dan kapan waktunya mendengarkan. Maka dari itu, sikap seperti ini juga perlu diajarkan kepada siswa. 

Kelima, mampu mengatakan apa saja yang dirasakan dengan jujur. Setiap siswa harus mengerjakan tugas atau ujian sekolah tanpa menyontek; tidak berbohong kepada guru atau teman-teman. Karakter seperti ini diharapkan dimiliki oleh generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. 

Selain itu, sikap asertif yang diharapkan berkembang melalui pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka adalah mampu membuat siswa meminta apa dibutuhkan atau diinginkan dengan jelas, mampu memberi ide, mampu mewakili orang lain untuk bicara, dan mampu mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara baik.

Banyak sekali manfaat dari bersikap asertif di antaranya adalah membuat seseorang selalu dihormati dan dihargai orang lain, meningkatkan rasa percaya diri, meningkatkan keterampilan dalam pengambilan keputusan, membantu mengatasi stres, tidak khawatir ditindas atau dimanfaatkan oleh orang lain.

Mutu pendidikan kita memang masih tertinggal dari negara-negara lain, apalagi setelah pademi Covid-19. Bagaimana mengubah pola belajar siswa dan mengakselerasi potensi masing-masing siswa perlu dilakukan bersama-sama. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 202 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Edutainment

5 Ciri Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Sabtu, 7 Sep 2024 - 11:34 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis