Secara umum, Pendidikan Kecakapan Hidup bertujuan untuk mengembalikan pendidikan pada fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi siswa untuk menghadapi peranannya di masa yang akan datang. Secara khusus kurikulum life skills bertujuan untuk :
- mengaktualisasi potensi siswa sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi. Memberikan kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan prinsip Pendidikan berbasis luas (broad based education); dan
- mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan sumber daya masyarakat sesuai dengan manajemen berbasis sekolah (school based managament)
Manfaat pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi siswa adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah hidup dan kehidupan, baik masalah sebagai pribadi, masyarakat, dan bangsa. Jika itu berhasil, faktor ketergantungan (dependency factor) akibat banyaknya pengangguran dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat.
Konsep dasar pendidikan kecakapan hidup
Kecakapan hidup merupakan keterampilan atau kemampuan untuk beradaptasi dan berperilaku yang positif. Hal ini dapat memungkinkan seseorang mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan dalam kurikulum life skills mencakup lima jenis, yaitu (1) kecakapan mengenal diri; (2) kecakapan berpikir; (3) kecakapan akademik; (4) kecakapn sosial; dan (5) kecakapan kejuruan.
Kecakapan hidup (life skill) lebih luas dari keterampilan untuk bekerja, apalagi sekadar keterampilan manual. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pension pun akan tetap membutuhkan kecakapan hidup karena akan tetap menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan.
Life skill dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
1. General life skill
- Kecakapan mengenal diri (self awareness), yang juga sering disebut sebagai kemampuan personal, yang meliputi penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, anggota masyarakat, dan warga negara; dan menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat
- kecakapan berpikir rasional (thinking skill) mencakup kecakapan menggali dan menemukan informasi; kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan; dan kecakapan memecahkan masalah secara kreatif
- kecakapan sosial (social skill) mencakup kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill) dan kecakapan bekerja sama(collaboration skill)
Kecakapan hidup yang bersifat spesifik (specifics life skill) diperlukan sesorang untuk menghadapi problema di bidang khusus tertentu. Untuk mengatasi masalah mobil yang mogok, tentu diperlukan kecakapan khusus tentang mesin mobil.
Specifics life skill biasanya disebut juga sebagai keterampilan teknis (technical competenciens) yang berkaitan dengan metode dan isi mata pelajaran atau diklat tertentu. Mencakup kecakapan vokasional dan kecakapn akademik.
2. Specifics life skill, mencakup
- Kecakapan akademik (academic skill) atau kemampuan dalam berpikir ilmiah
- mengidentifikasi variable
- merumuskan hipotesis
- melaksanakan penelitian
- Kecakapan vokasional
Kecakapan vokasional atau sering disebut dengan keterampilan kejuruan merupakan keterampilan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Terdapat hubungan antara general life skill dan specifics life skill serta bagian-bagian yang ada didalamnya tidak dapat dipisahkan secara eksklusif. Hal yang sering terjadi dalam kehidupan dunia nyata adalah sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dam intelektual.
Pola pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup
1. Pendidikan berbasis luas (broad based education)
Karena kemajuan IPTEK yang begitu pesat, beberapa ahli menyatakan bahwa manusia tidak akan mampu untuk memperlajari semua pengetahuan meskipun dilakukan sampai akhir hayat. Pendidikan tidak lagi mengharapkan siswa untuk mempelajari seluruh pengetahuan. Oleh karena itu, mestinya pendidikan mampu memberikan fokus pada siswa untuk memperlajari dan mendalami satu bidang tertentu dan siswa harus mempelajari pengetahuan baru sesuai dengan perkembangannya.
Di sekolah, kiranya perlu mengembangkan juga kepada siswa kemampuan learning how to learn, yaitu kemampuan melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang secara tidak sadar telah ia pelajari. Konsep inilah yang menjadi titik tolak pendidikan berbasis luas (broad based education).
2. Broad based education sebagai wahana pendidikan kecakapan hidup
Pada jenjang pendidikan dasar, mulai dari TK/RA sampai dengan SMP/MTs akan lebih ditekankan bagi pengetahuan generale life skill, disamping;
- upaya mengakrabkan siswa dengan peri kehidupan nyata pada lingkungannya;
- menumbuhkan kesadaran tentang nilai atau makna perbuatan seseorang terhadap penemuan kebutuhan hidupnya;
- memberikan sentuhan awal terhadap perkembangan keterampilan psikomotorik; dan
- memberikan opsi-opsi tindakan yang dapat memacu kreativitas.
- Pola pendidikan kecakapan hidup untuk mengatasi potensi pengangguran
Melihat kondisi di lingkungan kita, terdapat banyak anak yang merupakan lulusan SLTP tidak melanjutkan ke jenjang SLTA. Begitupun banyak anak lulusan SLTA yang tidak melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi. Mengingat banyaknya lulusan SLTP dan SLTA yang tidak melanjutkan dan memilih untuk memasuki lapangan kerja, maka diperlukan adanya vocational skill bagi mereka yang sesuai dengan tingkatan umurnya.
Hal demikian diperlukan strategi khusus agar siswa mendapatkan pembekalan bagi yang akan memasuki lapangan kerja. Program tersebut salah satunya adalah dengan program berupa modular-modular yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Dengan program tersebut diharapkan lulusannya dapat langsung menerapkan di lapangan kerja, baik sebagai karyawan maupun usaha secara mandiri.
Program tersebut selayaknya ditangani oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota karena sesuai dengan landasan UU No. 22/1999 dan PP No. 25/2000 yang secara operasional menangani pendidikan dasar dan menengah. Sementara Pemerintah Pusat sebagai inisiator dan berperan dalam hal mendampingi atau sebagai trigger.
Tentunya di setiap jenjang SLTP dan SLTA memiliki fasilitas laboratorium yang cukup memadai. Disamping itu, mungkin saja terdapat tempat kursus keterampilan, pusat diklat, bahkan industri yang memiliki sarana memadai. Oleh karena itu, demi efisiensi dan sinergitas, sebaiknya fasilitas tersebut berhimpun untuk membentuk suatu community college yang berfungsi sebagai unit layanan pendidikan keterampilan vokasional.
Sehingga dapat merintis model community based education, yaitu pendidikan yang berbasis pada kebutuhan masyarakat dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masayarakat.
Pelaksanaan kurikulum life skills
Setidaknya terdapat tiga aspek utama dalam school reform yang perlu dikembangkan bersamaan dengan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup, yaitu sebagai berikut.
1. Iklim sekolah
Dalam pelaksanaan kurikulum life skills, iklim sekolah perlu mendapat perhatian, paling tidak terdapat tiga aspek dalam iklim sekolah; (a) pengembangan disiplin diri dari tanggungjawab; (b) pengembangan motivasi belajar; dan (c) pengembangan rasa kebersamaan dan toleransi.
2. Manajemen sekolah
Manajemen sekolah dapat dilakukan dengan menerapkan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPBS). Konsep ini berupaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui inovasi dan yang sebelumnya bersifat sentralistik.
Konsep sentralistik tenyata tidak mampu membangkitkan potensi sekolah untuk terus berkembang sesuai dengan potensi dan kondisi sekolah.
3. Hubungan antara masyarakat dan sekolah
Peran masyarakat dalam pendidikan sengat penting mengingat masyarakat dapat membantu sekolah dalam berbagi sumber bagi kepentingan sekolah, seperti SDM, fasilitas, dan sumber pembiayaan sekolah. Peran masyarakat ini diwadahi dalam komite sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Komite sekolah bertujuan untuk mewadahi dan menjalankan aspirasi masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan. Selain itu, adanya komite sekolah juga dapat meningkatkan tanggungjawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Peran komite sekolah adalah sebagai pemberi pertimbangan, pendukung, pengawas, dan mediator. Tata hubungan antara komite sekolah dan suatu satuan pendidikan dan institusi lain bertanggungjawab dalam pengelolaan pendidikan yang sifatnya koordinatif.
Yang perlu diperhatikan dalam penerapan kurikulum life skill
Pendidikan sejatinya perlu dikembalikan pada prinsip dasarnya, yaitu memanusiakan manusia; mengembangkan potensi dasar siswa tanpa ada rasa tekanan. Adanya kemauan, mampu, dan rasa senang dalam mendalami fitrahnya sebagai khalifah di bumi sehingga terdorong untuk memelihara dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan YME, masyarakat, dan lingkungannya.
Di samping itu, sekolah harus mampu menyediakan program-program lain selain program-program akademiknya. Sekolah harus mampu menciptakan dan menyelenggarakan program-program pembelajaran yang dapat memberikan jaminan kepemilikan “life skills” yang berorientasi pada penguasaan “specific occuvational skills”. Dengan adanya pengembangan “life skills” diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusannya sesuai dengan potensi sekolah dan kemampuan atau kebutuhan siswa.
Pengembagan sistem yang demikian diperlukan adanya peran serta dari orang tua atau wali murid, masyarakat sekitar, dunia kerja, dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan didalamnya.
Tingkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan bergabung bersama e Guru Id dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Klik disini untuk mendaftar!