Kini Tak Seindah Dulu dan Dulu Tak Seindah Kini

- Editor

Senin, 20 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Heni Nurani, S.Pd

Guru di SMAN 5 GARUT

Zaman dahulu identik dengan gaya hidup sederhana dan masih apa adanya. Gaya hidup orang dulu berdasarkan kebiasaan-kebiasaan hidup pada zaman tersebut.  

Sering kita mendengar cerita orang tua dulu, mereka sering mengalami kehidupan yang memang terasa jauh berbeda dengan masa sekarang. Betapa sulitnya mereka menjalani kehidupan, bahkan hanya untuk mencari sesuatu yang dijadikan sebagai bekal untuk bertahan hidup. 

Ketika mereka mengenang gaya hidup di masa lalu dan membandingkannya dengan masa sekarang, tentu perbedaannya sangat besar. Ketika mereka masih anak-anak, mereka sering melewati keceriaan bersama teman-teman dengan cara bermain—yang saat ini sering disebut dengan “permainan tradisional”. 

Mereka sering bermain dari sore sampai malam di mana saat itu masih jarang ada televisi sebagai sumber informasi yang canggih. Kalau pun ada, itu pun yang memiliki, hanya sebagian orang orang tertentu saja, itupun televisi hitam putih dan hanya ada satu saluran saja yaitu TVRI. 

Penerangan lampu pada zaman dulu di beberapa daerah hanya menyala pada malam hari saja. Kalau kita ingin menyaksikan program televisi di siang hari, harus ikut daya listrik milik tetangga dengan membayar sewa accu hanya untuk menyaksikan beberapa jam saja dan hanya untuk menyaksikan program favorit seperti tinju atau sepak bola.

Sedangkan untuk masalah pekerjaan, para orang dulu kebanyakan hanya mengandalkan gaji yang pas-pasan atau hanya cukup mendapatkan nafkah dari bertani seadanya saja, tanpa pupuk kimia maupun benih unggul seperti sekarang.

Dalam bidang fashion,  cara berpakaian orang dulu sangat jauh berbeda dengan sekarang. Para wanita dulu tidak berani berpakaian ketat dan seksi. Mereka hanya memakai baju kebaya atau pakaian sederhana saja. Bahkan para wanita tidak berani untuk menggunakan rok mini dengan tank top, celana jeans,  atau celana legging yang ketat.

Orang dulu memiliki cara bersosialisasi serta jiwa gotong royong yang tinggi. Di antara para tetangga masih sangat kental dan masih mengutamakan kepentingan umum sehingga terjalin rasa persatuan yang kuat demi membangun solidaritas.

Kemudian membandingkan fasilitas dan sarana transportasi antara dulu dan sekarang cukup berbeda sekali. Dahulu tidak secanggih sekarang, namun tidak jalan macet seperti sekarang. Dulu banyak orang lebih memilih jalan kaki dibanding naik angkutan umum. 

Sedangkan untuk sistem pendidikan, dalam hal ini bagaimana cara guru zaman dahulu mengajarkan siswa yaitu masih dengan sistem tradisional. Pelaksanaan kurikulum yang berlaku pada saat itu masih banyak menemui kendala apalagi belum memadainya fasilitas penunjang sistem pendidikan. Banyak siswa yang belajar di bangunan kelas yang tidak layak. Ketika mengajar, guru masih menulis  di papan tulis dengan kapur yang kadang menjadi polusi bagi guru dan siswa. 

Tapi bagaimanapun, kualitas pendidikan zaman dulu tidak kalah dengan zaman sekarang. Tujuan utama sekolah dulu adalah menjadikan siswa menjadi manusia yang betul-betul berjiwa Pancasila dan UUD 45 yaitu mencerdaskan bangsa berdasarkan materi yang digunakan hanya pada kondisi tertentu saja. Materi pembelajaran hanya bertumpu pada satu titik saja karena sumber informasi hanya bisa didapat dari koran dan TV yang saat itu masih langka keberadaannya.

Sementara itu orang-orang yang hidup di zaman sekarang diiringi dengan perkembangan teknologi yang pesat. Anak-anak yang terlahir di era modern, hidup lengkap dengan segala jenis permainan.  Bahkan anak kecil sekarang sudah mengenal telepon seluler dan lebih pandai menggunakannya dibandingkan dengan para orang tuanya sendiri. 

Namun kondisi yang seperti itu dapat memberikan efek buruk dalam kehidupan manusia saat ini, di mana mereka lebih individualis—tak mempedulikan orang lain alias nafsi-nafsi. Jiwa sosialisasi mulai luntur antar sesama karena mereka sibuk mengatur jadwal sendiri untuk urusannya sendiri. Pergaulan bebas makin tak terbatas. Dan cara berpakaian yang ketat tidak mengindahkan aurat sudah menjadi pemandangan yang biasa, seolah tidak mempunyai rasa malu lagi. 

Sistem pendidikan saat ini lebih banyak berbasis teknologi digital. Maksudnya, semua informasi dan sumber informasi bisa diakses dengan cepat dan mudah dari seluruh penjuru dunia. Cara mengajar pun bisa dilakukan lebih fleksibel karena bisa menggunakan model daring atau pun luring. Tampaknya, materi pembelajaran saat ini lebih menarik karena disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan pendidikan zaman sekarang. Selain itu bersifat lebih dinamis sehingga banyak yang bisa menjad cendekiawan ternama di dunia. 

Sebetulnya zaman dulu dan kini maknanya tetap sama saja. Hanya saja bagaimana kita bisa menikmati dan menerapkan kehidupan baik pada zaman sekarang ataupun pada zaman dahulu. Pada intinya kita harus bisa memfilter setiap keadaan dengan kehati-hatian dalam menjalani kehidupan, sehingga bukan kita yang bergantung pada kehidupan atau kehidupan yang bergantung kepada kita. Karena bagaimanapun kehidupan dulu dan sekarang, tetap akan menjadi umpan balik bagi kehidupan kita semua. 

Indahnya hidup tergantung bagaimana kita yang menjalankannya. Jadikanlah kini dan dulu tetap indah bagaimanapun keadaannya. Roda kehidupan terus berjalan, waktu tak akan bisa diputar mundur atau maju melampaui batas seperti pesan ayat suci berikut ini: 

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat pula memajukannnya.”  Q.S Al- A’raf: 34

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 38 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru