Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah sering kali tidak berjalan sesuai dengan prinsip efektitivas dan efisiensi. Sesuatu yang lumrah terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Guru sebagai pengajar, pembimbing sekaligus fasilitator bagi anak didiknya harus mampu merumuskan, merancang, dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar menyesuaikan dengan karakter anak yang berbeda-beda, waktu yang terbatas, dan lingkungan yang ada.
Kekurangan keterampilan dan kompetensi yang guru miliki membuat kegiatan belajar mengajar kurang memberikan pengaruh yang besar, baik dari segi efektivitas dan efisiensi maupun dari perkembangan kognitif, apektif, dan psikomotorik siswa. Hal ini menjadi problema yang kerap terjadi dan sulit untuk dihindari.
Maka dari itu, seyogyanya guru harus benar-benar memahami kompetensi pedagogik sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan begitu, pelaksanaan pembelajaran tidak akan berlalu begitu saja, akan tetapi dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa siswinya.
Meskipun demikian banyak juga guru yang sudah memiliki keterampilan mengajar yang luar biasa, sebab lain juga muncul dari berbagai hal, misalnya, dari peserta didiknya sendiri, dari lingkungan belajar, fasilitas, bahkan jam pelajaran yang dirasa kurang. Dari segi guru sebagai pengajar, berikut hal yang harus dipahami oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
Perumusan Tujuan
Segala hal yang dilakukan oleh guru, atau secara khusus apa yang akan diajarkannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, ditentukan oleh tujuan-tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Karena itulah perumusan tujuan itu merupakan langkah awal sebagai bagian dari tugasnya sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Dalam merumuskan tujuan pengajaran, guru harus memperhatikan tiga hal berikut ini.
- Tujuan jangka panjang. Ialah tujuan yang hendak dicapai dalam satu tahun ajaran atau masa satu caturwulan.
- Tujuan jangka menengah. Merupakan tujuan yang hendak dicapai selama dilaksanakannya satu unit mata pelajaran.
- Tujuan jangka pendek. Pada tujuan ini merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan beberapa jam pelajaran atau sering disebut Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang dicantumkan pada setiap satuan pelajaran.
Guru-guru biasanya terlalu memfokuskan tujuan jangka pendek, sedangkan dua tujuan lain kurang diperhatikan. Padahal ketiga tujuan tersebut sama-sama pentingnya. Terdapat karakteristik dalam merumuskan tujuan, yaitu sebagai berikut.
- Jelas (tidak membingungkan);
- Lengkap (tidak sepotong-sepotong);
- Spesifik (tidak samar-samar); serta
- Realistik (didasarkan pada perkiraan waktu sampai tujuan tersebut dapat dicapai, dengan materi yang ada, dan murid tertentu).
Dalam merumuskan setiap tujuan, guru perlu menentukan bagaimana mereka dapat mengukur tercapai atau tidaknya tujuan dengan cara-cara yang dipakai dalam memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan tersebut.
Agar guru dapat memperoleh informasi yang dimaksud, guru akan menggunakan cara-cara seperti memberikan tes tulis, tes lisan, PR, tugas yang dikerjakan di dalam kelas, mengamati perilaku siswa ketika belajar, dan lain sebagainya.
Tujuan itu sebenarnya menjelaskan perubahan-perubahan yang diinginkan oleh guru dari siswa sebagai proses hasil belajar. Baik perubahan secara pengetahuan dan keterampilan atau perubahan nilai-nilai. Oleh karenanya guru harus memikirkan sedalam-dalamnya perubahan seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh guru dari siswa-siswinya.
Perbedaan Individual
Suatu kenyataan sederhana yang kerap kali diabaikan oleh guru-guru, yaitu pernyataan bahwa siswa atau murid itu tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Mereka tentunya memiliki perbedaan dalam hal:
1. Latar belakang dan lingkungan rumah tangganya
Mulai dari rumah yang mereka tempati, bahasa yang digunakan, dan pekerjaan orang tua mereka yang tentunya berbeda-beda.
Guru harus dapat memperhitungkan perbedaan lingkungan rumah tangga ini agar apa-apa yang disampaikan kepada siswa-siswi itu dapat dipahaminya sesuai dengan perbedaan lingkungan tersebut.
2. Kondisi, makanan dan kesehatannya
Kondisi kesehatan mereka tidaklah sama. Ada yang mendapat asupan gizi yang cukup, ada pula yang kurang. Bahkan bisa jadi ada yang memiliki penyakit kronis.
Dalam hal ini guru harus mengetahui apakah semua muridnya dapat melihat dan mendengar dengan baik. Sekolah juga hendaknya berkolaborasi dengan petugas kesehatan agar dapat memastikan siswa-siswinya dapat belajar dengan baik.
3. Kecerdasan dan kemampuannya
Guru harus mengetahui siswa mana yang “cepat” dan mana yang “lambat” dalam belajar. Hal ini agar guru dapat menentukan pemberian tugas khusus bagi siswa yang memerlukannya.
4. Minatnya
Setiap siswa memiliki minat yang berbeda-beda, termasuk ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan mengetahui hal ini, guru akan dapat mengarahkan perhatian dan daya atau kemampuan mereka sepenuhnya.
Waktu Belajar yang Tidak Cukup
Makin banyak waktu yang digunakan siswa untuk belajar, seharusnya makin banyak pula hal-hal yang dipelajarinya. Kenyataan semacam ini nampaknya disadari oleh kebanyakan guru pada umumnya. Namun, dalam praktinya sering diabaikan.
Terkadang guru membebaskan siswa-siswinya dari tugas belajar karena alasan-alasan yang sebenarnya kurang tepat. Misalnya karena guru datang terlambat atau membubarkan kelas sebelum waktunya disebabkan oleh permintaan anak didiknya.
Memang terkadang pula ada hal yang mengharuskan kelas dibubarkan sebelum waktunya, misalnya, ketika ada bencana. Akan tetapi yang perlu diusahakan ialah agar siswa siswi dapat menggunakan dan memaksimalkan waktu yang ada untuk belajar, mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
Dalam hal ini, sebaiknya guru menampilkan tabel jadwal di dalam kelas, membuat aturan bersama peserta didik, dan membuat catatan masalah apa saja yang mengganggu pelaksanaan pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan.
Antara Belajar Secara Aktif dan Membeo
Seperti yang kita ketahui bahwa pentingnya mendorong siswa agar mereka belajar belajar secara aktif. Namun, hal ini lebih mudah mengatakannya daripada melaksanakannya.
Beberapa metode yang disarankan dalam berbagai buku pentunjuk sulit untuk dilaksanakan karena guru takut mencobanya. Mendorong siswa untuk belajar secara aktif tentu menjadi hal yang sangat penting, akan tetapi menghapuskan cara belajar cara belajar pasif (membeo) tidak kalah pentingnya.
Siswa yang dikatakan belajar secara membeo apabila mereka:
- Menghafal fakta atau jawaban tanpa mencoba memahaminya terlebih dahulu
- Mencoba mempelajari jawaban yang benar dari guru dan buku pelajaran dan tidak pernah mencari jawabannya sendiri dari berdiskusi atau referensi lain
Oleh karenanya, jika guru mempelajari cara mengajukan pertanyaan dengan baik dan mendorong siswa untuk berdiskusi, maka guru akan dapat menghindarkan kebiasaan belajar membeo pada siswanya.
Berikut contoh percakapan belajar membeo dan belajara aktif.
Belajar membeo
Guru : Yogyakarta terletak 600 km dari Jakarta. Berapa jaratk Jakarta ke Yogyakarta?
Siswa : 600 km.
Guru : Bagus, pinter sekali anak-anak ibu.
Belajar aktif
Guru : Carilah letak Jakarta dan Yogyakarta di atlas dinding. Kemudian hitung berapa jarak Yogyakarta-Jakarta.
Siswa : (setelah mengukur) 600 km.
Guru : Bagus, sekarang coba cari berapa waktu yang dibutuhkan oleh pesawat udara yang kevepatannya 400 km per jam untuk menempuh jarak tersebut.
Siswa : (bekerja lagi mencari jawabannya)
Jadi kalua diperhatikan, belajar membeo itu merupakan situasi belajar, dimana pertanyaan dan jawaban sebenarnya bersumber dari guru itu sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan situasi belajar yang memungkinkan siswa dapat saling bertanya dan mencari jawaban.
Lingkungan Sekitar Sumber Belajar Mengajar
Salah satu hal yang menjadi kesukaran bagi guru dalam melaksanakan tugasnya adalah langkanya sumber atau bahan belajar yang dipergunakan proses belajar mengajar. Setiap sekolah, sebagaimana pun kecilnya paling tidak memiliki 4 sumber atau bahan pelajaran yang kaya dan bermanfaat.
- Masyarakat sekitar sekolah.
- Lingkungan fisik sekitar sekolah dan kehidupan anak.
- Bahan mengajar alamiah di tempat tertentu, seperti bebatuan, ranting, daun-daunan, dan lain sebagainya.
- Bahan-bahan sisa dari toko atau industri kecil, seperti potongan kayu, potongan kain, tutup botol, kardus dan lain sebagainya.
Cukup banyak sumber dan bahan ajar yang tersedia yang terletak di dinding luar sekolah. Jika bisa, manfaatkanlah dan bawalah ke dalam kelas.
Berilah umpan balik yang teratur
Guru harus memberitahukan kepada siswa di kelas atas hasil kinerja mereka. Inilah yang disebut dengan “umpan balik” bagi siswa. Siswa itu sama halnya dengan orang dewasa, membutuhkan pujian jika mereka berhasil, dan mereka pun ingin mengetahui kekurangan-kekurangannya.
Umpan balik memiliki beberapa karakteristik, yaitu umpan balik harus:
- Diberikan secara teratur. Guru tidak boleh menunggu sampai siswa meminta umpan balik, atau jangan sampai pula sampai orang tua siswa meminta.
- Disampaikan dengan jujur. Umpan balik yang samar-samar, tidak akan menolong siswa untuk mengatasi kesukarannya dalam belajar.
- Disampaikan dengan lengkap. Umpan balik harus menerangkan pendapat guru tentang hasil belajar siswa.
- Berguna bagi siswa. Guru harus memberikan komentar tentang hasil kerja siswa dan kemajuan belajarnya sehingga siswa dapat mempergunakannya unutk memperbaiki pekerjaannya.
- Memiliki variasi. Untuk waktu yang berbeda, berikanlah umpan balik yang berbeda pula.
- Diberikan dengan perhatian. Umpan balik harus diberikan sedemikian rupa agar siswa dapat menerimanya dengan baik. Siswa harus merasakan perhatian dari gurunya dalam memberikan suatu umpan balik.
Bagaimana pun guru merancang pembelajaran dengan metode yang tepat, tetap harus memperhatikan instrument lain yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Penerapan pendidikan saat ini harus difokuskan pada inovasi-inovasi yang bersifat praktik.
Tingkatkan kualitas dan kompetensi guru dengan bergabung bersama e Guru Id dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Klik disini untuk mendaftar!