Awal tahun 2020 mulai ramai dibicarakan tentang makhluk Allah bernama virus Corona atau lebih akrab dipanggil Covid-19. Kemunculannnya telah mengubah tatanan kehidupan, baik itu hubungan antar manusia maupun manusia dengan penciptanya.
Mencermati semua fenomena saat ini baik secara kasat mata maupun maya, sesungguhnya semua yang terjadi adalah sebuah ketetapan yang sudah menjadi suratan takdir Ilahi. Salah satu bentuk takdir kehidupan saat ini adalah hadirnya Covid -19 di tengah kehidupan manusia. Kehadiran manusia di atas bumi ini juga wujud takdir. Jadi manusia dan Covid-19, sebenarnya sama-sama sedang menjalani takdirnya sebagai makhluk Allah SWT. Lalu apa yang berbeda?
Perbedaan keduanya sangat jelas bila ditinjau dari tujuan dan penerima manfaat penciptaannya. Tujuan penciptaan manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi dan menjalani kehidupan di dunia. Sedang makhluk Covid-19 ini sebagai salah satu makhluk yang dapat menyebabkan manusia mengakhiri kehidupannya di dunia.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia diharapkan menjadi menjadi rahmat terhadap alam semesta yang kemudian melahirkan manusia-manusia beriman. Namun di sisi lain ada juga manusia tidak mau beriman yang suka menjadi perusak tatanan kehidupan.
Oleh orang tidak beriman, Covid-19 bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tertentu dalam persaingan meraih kejayaan di dunia. Misalnya, menjadikan Covid-19 sebagai alat terror yang akan mengakhiri kehidupan manusia lainnya. Seperti yang dilaporkan oleh media massa bahwa jumlah kematian setiap hari selalu meningkat di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi bagi manusia yang beriman, kabar kematian yang disebabkan oleh Covid-19 tidak akan menimbulkan tekanan apapun. Pasalnya, kematian adalah sesuatu yang mutlak bagi setiap makhluk. Yang ditakuti justru jika Covid-19 ini menghalangi manusia yang beriman untuk melakukan ibadah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang menciptakan alam beserta segala isinya.
Upaya Melawan Corona
Saat ini upaya melawan Covid-19 masih terus berkecamuk. Sehingga pemerintah melakukan berbagai hal untuk itu termasuk pelaksanaan vaksinasi dan melakukan penyekatan agar kegiatan masyarakat dapat dibatasi.
Kegiatan vaksin dan penyekatan ini juga belum maksimal untuk memenangi pertempuran melawan Covid-19 karena masih terdapat masyarakat tidak disiplin dalam penerapan protokol kesehatan di tengah pandemi. Bahkan sejumlah pemangku jabatan sama-sama tidak disiplin dengan alasan yang berbeda.
Masyarakat yang tidak disiplin dalam mematuhi aturan penyekatan dan pembatasan kegiatan misalnya, hal itu masih dapat dimaklumi karena alasan mencari nafkah untuk hidup. Tapi jika ada pihak pemangku jabatan yang tidak disiplin, mungkin mereka itu adalah salah satu turunan dari manusia yang tidak beriman yang telah dipaparkan di atas.
Pemilihan jenis vaksin yang tidak layak untuk rakyat, tindakan penyelewengan dalam penyaluran bantuan sosial bagi masyarakat terdampak, adalah di antara pekerjaan orang yang tidak beriman yang ingin mengumpulkan keuntungan untuk diri sendiri di tengah penderitaan bersama-sama. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah perlu hadir sebagai benteng terdepan dengan cara penindakan yang tepat di lapangan, melakukan kontrol, serta melakukan evaluasi yang menyeluruh dengan tuntas.
Persoalan Covid-19 adalah wabah yang menjadi persoalan bersama dan harus kita selesaikan secara bersama-sama dengan semangat persatuan yang berkeadilan sosial dengan memperhatikan prinsip kemanusian yang beradab dan berketuhanan. Dengan menerapkan nilai Pancasila dalam melakukan penanganan masalah Covid-19, dengan mematuhi protokol kesehatan yang ketat, serta pelaksanaan vaksinasi, maka dengan izin Allah Covid-19 tidak akan bertahan lama di Indonesia.
Untuk mengakhiri episode yang serba sulit akibat Covid-19 ini hendaknya pemakaian masker harus dilakukan atas kesadaran sendiri, melakukan vaksinasi tanpa ada paksaan, menjalani hidup sehat sebagai kebutuhan, dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah SWT.
Ditulis oleh Rusnaedi, ST.,MT. (Politeknik Maritim AMI Makassar)