Hati-hati! Berikut Dampak dari Sistem Ranking yang Perlu Diketahui oleh Pendidik

- Editor

Rabu, 28 Desember 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Selain melihat dampak positif maupun negatif dari sisi perkembangan kognitif siswa, kita perlu memberikan perbandingan sistem yang dianut negara di Asia lainnya yang memiliki kualitas pendidikan bagus & berkualitas.

Singapura, di tahun 2018 mereka resmi menghapuskan sistem ranking, menteri pendidikan Ong Ye Kung menegaskan bahwa sekolah bukanlah ajang untuk kompetensi. Penghapusan sistem ini berlaku mulai awal tahun 2019 pada sekitar 1700 sekolah di sana.

Pengukuran cerdas atau tidaknya siswa tidak dinilai dari akademik saja, namun adab dalam bersosialisasi juga termasuk di dalamnya.

Bahkan di dunia kerja, nilai akademik mendapat urutan yang sangat jauh di bawah attitude baik untuk diterima dalam sebuah pekerjaan.

Negeri dengan julukan The Lion City ini memiliki sistem pendidikan yang baik, meski tidak menerapkan sistem peringkat, kira-kira untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia apakah kita perlu menghapuskan sistem ini? Mari kita pertimbangkan poin-poin berikut ini.

Pendapat Ahli

Poin pertama yang dipertimbangkan adalah pendapat dari ahli. Pakar pendidikan Prof. Dr. H. Arief Rachman, M. Pd., berpendapat bahwa sistem ranking masih diperlukan untuk membuat peta evaluasi.

Serta memilih tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik. Hal ini dapat meningkatkan mutu pengajaran dan langkah-langkah yang tepat dalam perbaikan kualitas belajar mengajar di suatu instansi pendidikan.

Prof. Etty Indriati Ph.D (Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional) menyatakan bahwa anak-anak semestinya tidak di-ranking karena dapat memberikan stigma dan menimbulkan dampak negatif secara psikologis, terutama bagi mereka yang mendapat peringkat rendah.

Menurut psikolog Sartono Mukadis, sistem ranking merupakan bentuk pelecehan pada kemampuan peserta didik. Hal ini diartikan sebagai membuat anak dikondisikan dalam keadaan yang kurang sehat dan pada nuansa persaingan.

Halaman berikutnya

Penggunaan sistem ranking..

Berita Terkait

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!
Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!
Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 
Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025
Ini Perbedaan Pengelolaan Kinerja Sebelumnya dengan Pengelolaan Kinerja 2025
Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana
Link- Link Penting untuk Pendaftaran Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu Tahun 2024
Alur Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu 2024 : Panduan Lengkap
Berita ini 608 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 18 Desember 2024 - 13:26 WIB

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!

Selasa, 17 Desember 2024 - 10:15 WIB

Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!

Jumat, 13 Desember 2024 - 10:13 WIB

Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 

Kamis, 12 Desember 2024 - 11:07 WIB

Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025

Selasa, 10 Desember 2024 - 09:43 WIB

Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis