Fenomena Inovasi Guru dalam Mendidik di Masa Pandemi

- Editor

Rabu, 24 Maret 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease-19) memberikan pengaruh besar hampir di semua sektor kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Sekolah-sekolah terpaksa meniadakan pengajaran di dalam kelas. Semua itu harus dilakukan lewat online. Sistem pendidikan pun terdorong mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar.

Terlebih dengan adanya Surat Edaran No. 4 Tahun 2020 Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang menganjurkan seluruh kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi harus disampaikan dari rumah masing-masing. Setiap institusi pendidikan pun dituntut untuk menemukan inovasi terbaru agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif .

Penggunaan teknologi dalam pendidikan pun meningkat. Ini menjadi berkah tersendiri karena pendidikan tanpa memanfaatkan teknologi informasi akan menjadi lemah, terutama pada bidang mutunya.

Beberapa platform yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan di antaranya adalah Google Meet, Zoom, Rumah Belajar. Bahkan televisi pun bisa digunakan untuk media pembelajaran. Meski demikian perlu diakui bahwa masih banyak kendala dalam penerapannya, misalnya di beberapa daerah yang belum terjamah jaringan internet.

Menghadapi situasi seperti ini guru memang harus banyak melakukan penyesuaian, terutama perihal ketercapaian kurikulum. Artinya sekolah dan para guru dituntut untuk mampu menjaga stamina fisik, energi, serta mental anak didik. Menjaga kualitas pembelajaran juga wajib menjadi hal yang signifikan di tengah kondisi seperti ini dengan cara menyiasati agar tujuan pembelajaran dapat tersampaikan secara optimal dan terserap oleh peserta didik.

Tetap Berinovasi

Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah satu tahun berlangsung. Di sisi lain, tahun ajaran baru akan segera dimulai. Namun tanda-tanda kembali kembali ke sekolah di tengah aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) masih tampak abu-abu. Tak ayal, solusi terakhir adalah tetap membiarkan anak belajar secara daring dan guru harus tetap melakukan inovasi.

Dalam kondisi yang sangat serba terbatas ini, materi yang akan kita sampaikan pada siswa bisa menggunakan media Power Point, Rumah Belajar, Quipper School, atau Google Classroom.

Kemudian untuk melakukan penilaian, kita bisa menggunakan platform Quizizz, Kahoot. Selain itu anak juga bisa mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan melalui Google Classroom.  Bagi siswa yang mengerjakan dan mengumpulkan tugas harus kita berikan apresiasi tinggi. Bahkan anak yang berkomentar di forum pun harus kita beri nilai karena menunjukkan bahwa anak tersebut aktif. Penilaian anak harus tetap mengacu ke arah pendidikan karakter dan kecakapan hidup, bukan hanya hasil nilai dari ulangan dan tugas-tugas saja.

Dalam hal penjadwalan, waktu belajar pun bisa kita ubah. Contoh, mata pelajaran IPA bisa terjadwal hanya pada setiap hari Rabu dengan alokasi waktu 100 menit secara daring.

Hari aktif masuk sekolah pun bisa kita pangkas, misalnya dimulai pada hari Senin sampai Jumat pada pukul 07.00 sampai 12.00. Tujuannya agar anak tidak merasa jenuh karena harus berhadapan dengan laptop dalam waktu lama. Selain itu agar mereka bisa bermain dan bercanda dengan orang tua, kakak, atau adiknya. Atau bahkan membantu orang tua.

Dalam pengelolaan kehadiran siswa, bisa diarahkan untuk mengisi daftar hadir di Google Classroom dengan batasan waktu hingga pukul 12.00. Dan disertakan foto bukti belajar dengan memakai baju seragam sekolah. Meskipun BDR, suasana keseriusan belajar harus tetap harus dijaga. Ini penting untuk menjaga mental siswa agar mereka tetap terkondisikan dalam suasana belajar. 

Satu hal lain yang tak kalah pentingnya adalah perlunya meningkatkan kerjasama antara orang tua, guru, dan sekolah.

Kendala dalam penggunaan teknologi yang masih tergolong baru dalam dunia pendidikan dalam sistem pengajaran jarak jauh memang masih kerap terjadi. Baik guru, orang tua, maupun sekolah, masing-masing harus saling terbuka mengemukakan hambatan yang dialami serta bekerjasama untuk mencari solusi-solusi kreatif, produktif, dan inovatif  yang dapat menguntungkan masing-masing pihak.

Ditulis oleh: Lilit Sutarsih, S.Pd, M.Si, guru SMA Negeri 1 Sindang Indramayu

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru