Dukungan Sosial Orang Tua dalam Karier Anak, Perlukah?

- Editor

Selasa, 29 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Alasan utama yang sering kita temukan di masyarakat, terkait dengan perkembangan anak utamanya pada usia remaja, adalah kurangnya dukungan sosial yang mereka terima dari orang tua. Kondisi ini cenderung memberikan dampak kurang baik, yang kemudian berpengaruh pada perilaku serta emosi anak. Selain itu, jika dukungan sosial tersebut terus-menerus ada dan tidak ada suatu kesadaran dari orang tua itu sendiri, maka secara tidak langsung akan juga berpengaruh pada kehidupan anak di masa yang akan datang. Sangat miris memang. Oleh karena itulah perlu adanya keterbukaan satu sama lain antara orang tua dan anak, sehingga nantinya akan terjalin dukungan yang seimbang.

Menurut Casel, dinyatakan bahwa dukungan sosial merupakan kehadiran orang lain yang dapat membuat individu percaya bahwa dirinya dicintai, diperhatikan, dan merupakan bagian dari kelompok sosial yaitu keluarga, rekan kerja, dan teman dekat. Kesimpulannya, dukungan sosial merupakan tindakan bantuan berupa perhatian yang diberikan oleh orang lain kepada satu orang lainnya, untuk menimbulkan kepercayaan diri serta kenyamanan dalam beraktivitas. Oleh karenanya, sifat dari dukungan sosial itu sendiri tergolong penting melihat besarnya pengaruh yang ditimbulkan perorangan kepada individu lain.

Secara kodrat, manusia termasuk ke dalam makhluk sosial; saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa adanya bantuan dari lingkungan di mana ia tinggal dan di mana ia bekerja, maka apa yang sedang dijalankan belum tentu akan berjalan baik sesuai harapan. Itulah kenapa dukungan sosial akan berpengaruh besar.

Menurut Cutrona dan Gardner, terdapat lima bentuk dukungan sosial di antaranya: dukungan emosional (dukungan dalam bentuk kasih sayang, perasaan didengarkan, perhatian, dan kepercayaan), dukungan penghargaan (dukungan dalam bentuk penilaian, penguatan, dan umpan balik), dukungan informasi (dukungan dalam bentuk informasi, nasehat, dan saran), dukungan instrumental (sarana yang tersedia untuk menolong individu melalui waktu, uang, alat, bantuan, dan pekerjaan), dukungan kelompok (keterlibatan dan pengakuan sebagai bagian dari kelompok yang memiliki minat aktivitas sosial yang sama). 

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kelima bentuk dukungan tersebut memiliki tugas dan fungsinya masing-masing sebagai bekal terbaik bagi seseorang untuk memperoleh kehidupan yang senang, nyaman, serta terarah.

Pentingnya Dukungan Sosial untuk Anak

Dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Anak yang memperoleh dukungan dalam kapasitas kecil, lebih memungkinkan mengalami kelemahan pada beberapa hal. Seperti lemahnya pergaulan, kurangnya kemampuan berinteraksi, hingga konsekuensi psikis yang negatif (Sarason, dkk dalam Suhito dalam Mori Dianto). 

Bagi anak yang memperoleh dukungan sosial cukup bahkan penuh, maka anak tersebut dapat berkembang menjadi individu yang lebih optimis; terampil; tingkat kecemasan rendah; serta kemampuan untuk lebih unggul daripada anak yang mendapatkan dukungan pada kapasitas kecil tadi.

Anak yang memiliki banyak ikatan sosial, cenderung memiliki usia yang lebih panjang dan juga lebih tahan banting terhadap segala sesuatu yang kurang menyenangkan. Sebaliknya, anak yang lebih sedikit ikatan sosialnya maka akan lebih mudah terpuruk oleh keadaan sekitarnya.

Dalam hal ini peran orang tua di dalam sebuah keluarga, yaitu ibu dan ayah sangat penting. Orang tua adalah sosok yang dihormati (disegani) di lingkup rumah atau keluarganya, dan seharusnya orang tua memberikan contoh yang bernilai baik bagi anak-anaknya. Utamanya dalam hal berkomunikasi dan menciptakan sebuah peluang bagi anak, agar anak tersebut dapat ikut berkontribusi memilih rencana jangka panjangnya. Tidak menutup kemungkinan seiring bertambahnya kematangan berpikir sang anak, dia akan mulai membutuhkan bantuan serta wujud lain yang dirasakan sangat perlu untuk didapatkan.

Orang tua tidak hanya selaku pemberi fasilitas, melainkan juga menjadi sahabat untuk anak apalagi di usia menginjak remaja. Remaja mengalami beberapa perubahan dalam waktu yang bersamaan meliputi perubahan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Di masa-masa perubahan itu, orang tua diharapkan dapat memberikan sikap responsifnya mengenai ketertarikan atau impian sang anak untuk mulai membantunya membangun masa depan.

Menurut Santrock dalam Tarmidi, keluarga merupakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri dan itu bersumber dari orang tua. Orang tua diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk perkembangan kemampuan anak, agar dapat belajar inisiatif atas keputusan yang ingin dilakukannya serta belajar bertanggung jawab.

Namun perlu diingat bahwa dukungan sosial ini tidak selalu bernilai baik bagi anak. Dampak negatifnya adalah karena seringnya melakukan interaksi berlebihan dengan orang di luar rumah seperti teman, bisa saja sang anak akan lebih mudah menjatuhkan percayanya pada setiap informasi yang didengar tanpa menyeleksi terlebih dulu. Akibatnya, anak akan mengalami kecemasan dan stres. Oleh karenanya, perlu dibangun pilar-pilar lain untuk membatasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan dialami anak ketika sedang berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya sendiri.

Ditulis oleh Nur Asiyah, S.Pd., Guru SMA Negeri 1 Pandaan

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 50 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis