Infografik Kebiasaan Membaca Dunia 2020 yang dirilis pada Laman The Digital Reader dan didukung oleh Amazon pada 10 November 2020, menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 16 dari 22 negara. Kegemaran membaca masyarakat Indonesia memang mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hasil riset serupa yang dilakukan sebelumnya, yakni berada pada urutan ke-17 dari 30 negara yang diriset. Namun perlu kita mengingat bahwa minat baca orang Indonesia dapat dikatakan rendah. Walaupun hasil riset Indonesia mengalami peningkatan peringkat, namun pada dasarnya intensitas rata-rata membaca per minggu tetap 6 jam per minggu.
Budaya literasi harus dipupuk mulai usia dini. Untuk memupuk kemampuan membaca di kelas rendah harus mengenali karakteristik siswa kelas rendah. Adapun yang dapat digolongkan kelas rendah adalah para siswa sekolah dasar kelas 1, 2 dan 3. Siswa kelas rendah tersebut mempunyai kecenderungan susah diatur, kurang bisa mengontrol emosi, dan mengutamakan kegiatan bermain.
Sementara itu, di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa hanya bisa menggunakan pola pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kegiatan pembelajaran jarak jauh tersebut memerlukan banyak pendampingan dari orang tua. Sinergi antara guru dan orang tua diharapkan dapat menentukan pola pembelajaran yang tepat sehingga dapat menyesuaikan karakteristik siswa dan lingkungan belajar.
Orang tua sebagai mitra sekolah dalam pendampingan pembelajaran jarak jauh harus bisa memahami emosi anak agar mereka mau belajar tidak dalam keadaan terpaksa. Guru sebagai pengelola pembelajaran juga harus mampu menciptakan sistem yang berkesinambungan sehingga pola pembelajaran yang dirancang bisa dipahami oleh siswa dan orang tua siswa sebagai pendamping pembelajar.
Dalam pelaksanaannya di lapangan banyak keluhan yang ditemui dalam proses pendampingan. Beberapa orang tua siswa kelas rendah mengeluhkan kendala utama yang sering dialami adalah sulitnya anak untuk dikendalikan, Di sisi lain, ada juga siswa yang dengan mudah diarahkan dalam kegiatan proses belajar. Dengan demikian kemampuan membaca siswa pada pembelajaran di masa pandemi sangat bervariasi. Orang tua yang dapat melakukan pendampingan secara maksimal juga dapat membuat perbedaan.
Kualitas pendampingan pada siswa juga dapat berbeda-beda tergantung pada sarana dan prasarana, kondisi ekonomi, pendidikan orang tua, dan lingkungan belajar. Pembelajaran jarak jauh akan lebih maksimal jika terpenuhinya sarana komunikasi meliputi jaringan internet, ponsel, dan komputer.
Sebenarnya pembelajaran jauh tidak harus dengan model pembelajaran daring. Sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemdikbud bahwa pembelajaran di masa pandemi bisa dilakukan secara luring dengan beberapa opsi seperti pembentukan kelompok kecil, kunjungan ke rumah, dan sebagainya. Dan di masa pandemi tidak diwajibkan untuk menuntaskan kurikulum, namun prasyarat minimal harus terpenuhi.
Untuk siswa kelas rendah, paling tidak sekolah dapat mengambil patokan para siswa ditargetkan mempunyai kemampuan baca tulis atau bahkan bisa membaca dalam tingkatan terampil.
Pembelajaran di Masa Pandemi
Pembelajaran di masa pandemi membuat siswa banyak bersentuhan dengan gadget. Namun penggunaan gadget tersebut ternyata tidak menambah kemampuan literasi membaca siswa, akan tetapi justru memperlambat literasi baca tulis siswa. Tingkat pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca kelas rendah, Keadaan ekonomi merupakan faktor tambahan yang sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa.
Perbedaan daya dukung antar siswa dalam satu lingkup pendidikan, lingkup daerah, dan wilayah menyebabkan terjadinya kesenjangan yang sangat mencolok. Pada proses pembelajaran, hal tersebut dapat menjadi kendala besar bagi guru. Maka akan sangat sulit melakukan penanganan apalagi saat pasca pandemi di mana guru harus memikirkan bagaimana menangani perbedaan yang mencolok tersebut. Guru harus melakukan analisis alternatif untuk melakukan penilaian terhadap siswa yang mengalami kendala dalam keterampilan membaca.
Inovasi para pendidik sangat diperlukan untuk memecahkan kendala di lapangan. Namun tidak semua pendidik kelas rendah mempunyai inovasi dan hanya mengandalkan kebiasaan-kebiasaan lama dengan tidak mau menerima pembaharuan.
Sebagai solusi untuk meningkat kemampuan membaca siswa bahkan dalam tingkatan terampil perlu adanya kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak.
Dinamika kemampuan membaca siswa di kelas rendah sangat komplek dan antar satuan pendidikan sangat bervariasi. Namun problematika ini tidak akan ada habisnya. Untuk itu perlu adanya pemantauan secara berkala.
Program akan diadakannya Asesmen Kompetensi Minimum oleh pemerintah sebagai pengganti kegiatan Ujian Nasional yang menurut rencana akan diarahkan pada siswa kelas 5. Untuk kelas rendah pun juga perlu adanya semacam kegiatan asesmen untuk pemetaan terutama dalam penguasaan keterampilan membaca sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan.
Ditulis oleh : Aini Farida,S.Pd, Guru di SD Negeri 3 Samuda Kota