Budayakan Kembali Salam, Senyum, dan Sapa yang Pudar di Masa Pandemi

- Editor

Senin, 11 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Harna Yulistiyarini, S.Pd.,M.Pd.

Guru SMP N 1 Tayu, Pati, Jawa Tengah

 

Ramah tamah adalah karakter utama bangsa kita. Selalu mengucapkan salam sambil tersenyum dan menyapa sudah menjadi budaya kita. Lihatlah, di setiap acara pertemuan, perkumpulan keluarga, acara adat, atau acara makan bersama selalu diselingi salam, senyum, dan sapa. Agama juga mengajarkan untuk bersikap ramah dan menampakkan wajah ceria di depan saudara kita. Bahkan senyum adalah ibadah dan termasuk sedekah yang paling mudah. 

Ada sebuah kegelisahan bahwa kegiatan salam, senyum dan sapa mulai memudar di masa pandemi ini. Setelah setahun lebih menjalani belajar dari rumah akibat Pandemi Covid-19 membuat interaksi antara siswa dan guru sedikit terbatasi. Tidak seperti dulu sebelum pandemi, di mana siswa selalu bersalaman dengan guru saat bertemu. 

Saat pandemi, berjabat tangan justru tidak dianjurkan. Dulu sebelum pandemi, siswa sering berangkulan atau bergandengan tangan dengan temannya lalu makan bersama di kantin sambil bercanda tawa. Saat pandemi ini, pemandangan itu tidak terlihat lagi karena adanya aturan protokol kesehatan untuk saling menjaga jarak. Fenomena seperti itu yang terjadi di sini, di sekolah tempat saya bertugas. Bahkan hingga pertemuan tatap muka terbatas dilakukan.  

Sejak September 2021 ini kami mulai melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka terbatas untuk siswa kelas VIII. Sementara siswa kelas VII dan kelas IX masih belajar dari rumah. Beberapa minggu ini salam, senyum dan sapa belum tampak mewarnai perjumpaan kami. Ada yang berpendapat percuma tersenyum, tidak akan terlihat karena wajah tertutup masker. 

Ada pula yang sulit memulai menyapa karena takut salah sebut nama akibat selama ini jarang bahkan tidak pernah bertemu langsung. Tidak sedikit pula yang lupa bagaimana memulai salam karena terlalu fokus pada aturan protokol kesehatan yang ketat. Siswa dan guru sampai lupa saling salam karena disibukkan dengan aktivitas cek suhu, cuci tangan dengan sabun, atau berjalan di jalur jaga jarak serta disibukkan oleh beragam kegiatan administratif sekolah uji coba pembelajaran tatap muka terbatas. 

Bagaimanapun, gerakan serentak untuk saling salam, senyum, dan sapa perlu dilestarikan kembali. Tetap tersenyum meskipun wajah tertutup masker karena saat tersenyum garis mata kita akan memancarkan keramahan. Tetap bersalaman dengan cara mengatupkan tangan di depan dada. Sedikit membungkukkan badan saat bertemu sebagai tanda hormat, santun dan berkarakter. 

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk kembali membudayakan salam, senyum, dan sapa di masa pandemi. Pertama dengan perintah melalui kebijakan resmi dari sekolah yang disebarluaskan melalui grup WhatsApp kelas. Kedua dengan ajakan persuasif melalui poster yang disebarluaskan melalui media sosial. Ketiga dengan teladan langsung dari guru sebagai pendidik. Keempat pembiasaan salam, senyum, sapa baik pada kelas tatap muka terbatas maupun kelas daring. 

Melalui beragam aksi gerakan tersebut, aktivitas salam, senyum, dan sapa yang hampir pudar akhirnya kita berharap dapat dibudayakan kembali meskipun dalam kondisi masih pandemi. 

Kebijakan atau sosialisasi resmi dari sekolah yang disebarluaskan di grup WhatsApp kelas harus dapat dibaca dan dilaksanakan oleh semua siswa serta semua warga sekolah. Tampilan poster  terkait tata cara salaman dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi Canva di mana poster tersebut perlu sangat menarik perhatian dan memudahkan siswa memahaminya. 

Selanjutnya teladan guru dalam memulai dan mengajak semua siswa untuk saling salam, senyum, dan sapa setiap bertemu akan menjadi contoh penting bagi siswa. Adapun pembiasaan salam, senyum, dan sapa saat proses pembelajaran di kelas menjadi hal yang tidak boleh terlewatkan. Di kelas tatap muka, kegiatan ini dapat dilakukan secara langsung meskipun tanpa bersentuhan. Sedangkan di kelas daring kegiatan ini dapat dilakukan melalui chat WhatsApp dengan tambahan stiker dan emoticon

Senyum, salam, dan sapa adalah kebiasaan yang mudah dilakukan dan perlu untuk terus dilestarikan. Pandemi Covid-19 bukan alasan untuk memudarkan kebiasaan baik ini. Ada banyak cara untuk memberikan salam meskipun tanpa berjabatan tangan. Ada banyak cara untuk tersenyum meskipun tertutup masker. Ada banyak cara untuk menyapa meskipun dalam kondisi saling menjaga jarak. Semua tetap bisa dilakukan asalkan ada niat yang tulus untuk mempertahankan sikap ramah tamah di antara kita. 

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 99 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis