“Bu Guru Mila, My Bestie”

- Editor

Kamis, 24 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh  RA. Karmila Damayanti, S.Pd.

Guru di SDN Guntur 03 Pagi Jakarta

 

Ini adalah kisah yang benar-benar membekas di hati saya saat mengajar di kelas 5A selama pembelajaran dilakukan secara daring pada masa pandemi Covid-19. 

Seperti yang kita rasakan bersama bahwa dampak pandemi bagi pembelajaran sangat besar. Selaku guru, kita mungkin sama sekali tidak pernah bertatap muka secara langsung dengan siswa yang kita ajar. Pasalnya dari awal tahun pelajaran hanya bertemu melalui kegiatan belajar online. 

Saya sendiri hingga pembelajaran berakhir di semester II, sama sekali tidak pernah bertatap muka dengan angkatan kelas baru yang saja ajar. Dalam kasus saya adalah kelas 5A tahun pelajaran 2020/2021. 

Di kelas tersebut terdapat siswa bernama Asyifa. Dari pengamatan sehari-hari, Asyifa tergolong siswa yang mampu secara ekonomi. Orang tuanya adalah seorang pedagang yang cukup mapan kondisi ekonominya. Tempat tinggalnya juga amat baik. 

Dari pengamatan segi karakter, Asyifa juga termasuk siswa yang tidak gaptek. Dia sangat baik dalam menggunakan perangkat pembelajaran online seperti ponsel dan laptop. Cara bicara Asyifa juga menunjukkan ia anak yang supel dan mudah bergaul dengan siapa saja. 

Namun berbanding terbalik dengan hasil belajar yang diperolehnya. Hampir setiap hari, hasil belajar yang diperoleh adalah nol. Nilai tertinggi berhenti di angka 3.

Akhirnya saya melakukan komunikasi dengan orang tua Asyifa. Hasilnya, mereka menyerahkan penuh masalah belajar anaknya kepada gurunya. Orang tua Asyifa benar-benar sibuk dengan kegiatan usaha dagang. Sebab mereka juga harus berjuang mempertahankan usahanya yang juga terdampak akibat pandemi. 

Orang tua Asyifa pergi berdagang ke pasar di saat subuh dan baru bisa pulang larut malam. Tentu masih membekas pada ingatan kita, betapa mengerikannya dampak pandemi tersebut pada kondisi ekonomi masyarakat. 

Oleh sebab itu, orang tua Asyifa benar-benar memasrahkan anaknya pada saya,  apapun itu tentang kegiatan belajar Asyifa di saat pandemi. 

Komunikasi ini cukup melegakan. Tinggal memikirkan mencari solusi dari masalah ini.

Akhirnya saya masukkan Asyifa pada golongan siswa yang membutuhkan penanganan plus. Setiap selesai memberikan materi online dan menunggu siswa mengumpulkan tugas, saya melakukan pendekatan pada Asyifa melalui chat via WhatsApp. Arahan secara individu saya lakukan, baik dengan voice note maupun dengan video call

Namun anehnya, setelah saya lakukan proses tersebut tidak ada progres dari Asyifa. Hingga suatu malam di atas pukul 21.00, saya menemukan chat dari Asyifa yang menanyakan tentang materi pelajaran. Akhirnya malam itu kami berbincang tentang pelajaran. 

Berlanjut ke malam-malam berikutnya, Asyifa selalu menghubungi saya melalui chat. Saya  diharapkan dapat membantunya menyelesaikan masalah kesulitan belajar yang dihadapinya hari itu. Dan kami pun berbincang bersama. 

Tak jarang kata-kata kelakar ala anak remaja muncul dalam perbincangan kami. Emoji-emoji lucu berseliweran di antara percakapan kami membahas pelajaran. 

Saya hanya bersedia melayani Asyifa malam hari, dengan syarat yang saya berikan yaitu hanya dengan chat via WhatsApp. Karena pada waktu tersebut saya juga harus menemani tidur anak saya. Dan dia menyetujui.

Konsultasi di malam hari memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Mulai dari menjelaskan materi yang tak dipahami hingga bimbingan mengerjakan tugas. Biasanya sesi bimbingan ini kami akhiri dengan memberi tugas untuk Asyifa. Kemudian akan saya evaluasi lagi di malam berikutnya. 

Sesuai harapan kami berdua, nilai-nilai Asyifa akhirnya mengalami peningkatan. Alhamdulillah….

Keinginan dan kemauan keras Asyifa membawa hasil yang baik. Asyifa kini bisa memperoleh nilai baik di atas KKM, dan saya pun merasa puas dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. 

Di saat semester 2 hampir berakhir, Asyifa mengirimkan screenshot profil kontak saya yang dia simpan di telepon genggamnya. 

“Ibu tau ga, aku simpen kontak Ibu di HP aku dengan nama apa?” Begitu pertanyaanya melalui chat. “Bu Mila, My Bestie.”

Seketika saya tak kuat membendung air mata ini. Saya merasa terbayar sudah semua letih selama ini. 

Sepanjang perjalan kegiatan belajar mengajar di kelas online selama masa pandemi memang banyak sekali kasus yang saya temukan. Dalam kondisi normal saja, ketika saya mengajar juga biasa menemukan masalah. Namun seringkali hal tersebut bisa diselesaikan antara saya dan murid. Dan lebih mudah diatasi karena bisa bertemu muka. 

Lain halnya dengan mengajar saat pandemi melalui metode online. Masalah yang sering saya temukan antara lain sulit sekali mengukur kemampuan siswa karena beberapa orang tua yang membantu penuh anaknya dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Sehingga hal itu membuat saya selaku pengajar sulit membedakan hasil kerja siswa secara murni atau hasil pekerjaan orang tua siswa. 

Kondisi ekonomi keluarga siswa pun seringkali menghambat kegiatan belajar online. Biasanya terjadi kendala pada perangkat yang dimiliki dengan keterbatasan fitur. Hal itu membuat sulit untuk memberikan inovasi dalam pembelajaran online yang menyenangkan. Sementara itu untuk membuat pembelajaran online yang menarik membutuhkan dukungan perangkat berupa handphone atau laptop yang memadai.

Selain itu, faktor ekonomi juga bisa berdampak dalam kemampuan siswa membeli paket data internet untuk belajar online. Apalagi bagi orang tua yang memiliki anak sekolah lebih dari satu, hal ini sangat berpengaruh dalam kemampuan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar online. Sementara itu, kondisi pandemi banyak membuat kondisi ekonomi suatu keluarga luluh lantak. Tak sedikit orang tua siswa yang kena PHK. 

Latar belakang pendidikan orang tua juga sangat berpengaruh pada kegiatan belajar online. Sehingga seringkali membuat saya selain harus mengajari siswa juga harus mengajari orang tua siswa. Sebab dengan keterbatasan pengetahuan, namun kenyataannya mereka yang harus berhadapan langsung dengan anak-anak mereka saat kegiatan belajar online di rumah. 

Beragam masalah yang muncul saat pandemi membuat kita sebagai guru dituntut harus benar-benar ekstra dalam menguras tenaga, pikiran, dan perasaan. Namun saya yakin, di sinilah kemuliaan kita sebagai guru. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru