Mengikuti PPG Prajabatan
Wanita asal Desa Tanjung Karang Kecamatan Jati itu tak henti-hentinya berjuang. Berbagai langkah telah ia upayakan agar menjadi seorang guru berstatus ASN. Sebelumnya ia kerap mengikuti tes Calon Pengawai Negeri Sipil (CPNS) tetapi gagal.
“Sudah pernah berupaya tes CPNS dan alhamdulillah hasilnya lolos passing grade (PG) tapi kalah saing dengan yang berserdik, Mas,” ucap Ratna.
Kegagalannya bukan karena tidak mampu mengerjakan soal tes melainkan lantaran kalah saing dengan pelamar yang bermodalkan sertifikat pendidik (serdik). Pasalnya pelamar CPNS formasi guru akan mendapatkan nilai tambahan 100 bila mempunyai sertifikat pendidik. Situasi tersebut membuatnya kecewa. Oleh sebab itu, ia terobsesi untuk memiliki sertifikat pendidik dengan mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
“Karena kalah dari pemilik sertifikat pendidik, maka saya mencari informasi tentang PPG. Pada tahun 2022 ada pendaftaran PPG Prajabatan Gelombang 1 bersubsidi. Saya mendaftar dengan bermodalkan nekat. Atas pesan almarhum bapak saya, akhirnya saya yakin bahwa ini menjadi jalan terbaik saya. Bismillah saya mengikuti mekanisme pendaftarannya, alhasil saya lolos,” urai alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muria Kudus (UMK) itu.
Ia kemudian memulai kuliah PPG Prajabatan di Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) sejak September 2022 lalu. Ia bersyukur bisa berkesempatan PPG Prajabatan di umur yang sudah menginjak kepala tiga.
Kuliah PPG bukanlah jalan yang mudah. Di kuliah PPG, mahasiswa wajib cakap teknologi menyesuaikan perkembangan era digital. Fenomena ini membuat Ratna beradaptasi karena dirinya mengaku kurang menguasai teknologi. Kendati demikian, ia memiliki motivasi belajar bidang teknologi informasi agar paham dan bisa mengaplikasikannya.
Mengajar dengan Tulus dan Ikhlas
Meski padatnya kuliah PPG menyita banyak waktu Ratna tidak melepas tanggung jawabnya begitu saja di sekolah. Walaupun dirinya sering cuti lantaran harus menjalani PPL di Kota Semarang. Namun, Ratna masih sempatkan diri mengurus anak didiknya di Kudus. Dengan tulus dan ikhlas, ia membersamai anak didiknya belajar.
Dirinya nyaman di SD 1 Getas Pejaten. Walaupun statusnya hanya tenaga honorer, Ratna senang dengan ekosistem sekolah yang baik. “Lingkungan nyaman, teman dan situasi itu membuat pekerjaan merasa senang dan ikhlas menjalani dengan status apapun itu. Tidak ada konflik dan rasa iri maupun dendam antar teman,” jelasnya.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya