Penuh Prestasi
Tak habis sampai di situ, Damin memiliki segudang prestasi di berbagai perlombaan dan pelatihan. Apalagi sosok guru yang gemar menulis ini, sejak 2009 sering lomba karya tulis ilmiah. Tak jarang dirinya meraih juara, pada 2012 dan 2015 ia meraih juara 2 Lomba Guru Berprestasi Kabupaten Pati. Kemudian, ia menorehkan juara harapan 1 Lomba Inovasi Webste Sekolah tingkat Jawa Tengah.
Damin juga penggagas blog dan website di SMP Negeri 1 Kayen. Ia mengenalkan dunia digital pada siswa-siswinya dan para guru. Dari keteladanannya sebagai guru, 18 karya tulis ia hasilkan salah satunya kisah perjalanan kariernya berjudul “Menggapai Asa Meraih Impian”.
Perjuangan Tak Kenal Lelah
Pria yang lahir di Desa Pulorejo, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati tahun 1969 itu bercerita. Dalam cerita singkatnya, ia semasa hidup menjadi orang yang tidak mampu memaksanya bersekolah sambil bekerja dimana pun ia berpijak. Bahkan sejak di bangku SMP dirinya terpaksa ikut membantu orang agar mampu menyambung hidup dan membantu perekonomian keluarga. Bersekolah di SMP Negeri 1 Winong, Damin saat itu berpamitan dan meminta doa restu orang tuanya untuk tinggal sementara di rumah salah seorang mantan Kepala Desa Kebowan guna membantu pekerjaan dan mengenyam pendidikan.
“Keluarga saya tidak punya uang untuk menyekolahkan saya, saya harus mikir biaya bayar buku, uang gedung dan lain-lain. Sehingga saya berpikir bagaimana caranya agar tetap bersekolah. Saya ikut orang tinggal di sana dan membantu bekerja. Di sana kalau pagi sekolah, sorenya jualan di warung sampai malam. Waktu malam harinya saya membawa buku sambil belajar,” ungkap Damin.
Walau tiga tahun sekolah sambil bekerja, ia akhirnya menamatkan bangku SMP dengan predikat rangking tiga paralel pada 1985. Hebatnya, pada kelas II SMP, ia berhasil juara 2 lomba cerdas cermat tingkat Kabupaten Pati. “Tak lepas dari motivasi diri dan doa orang tua, alhamudlillah saya menempuh perjalanan pendidikan SMP saya hingga tamat dengan berbagai prestasi yang mengesankan sebagai warna hidup saya,” ucapnya.
Usai lulus SMP, ia tak menyangka lolos sebagai peserta didik di SMA Negeri 1 Pati. Bahkan tetangga dan orang-orang terdekat meremehkannya karena latar belakang ekonomi keluarga yang menengah ke bawah. Ia menganggap omongan negatif di luar sebagai motivasi. Ia pun kembali melanjutkan ceritanya sambil terharu mengingat masa-masa sulit saatnya.
“Kisah berlanjut waktu SMA, saya diremehkan karena orang tua saya tidak memiliki uang. Apalagi orang tua saya hanya jualan di pasar. Namun pertanyaan dan kritik dari orang-orang menjadikan saya semangat untuk terus maju. Prinsip saya tetaplah rendah hati dan berbesar hati untuk tidak gampang marah,” ucap pria yang waktu muda kerap menjadi muadzin.
Halaman selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya