Pendekatan tematik merupakan pendekatan merupakan salah satu model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu. Tema atau topik tersebut menjadi sesuatu yang sentral, kemudian dikaitkan dengan bidang studi atau mata pelajaran yang terkait.
Pendekatan tematik telah diterapkan secara masif di Indonesia sebagai bagian dari sistem Kurikulum 2013 (K-13). Pendekatan pembelajaran tematik pada K-13 menjadi satu-satunya pendekatan yang wajib diterapkan di satuan pendidikan.
Akibatnya banyak yang kemudian mengeluhkan sistem belajar menggunakan pendekatan tersebut. Pasalnya pendekatan ini di K-13 justru dianggap memberatkan dan menyulitkan guru, orang tua, dan utamanya siswa dalam praktik-praktik pembelajaran.
Di kurikulum 2022 ini pendekatan tematik tidak lagi menjadi suatu kewajiban yang harus diterapkan oleh guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru diberikan keleluasaan dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Kekurangan Pendekatan Tematik di Satuan Pendidikan
Mengenai pembelajaran tematik di jenjang SD dan PAUD memang agaknya kurang menjadi solusi yang jitu. Guru dan orang tua siswa “dibingungkan” atas skema pembelajaran yang memusatkan pada tema-tema tertentu.
1. Keluhan orang tua
Banyak orang tua yang mengeluhkan tentang pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. Pembelajarn tersebut dianggap sulit ketika mengajarkan kepada anak-anaknya di rumah.
Hal demikian disebabkan oleh pembelajaran yang kurang jelas karena berpusat pada tema. Orang tua justru merasa bingung, apakah tema tertentu sedang dibahas di mata pelajaran Matematika, IPA, IPS atau bahkan Bahasa Indonesia.
Yang demikian itu dianggap menyulitkan bagi orang tuanya karena mereka (orang tua) merupakan lulusan atau alumni pendekatan mata pelajaran. Dengan begitu orang tua siswa kesulitan dalam menyesuaikan diri untuk mengajar anak-anaknya di rumah.
2. Keluhan dari siswa
Keluhan bagi siswa mengenai pendekatan tematik dapat dilihan pada saat Penilaian Tengah Semester (PTS) atau Penilaian Akhir Semester (PAS). Siswa yang belajar mengenai tema 1 (satu) misalnya, setiap harinya akan mempelajari semua mata pelajaran.
Sebagai contoh di hari senin tema ulangannya itu Tema 1, siswa harus belajar 5 (lima) mata pelajaran yang mencakup tema 1 tersebut. Kemudian keesokan harinya siswa ini menghadapi ujian untuk tema 2, itu juga siswa nantinya belajar semua mata pelajaran sebanyak 5 mata pelajaran.
Hal ini tentunya pembelajaran didesain tidak disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa itu sendiri, terlalu memaksakan siswa untuk “mampu” dalam waktu singkat. Apalagi pendekatan ini diterapkan di jenjang SD dan PAUD.
3. Keluhan dari guru
Pada pendekatan tematik, ada tema tertentu yang kadang dipaksakan. Artinya ada tema yang sebenarnya kaitan dari tema terhadap mata pelajaran itu tidak sesuai dan terkesan dipaksakan.
Kemudian banyak juga guru yang mengalami kesulitan penilaian. Karena memang di semua mata pelajaran atau tema pada saat penyusunan soal, juga bertema. Jadi semua mata pelajaran digabungkan menjadi satu tema pada saat penilaiannya.
Evaluasi dari Kurikulum 2013
Terkait dengan pendekatan tematik di kurikulum 2022 ini sebelumnya telah dipaparkan oleh Kemendikbudristek. Pada paparan Kemendikbudristek tentang Kebijakan Kurikulum untuk Membantu Pemulihan Pembelajaran dijelaskan mengenai hasil evaluasi dokumen kurikulum 2013.
Pada paparan tersebut disebutkan bahwa pendekatan tematik di jenjang PAUD dan SD dan mata pelajaran (jenjang SMP, SMA, SMK, Diktara, dan Diksus) merupakan satu-satunya pendekatan dalam kurikulum 2013 tanpa ada pilihan pendekatan lainnya. Artinya dalam pembelajaran guru hanya dapat melaksanakan satu pendekatan.
Hal tersebut tentunya bertentangan dengan sistem kurikulum 2022 yang menggaungkan konsep merdeka belajar. Baik itu pembelajaran yang dilakukan oleh guru ataupun sistem belajar yang diterapkan oleh siswa.
Pendekatan Tematik di Kurikulum 2022
Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dijelaskan juga terkait pendekatan tematik di kurikulum 2022. Kemendikbudristek menjelaskan bahwa pendekatan ini tetap digunakan, namun tidak menjadi satu kewajiban.
Artinya satuan pendidikan dalam hal ini guru dapat menggunakan pendekatan lain. Yang tentu saja di kurikulum 2022 ini disesuaikan dengan kondisi dan keterbutuhannya.
Hal demikian mengartikan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan opsi pendekatan pembelajaran lain. Dalam hal ini fleksibilitas guru sebagai pendidik di kelas menjadi priorotas utama.
Wajib Dipahami
Pendekatan tematik di kurikulum 2022 ini pada dasarnya tidak ditiadakan. Akan tetapi guru masih bisa menggunakan pendekatan tematik atau juga memilih opsi pendekatan lain sesuai dengan kondisi dan keterbutuhannya.
Daftarkan diri Anda untuk mengikuti DIKLAT “Desain dan Implementasi Kurikulum Paradigma Baru di Satuan Pendidikan”. Semua mendapatkan sertifikat 64 JP dan nikmati juga fasilitas serta bonus lainnya.
Ayo tunggu apa lagi, daftarkan diri Anda sekarang juga. Klik disini untuk mendaftar!
Silakan gabung channel telegram untuk mendapatkan informasi tentang diklat, webinar, bimtek, dan pelatihan.