Ditulis oleh Verawati, S.Pd., M.Ed.
Guru SMKN 2 Cikarang Barat
Asesmen adalah sebuah proses untuk mendapatkan data atau informasi dari sebuah proses untuk mengetahui seberapa baik kinerja seseorang berdasarkan kriteria tertentu. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada awal Agustus lalu telah menyelenggarakan proses asesmen serentak bagi 12.000 orang pegawai negeri (dalam hal ini guru) untuk mengetahui seberapa baik kinerja mereka dalam melaksanakan tugas.
Program asesmen guru ASN di awal Agustus tersebut pada dasarnya bukan kali yang pertama. Sebab pada saat itu saya menjadi salah seorang pesertanya, maka dalam tulisan ini saya akan berbagi pengalaman untuk Anda yang mungkin suatu saat nanti akan dipilih untuk mengikuti proses ujian tersebut.
Proses ujian ini memakan waktu cukup lama, yakni sekitar 4 jam. Dan sebagai peserta, kita harus memiliki stamina yang cukup, akses internet yang stabil, dan peralatan pendukung lain seperti komputer, mouse, dan headset untuk mendengarkan segala perintah dari jarak jauh.
Terdapat dua kategori model tes, yaitu tes kompetensi akademik dan tes model studi kasus. Selain itu terdapat tiga model tes sebagai pekerjaan rumah yang seluruhnya berbentuk esai dan diberikan batas waktu hingga beberapa jam untuk kemudian dikumpulkan. Tes model esai ini sangat memerlukan kemahiran menulis dengan cepat karena peserta diharapkan mampu menulis 200 kata untuk menjawab tiap-tiap soal.
Pada kategori pertama yaitu kompetensi akademik, kita akan dihadapkan pada ratusan soal pilihan ganda yang terdiri dari pemahaman gambar, pemahaman kata, pemahaman angka, dan kecepatan kita dalam menghitung dengan batas waktu hitungan detik. Tes model ini mirip seperti tes kraplin yang dimodifikasi dalam bentuk online. Untuk tes model pertama ini kekuatan konsentrasi dan kecepatan memilih jawaban sangat diperlukan. Saran saya, bagi Anda yang akan ikut tes sebaiknya membawa mouse agar proses memilih jawaban hasil perhitungan dapat dilakukan dalam tempo yang secepat-cepatnya.
Pada tes model studi kasus, kekuatan membaca adalah kunci keberhasilan kita dalam menjawab. Pertanyaan yang diberikan tentu saja berkarakter HOTS (High Order Thinking Skill) yang membutuhkan penalaran dari sekian banyak alternatif jawaban yang nampaknya semuanya benar. Lagi-lagi kekuatan fisik dibutuhkan karena mata kita harus menatap berbagai jenis kasus dengan opsi jawaban yang semuanya berupa paragraf. Kita tidak akan menemukan jawaban singkat di model studi kasus ini.
Pada ujian sesi terakhir kita diberikan waktu untuk mengerjakannya di rumah secara offline. Meskipun tidak diawasi secara langsung namun waktu yang diberikan dibatasi sehingga kita perlu untuk membuat karangan yang bermutu dalam menjawab berbagai soal esai.
Sebetulnya cara menjawab esai ini tidak terlalu sulit jika kita termasuk orang-orang yang terbiasa menulis. Kemampuan menulis 200 kata per nomor adalah kunci keberhasilan dalam menjawab sesi penugasan ini.
Sejak awal hingga tes berakhir semua memerlukan otak yang rileks dan fresh. Tidak perlu belajar hingga larut malam karena jika kita paham akan instruksi dari setiap bagian yang ditanyakan, dalam kondisi fisik yang prima maka kita bisa memahami instruksi tersebut dengan baik.
Jangan panik jika terjadi kesalahan teknis. Seperti pengalaman saya, ketika itu ada dua password yang digunakan yakni untuk masuk ke link Zoom dan untuk login ke halaman tes. Kedua password hurufnya sama hanya bedanya untuk masuk link Zoom menggunakan huruf besar semua sementara untuk masuk ke halaman tes menggunakan huruf kecil semua.
Saya betul-betul panik ketika sudah banyak orang menjawab namun saya belum juga berhasil login akibat salah password. Ketenangan diri diperlukan saat menghadapi situasi seperti ini. Akan lebih baik jika segalanya kita persiapkan dengan baik.
Kendala teknis tentu memiliki kemungkinan besar untuk terjadi terlebih jika laptop dan internet yang digunakan kurang bagus. Jika mengalami kendala, dapat langsung bertanya kepada pengawas. Sehingga kita nanti akan diarahkan oleh harus berbuat apa. Pemahaman seluruh fitur dalam aplikasi Zoom mutlak diperlukan.
Dari seluruh uraian yang telah saya sampaikan, dapat disimpulkan bahwa persiapan terpenting adalah fisik yang prima dan peralatan yang baik, termasuk jaringan yang stabil. Bisa menggunakan WiFi tapi juga perlu kita siapkan kuota internet yang cukup sehingga ada alternatif lain saat terjadi masalah.
Demikianlah pengalaman saya sebagai seorang guru ASN Provinsi Jawa Barat dalam mengikuti asesmen. Semoga ini dapat memberikan gambaran kepada Anda yang akan mengikuti proses asesmen. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.