Alternatif Gaya Pembelajaran untuk Mengatasi Terpuruknya Pendidikan Akibat Pandemi

- Editor

Selasa, 15 Maret 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Solvy Air Hati Ch.A

Guru di SMA Negeri 1 Lempuing Jaya

Bukan informasi yang baru lagi bahwa akibat pandemi yang terus berlanjut membuat pendidikan mengalami keterpurukan, terutama di lapisan masyarakat menengah ke bawah. Terlebih kalangan yang tidak memiliki daya untuk membeli barang teknologi seperti ponsel pintar (smartphone) yang merupakan sarana utama pembelajaran online di masa pandemi ini. 

Di tengah kondisi pandemi terdapat tuntutan bahwa dalam pembelajaran online memaksa pengadaan sejumlah fasilitas di tengah menurunnya perekonomian. Sejatinya adalah suatu yang tidak mungkin jika orang tua melakukan pembiaran pada anak-anaknya untuk tidak mengikuti proses pembelajaran daring di masa pandemi. Namun tentu saja ada juga orang tua yang tidak mampu beradaptasi dengan situasi ini sehingga anaknya terpaksa harus “hilang” dari pembelajaran  dengan alasan ekonomi. 

Sayangnya bagi para siswa yang sudah mendapat fasilitas online untuk pembelajaran,  belum tentu dapat memanfaatkannya sebagaimana mestinya. Adalah suatu yang wajar jika para siswa yang sebelumnya tidak pernah  mengenal dan tidak pernah memegang ponsel pintar menjadi rakus dalam penggunaannya. Contoh yang sedang membahana di kalangan muda saat ini adalah bermain TikTok dan melihat streaming Drama Korea, dan lain sebagainya. Fasilitas online yang seharusnya untuk belajar akhirnya ludes bukan untuk proses pendidikan. 

Pendidik di setiap lembaga pendidikan pasti telah mengupayakan agar peserta didik dapat tetap giat belajar dengan berbagai cara seperti menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua peserta didik. Atau bahkan pendidik sampai rela berkunjung ke tempat tinggal peserta didik untuk mengetahui perkembangan siswa dalam belajar yang diselenggarakan oleh sekolah.  

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) yang sudah mulai diterapkan baru-baru ini menjadi angin segar untuk pendidik yang haus kualitas pendidikan, terutama para guru yang masih kesulitan menghadapi pembelajaran online. 

Pembelajaran secara online sebetulnya merupakan kemajuan pendidikan untuk masa depan agar kualitas pendidikan lebih baik dari era sebelumnya. Namun dalam praktiknya, pendidik dan lembaga pendidikan banyak yang nyaris putus asa karena hilangnya peserta didik dari proses pembelajaran yang dilakukan di media online.

Ternyata melaksanakan pembelajaran online yang efektif tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan. Setelah hampir 2 tahun dilaksanakan pembelajaran tanpa tatap muka, terjadi menurunnya disiplin dalam melakukan proses belajar di kelas baik pada peserta didik maupun pendidik sendiri. 

Adaptasi dengan gaya proses pembelajaran memang membutuhkan pembiasaan dalam tempo yang tidak bisa sebentar. Ketika di masa pandemi, pendidik mungkin telah terbiasa hanya menyiapkan video-video pembelajaran yang kemudian dikirim secara online dan kini harus hadir lagi di sekolah tepat waktu. Sementara itu peserta didik yang sudah terbiasa dapat mengikuti pembelajaran online dengan tiduran di rumah kini harus tertib dengan aturan di sekolah.

Melihat kondisi seperti itu, maka perlu ada alternatif gaya pembelajaran yang dapat memacu semangat, inisiatif, dan kreativitas guna tercapainya tujuan pendidikan.  Gaya pembelajaran yang disajikan hendaknya dapat menggugah semangat belajar, berkompetisi, kreatif, inovatif , dan menyenangkan. Ini sangat diperlukan agar tercipta antusias demi tercapainya tujuan di setiap pembelajaran. 

Penulis di sini mencoba menawarkan sejumlah alternatif yang telah diterapkan agar karakter disiplin kembali muncul, di antaranya berupa hukuman yang mendidik bagi siswa yang terlambat masuk proses pembelajaran dan memberi penghargaan bagi yang disiplin tepat waktu. 

Kemudian terkait pembelajaran, karena durasi pembelajaran di sekolah  selama pandemi tidak diperkenankan lebih dari 6 jam, maka pemberian materi tetap dapat dilakukan secara online melalui Google Classroom ataupun di grup WhatsApp. Sementara ketika di sekolah dapat digunakan untuk melanjutkan penjelasan yang mungkin belum dipahami oleh siswa. 

Selama penyampaian materi dilakukan secara online, sejumlah peserta didik mungkin tidak akan mengakui bahwa dirinya tidak membuka materi yang dikirim atau tidak memahami materi pelajaran. Untuk memastikan hal tersebut, maka pendidik dapat langsung memberikan pertanyaan-pertanyaan ‘pancingan’ kepada peserta didik saat pembelajaran dilakukan secara tatap muka di kelas. 

Jika ditemui banyak kesulitan dan permasalahan dalam memahami materi boleh segera menerapkan metode lain dalam proses pembelajaran tatap muka. Misalnya membentuk kelompok-kelompok agar terjalin kerja sama antara siswa dalam memahami materi. Komunikasi dalam kelompok tersebut dapat menguatkan pemahaman paparan materi. Cara tersebut dapat mengatasi siswa yang tidak paham karena tidak membuka kiriman materi yang diberikan secara online. 

Untuk lebih memacu kerja kelompok, dapat memberikan tugas pada kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yaitu memahami materi yang dibagikan pada setiap kelompok. Kelompok-kelompok yang sudah memahami materi duluan dapat diberikan kesempatan untuk presentasi pertama  dan memberikan penghargaan berupa ‘diskon’ nilai atau tepuk tangan. Apabila banyak kelompok yang ingin maju presentasi maka dapat dilakukan pengundian. Gaya belajar seperti ini menjadikan peserta didik tertantang untuk berkompetisi menampilkan kemampuannya dalam memahami materi. 

Selanjutnya dalam evaluasi atau penilaian, dapat pula dilakukan dengan gaya kuis. Sehingga peserta didik lebih antusias dalam proses pembelajaran. Misalnya menerapkan kuis beranting yang terdapat di kartu-kartu yang berisi pertanyaan di setiap anggota kelompok untuk diselesaikan secara berputar dalam setiap anggota kelompok tersebut.  Metode kuis yang lain juga bisa diterapkan sehingga  aktivitas proses belajar sampai evaluasi pembelajaran penuh antusias, bervariasi dan  proses pembelajaran berakhir dengan sangat menyenangkan. 

Demikian di antara gaya pembelajaran yakni penerapan berupa sanksi, penghargaan, pertanyaan ‘pancingan’, kerja kelompok, kompetensi presentasi, dan game quiz untuk evaluasi, yang mudah-mudahan dapat menggugah semangat belajar guna mencapai cita-cita yang diharapkan. Salam sukses pembelajaran.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru