Pernahkah Anda membayangkan jika ribuan penelitian, laporan, dan disertasi hanya tersimpan di repository kampus, tetapi sepi pembaca?
Tidak ada mahasiswa yang mengutip, tidak ada masyarakat yang memahami, bahkan terkadang penulisnya sendiri sudah lupa pernah menulisnya.
Setiap tahun, lebih dari 200.000 karya ilmiah dihasilkan oleh dosen dan mahasiswa Indonesia, baik dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, maupun laporan penelitian.
Berdasarkan data dari SINTA (Science and Technology Index) dan Repositori Nasional Kemdikbudristek, jumlah publikasi ilmiah terdaftar mencapai lebih dari 4,3 juta dokumen pada 2024.
Namun, sebagian besar karya ini berhenti di ruang digital yang hanya diakses untuk kepentingan akreditasi dan penilaian angka kredit, bukan untuk dibaca masyarakat.
Ironisnya, lebih dari 70% repository perguruan tinggi di Indonesia tidak pernah mendapatkan lebih dari 100 kunjungan pembaca per bulan.
Artinya, sebagian besar karya ilmiah yang dikerjakan dengan riset berbulan-bulan dan revisi berulang kali, hanya dibaca oleh segelintir orang, seperti dosen pembimbing, penguji, dan petugas akademik.
Ilmu yang Tidak Diterbitkan, Adalah Ilmu yang Tidak Dikenal
Apakah ilmu yang tidak disebarluaskan masih bisa disebut pengabdian? Tujuan seorang dosen melakukan penelitian adalah menemukan kebenaran dan solusi bagi masyarakat.
Tetapi, tanpa media yang tepat, ilmu itu tidak akan pernah tersampaikan ke masyarakat. Repository dan jurnal memang tempat yang penting bagi kalangan akademik. Namun, di luar kampus, masyarakat tak punya akses mudah, apalagi kemampuan membaca teks ilmiah yang padat teori.
Hasil penelitian yang sejatinya bisa mengubah pola pikir petani, pengusaha kecil, atau guru, akhirnya terkunci dalam format PDF dengan bahasa teknis dan statistik yang membingungkan.
Sementara itu, masyarakat di luar sana tetap bertanya-tanya tentang hal-hal yang sudah Anda jawab lewat penelitian bertahun-tahun lalu. Hanya saja, mereka tidak tahu di mana menemukannya.
Dosen Bukan Sekadar Peneliti, Tetapi Penjaga Pelestarian Pengetahuan
Seorang dosen bukan hanya pengajar di ruang kuliah, tetapi juga penjaga warisan intelektual bangsa. Ilmu yang tidak dibukukan akan perlahan menguap bersama waktu dan pergantian generasi.
Anda dapat melihat negara-negara dengan tradisi akademik kuat seperti Jepang atau Jerman, dosen mereka tak hanya menulis jurnal, tetapi juga menerbitkan buku dari hasil riset mereka agar ilmu tersebut bisa dipahami masyarakat luas.
Di Indonesia, budaya ini mulai tumbuh, meski belum merata. Beberapa dosen sudah membuktikan bahwa mengubah karya ilmiah menjadi buku bukan sekadar meningkatkan personal branding, tetapi juga bentuk pengabdian.
Buku-buku hasil konversi karya ilmiah kini mulai diakui dalam penilaian jabatan fungsional. Berdasarkan PO PAK 2024, buku referensi dapat meraih hingga 40 poin KUM. Ini artinya, buku bukan hanya media berbagi inspirasi, tetapi juga investasi karier Anda.
Mengapa Harus Diterbitkan Menjadi Buku?
Menerbitkan buku dari karya ilmiah bukan sekadar memindahkan teks dari PDF ke naskah cetak. Melainkan sebuah proses menghidupkan kembali penelitian agar lebih mudah dicerna dan dirasakan manfaatnya.
Berikut beberapa alasan mengapa Anda harus menerbitkan karya ilmiah menjadi buku.
- Menjangkau lebih banyak pembaca: Buku dapat diakses masyarakat luas, bukan hanya kalangan akademik.
- Meningkatkan reputasi akademik: Nama Anda sebagai penulis buku akan lebih mudah dikenali publik dan institusi lain.
- BKD/SKP terpenuhi: Karya ilmiah yang Anda terbitkan menjadi buku referensi/monograf dapat digunakan untuk memenuhi BKD/SKP.
- Mempercepat kenaikan jabatan fungsional: Buku referensi/monograf yang ber-ISBN dan sesuai standar dapat membantu Anda dalam kenaikan jabatan fungsional.
Saatnya Karya Ilmiah Anda Hidup Kembali!
Jangan biarkan karya ilmiah Anda mati di laci atau terkubur di repository. Setiap halaman riset yang Anda tulis adalah bagian dari pemikiran bangsa. Kini saatnya Anda menghidupkannya kembali dalam bentuk buku.
Tak perlu khawatir jika Anda belum memahami atau kesulitan dalam mengubah karya ilmiah menjadi sebuah buku. Parafrase Indonesia kini hadir dengan Layanan Konversi KTI untuk menghidupkan karya Anda!
Cukup kirimkan naskah karya ilmiah Anda (skripsi, tesis, disertasi, artikel jurnal, dan hasil penelitian lainnya), tim profesional Kami akan mengkonversikannya menjadi buku referensi/monograf yang sesuai standar Dikti.
Buku yang Anda terbitkan juga mendapat garansi lolos ISBN sehingga dapat digunakan untuk pelaporan BKD dan klaim angka kredit yang tinggi.
Jadi, tunggu apa lagi? Jangan biarkan karya ilmiah Anda sia-sia! Terbitkan menjadi buku sekarang dan raih segudang keuntungannya!