Penerapan pembelajaran paradigma baru di era Kurikulum Merdeka memiliki 5 prinsip dasar yang telah diatur oleh pemerintah pusat. Adapun di dalam pelaksanaanya, diserahkan kepada para pengajar di satuan pendidikan yang bersinggungan secara langsung dengan peserta didik.
Nah, agar tidak terjadi miskonsepsi terhadap penerapan lima prinsip tersebut, perlu kiranya untuk dijabarkan tentang panduan dan tips di dalam pelaksanaannya.
Pembelajaran paradigma baru sendiri merupakan istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Istilah tersebut mulai santer terdengar ketika Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengenalkan Kurikulum Merdeka beberapa bulan lalu.
Kurikulum baru tersebut memang baru diterapkan di sebagian sekolah di Indonesia. Namun di masa yang akan datang, konsep di dalam Kurikulum Merdeka harus dapat diterapkan di seluruh satuan pendidikan di negeri ini.
Di dalam Kurikulum Merdeka baru tersebut mengandung paradigma baru yang harus dipahami oleh para guru. Sebab di dalam pelaksanaannya membutuhkan pemahaman yang matang agar tidak salah langkah.
Secara singkat pembelajaran paradigma baru adalah pembelajaran yang berorientasi untuk meningkatkan kompetensi dan karakter siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Harapannya, lulusan lembaga pendidikan di Indonesia, selain memiliki kompetensi yang matang dalam segi kognisi juga memiliki karakter yang baik.
Yang menjadi inti utama dari konsep pembelajaran paradigma baru adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Di samping itu, kebutuhan siswa dalam belajar juga perlu diperhatikan.
Kemudian, penerapan pembelajaran paradigma baru tersebut dapat dilaksanakan dalam tiga kegiatan yang meliputi kegiatan belajar intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Semua jenis pembelajaran tersebut harus mendukung perkembangan siswa sesuai kebutuhan, minat, dan bakat para peserta didik.
Untuk mewujudkan penerapan pembelajaran paradigma baru, pemerintah pusat telah membuat garis besar di dalam pelaksanaannya yang disebut juga dengan prinsip pembelajaran paradigma baru.
Di bawah ini akan disebutkan prinsip pembelajaran paradigma baru beserta panduan dan tips di dalam penerapannya.
1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar
Pada prinsip yang pertama ini, seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu kebutuhan belajar para peserta didiknya sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Di samping itu, guru juga harus tahu tentang kompetensi yang dimiliki siswa saat ini.
Jadi, sebelum melakukan pembelajaran, semua itu harus dianalisis terlebih dahulu sehingga nantinya dapat menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan serta memiliki makna bagi peserta didik.
Misalnya ketika guru akan membuat perangkat ajar seperti modul, guru harus lebih dulu mengetahui kebutuhan siswa dalam belajar. Kemudian penting juga untuk menganalisis kira-kira model atau metode pembelajaran seperti apa yang cocok untuk diterapkan sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut.
Di dalam merancang pembelajaran, guru juga harus mampu menghadirkan variasi produk pembelajaran. Sehingga kebutuhan dan bakat siswa yang berbeda-beda dapat terakomodasi dengan baik. Sebab guru harus memahami perbedaan tersebut.
Misalnya terdapat kelompok siswa yang suka menggambar atau menulis, guru dapat memberikan penugasan yang berkaitan dengan hal tersebut: contohnya tugas membuat laporan atau membuat infografis.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
Pada prinsip yang kedua ini, pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas harus mampu membuat siswa aktif. Bukan waktunya lagi guru mengajar dengan metode ceramah semantara siswa hanya diam di dalam kelas.
Untuk membangun pembelajaran sepanjang hayat, guru harus mampu membangun karakter siswa yang memiliki rasa ingin tahu tinggi. Nah, untuk menumbuhkan hal tersebut, guru di dalam kelas harus bisa menjadi fasilitator pembelajaran. Ini harus benar-benar dilakukan.
Arti menjadi fasilitator adalah, guru tidak mendominasi di dalam kelas. Justru siswa yang diberikan kesempatan untuk aktif. Hal. ini bisa dilakukan dengan cara guru memberikan pertanyaan pemantik atau stimulus. Nantinya, hal tersebut yang akan membuat siswa berkolaborasi di dalam pembelajaran. Misalnya, dengan pertanyaan pemantik tersebut, para siswa aktif dalam diskusi, berargumen, dan lain sebagainya.
Dengan cara seperti ini, pengetahuan dan proses belajar yang dilakukan oleh siswa akan lebih bermakna. Di sisi lain, hal tersebut juga akan membiasakan siswa untuk bertanya, belajar secara mandiri, yang pada akhirnya akan membentuk karakter yang ingin terus mempelajari hal-hal baru di dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Halaman Selanjutnya
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya