Digital storytelling – Saat ini sekolah banyak menggunakan kurikulum 2013 karena sistem pendidikan Indonesia yang mulai berubah. Guru dituntut untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kreatif inovatif dengan alat bantu pembelajaran. Biasanya untuk menunjang hal tersebut memerlukan media pembelajaran inovatif, sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, bahkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi agar meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Hal ini dijelaskan dalam (Permendikbud Nomor 103 tahun 2014).
Cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi digital dalam bidang pendidikan yaitu berupa Digital Storytelling (DST). DST adalah kombinasi dari seni bercerita dengan fitur multimedia yaitu grafik digital, teks, rekaman narasi suara, video dan musik yang menyajikan materi tertentu dengan durasi waktu tertentu yang dikemas dalam format digital (Robin, 2006a, Robin, 2006b; Dreonet al, 2011).
Pemanfaatan DST sebagai media pembelajaran memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya guru masih cenderung menggunakan media seadanya. Penggunaan media seadanya berupa buku teks secara terus menerus akan dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa dan berkurangnya motivasi belajar siswa.
Langkah-Langkah Membuat Digital Storytelling
Jenis DST (Digital Storytelling) antara lain,
(a) cerita foto (photo stories) yaitu kombinasi dari gambar dan teks;
(b) kata video (video words) yaitu kombinasi dari kata-kata atau frase dan gambar untuk membuat sebuah ilm atau pendek dan presentasi sederhana;
(c) presentasi (presentations) yaitu kombinasi dari teks dan gambar untuk menyajikan tema tertentu;
(d) pementasan (staging) yaitu semacam
presentasi tetapi siswa tidak terfokus pada fakta-fakta tetapi mereka harus menemukan cara bagaimana melakukan perasaan mereka, tindakan, insiden, ucapan, dll;
(e) video klip (video clips) yaitu menempatkan gambar, kata-kata, rekaman pembicaraan atau narasi dan musik bersama-sama untuk membuat cerita bermakna.
- Langkah-langkah menyajikan strategi bagi guru untuk merancang DST di kelas sebagai berikut, langkah pertama, menulis naskah awal;
- langkah kedua, rencanakan storyboard cerita;
- langkah ketiga, diskusi dan merevisi naskah;
- langkah keempat, mengurutkan gambar dalam cerita video yang diedit ke dalam video digital yaitu dimulai dengan mengimpor gambar ke timeline editor video.
- Langkah kelima, menambahkan alur narasi; langkah keenam, menambahkan efek khusus dan transisi;
- langkah terakhir adalah menambahkan soundtrack Kita juga dapat menambahkan rekaman suara kita ke dalam media DST berupa ile audio. Membuat
dan mengedit ile audio kita dapat menggunakan program Audacity. Audacity merupakan aplikasi editor suara yang umum digunakan untuk merekam narasi dan mengedit musik.
Saat ini sekolah banyak menggunakan kurikulum 2013 karena sistem pendidikan Indonesia yang mulai berubah. Guru dituntut untuk menciptakan situasi pembelajaran yang kreatif inovatif dengan alat bantu pembelajaran. Biasanya untuk menunjang hal tersebut memerlukan media pembelajaran inovatif, sesuai dengan kurikulum, perkembangan kebutuhan peserta didik, bahkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi agar meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Hal ini dijelaskan dalam (Permendikbud Nomor 103 tahun 2014).
Cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi digital dalam bidang pendidikan yaitu berupa Digital Storytelling (DST). DST adalah kombinasi dari seni bercerita dengan fitur multimedia yaitu grafik digital, teks, rekaman narasi suara, video dan musik yang menyajikan materi tertentu dengan durasi waktu tertentu yang dikemas dalam format digital (Robin, 2006a, Robin, 2006b; Dreonet al, 2011).
Pemanfaatan DST sebagai media pembelajaran memang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan pada kenyataannya guru masih cenderung menggunakan media seadanya. Penggunaan media seadanya berupa buku teks secara terus menerus akan dapat menimbulkan kebosanan pada diri siswa dan berkurangnya motivasi belajar siswa.
Langkah-Langkah Membuat Digital Storytelling
Jenis DST (Digital Storytelling) antara lain,
(a) cerita foto (photo stories) yaitu kombinasi dari gambar dan teks;
(b) kata video (video words) yaitu kombinasi dari kata-kata atau frase dan gambar untuk membuat sebuah ilm atau pendek dan presentasi sederhana;
(c) presentasi (presentations) yaitu kombinasi dari teks dan gambar untuk menyajikan tema tertentu;
(d) pementasan (staging) yaitu semacam
presentasi tetapi siswa tidak terfokus pada fakta-fakta tetapi mereka harus menemukan cara bagaimana melakukan perasaan mereka, tindakan, insiden, ucapan, dll;
(e) video klip (video clips) yaitu menempatkan gambar, kata-kata, rekaman pembicaraan atau narasi dan musik bersama-sama untuk membuat cerita bermakna.
1. Langkah-langkah menyajikan strategi bagi guru untuk merancang DST di kelas sebagai berikut, langkah pertama, menulis naskah awal;
2. langkah kedua, rencanakan storyboard cerita;
3. langkah ketiga, diskusi dan merevisi naskah;
4. langkah keempat, mengurutkan gambar dalam cerita video yang diedit ke dalam video digital yaitu dimulai dengan mengimpor gambar ke timeline editor video.
5. Langkah kelima, menambahkan alur narasi; langkah keenam, menambahkan efek khusus dan transisi;
6. langkah terakhir adalah menambahkan soundtrack musik. Kita juga dapat menambahkan rekaman suara kita ke dalam media DST berupa ile audio. Membuat
dan mengedit ile audio kita dapat menggunakan program Audacity. Audacity merupakan aplikasi editor suara yang umum digunakan untuk merekam narasi dan mengedit musik.
Definisi Tematik SD
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual mapun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuwan secara holistik (Rusman, 2011:254).
Pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
(a) kelebihan pembelajaran tematik terpadu antara lain: pengalaman belajar dan kegiatan belajar akan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, kegiatan belajar dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa, kegiatan belajar lebih bermakna, mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa, menyajikan kegiatan bersifat pragmatis yang dekat dengan keseharian siswa, meningkatkan kerjasama antar guru dalam merancang kegiatan pembelajaran;
(b) keterbatasan pembelajaran tematik terpadu antara lain: mengharapkan guru memiliki kemampuan handal menggali informasi dan pengetahuan terkait materi, mengharapkan siswa memiliki kemampuan akademik dan kreativitas, memerlukan sarana dan sumber pembelajaran yang bervariasi, memerlukan dasar kurikulum yang leksibel, membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh atau komprehensif.
Karakteristik dari kelompok belajar yang perlu dipertimbangkan yaitu
(a) kematangan anak dan latar belakang pengalamannya;
(b) kondisi mental yang berhubungan dengan usia perkembangannya
Cara Memanfaatkan DST dalam Pembelajaran Tematik SD
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan penggunaan media pembelajaran DST memiliki pengaruh signiikan dalam pembelajaran. Hasil studi penelitian yang dilakukan di University of Houston oleh Dogan dan Robin (2008), menunjukkan bahwa guru yang menggunakan DST dalam pembelajaran di kelas mendapatkan efek positif dalam pembelajaran yaitu meningkatnya motivasi belajar siswa setelah para guru menggunakan DST dalam pembelajaran.
Penelitian tentang penggunaan DST dalam pembelajaran juga dilakukan oleh yuksel et al (2011). Penelitian yuksel yang berjudul “Educational Uses of Digital Storytelling all around the World” menunjukkan bahwa DST dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja akademik siswa serta DST dapat digunakan dalam beberapa bidang studi termasuk bahasa, ilmu sosial, seni, dan ilmu pengetahuan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanjung (2011) yang berjudul “Analisis Pengaruh Storytelling Terhadap Game Lorong Waktu – Pangeran Diponegoro Sebagai Media Edukasi Sejarah” menunjukkan bahwa storytelling memberikan dampak peningkatan pembelajaran sejarah sesuai makna cerita yang diharapkan. Hasil penelitian lain yaitu Saputro (2013) yang
berjudul “Digital Storytelling to Improve Students Mastery In Writing Narrative” menyimpulkan bahwa penggunaan DST sebagai bantuan visual dapat meningkatkan penguasaan siswa dalam menulis cerita. Penelitian yang dilakukan Putri dan Ardi (2013) yang berjudul “Using Digital Storytelling to Teach Speaking at Senior High School” menunjukkan bahwa penggunaan DST dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dan kepercayaan diri siswa dalam berbicara Bahasa Inggris.
Nah, berikut langkah-langkah pengembangan DST sebagai media pembelajaran pada subtema
Keberagaman Budaya Bangsaku yaitu (a) membuat naskah/storyboard tentang materi pembelajaran tiap muatan pelajaran; (b) merevisi storyboard; (c) mengurutkan gambar dalam cerita video kemudian diedit ke dalam video digital yaitu dimulai dengan mengimpor gambar ke timeline editor video menggunakan Windows Movie Maker; (d) menambahkan alur narasi; (e) menambahkan efek khusus dan transisi; (f) menambahkan soundtrack musik ke dalam Windows Movie Maker; (g) langkah terakhir adalah menyimpan ile DST ke dalam Compact Disk/CD.
Pemanfaatan DST sebagai media pembelajaran dapat dilakukan dengan cara guru menampilkan media DST di depan kelas saat proses belajar mengajar. Siswa memanfaatkan media DST untuk berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman sejawat dalam kelompoknya. Media DST ini cukup ‘luwes’ dalam penggunaanya, dapat digunakan sebagai media presentasi dan dapat dimainkan siswa sesuai materi yang ingin siswa pelajari. Pemanfaatan DST sebagai media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa tentang materi pada pembelajaran tematik SD.
Jadi, DST menggabungkan aspek visualisasi gambar dan efek suara dengan memanfaatkan program Audacity dan mengoperasikannya dengan Windows Movie Maker. Visualisasi gambar dapat dibuat secara bebas oleh si perancang dan pembuat media tersebut. DST memiliki kelebihan yaitu, (1) DST dapat digunakan dalam beragam gaya belajar siswa; (2) DST dapat digunakan dalam beberapa bidang studi termasuk bahasa, ilmu sosial, seni, dan ilmu pengetahuan; (3) DST
dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar siswa. Dengan adanya DST maka dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran tematik di SD.
Definisi Tematik SD
Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual mapun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuwan secara holistik (Rusman, 2011:254).
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya