Hybrid Learning – Pelatihan bersertifikat 32 JP ini merupakan pelatihan reguler yang diselenggarakan oleh e-Guru.id. Pelatihan ini berjudul “Hybrid Learning untuk Menghadapi Kurikulum Baru”.
Kegiatan yang akan diselenggarakan mulai tanggal 14-23 Maret 2022 ini akan dibimbing oleh Ibu Nur Hidayati, S.Si. selaku instruktur pelatihan dengan pertemuan sebanyak 5 (lima) kali.
Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta akan dibimbing dan diarahkan agar mampu mengetahui konsep, rancangan, model-model, dan strategi implementasi hybrid learning dalam pembelajaran.
Sekilas Tentang Hybrid Learning
Hybrid learning merupakan suatu pendekatan yang memahami problema dan benefit tantangan tersebut dan berupaya untuk mengkombinasikan manfaat terbaik dari metode pengajaran “lama” dan ”baru” tersebut.
Sehingga kualitas pembelajaran yang terbangun adalah kualitas optimal yang lebih baik dari sekedar kualitas tatap-muka atau sekedar aktifitas pembelajaran online.
Hal tersebut dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan membawa pembelajaran kepada siswa, memberi mereka akses terhadap informasi mata pelajaran, bahan pembelajaran, tugas dan penilaian, selain juga mendorong mereka untuk bekerja secara individual dan atau Bersama-sama.
Dengan cara tersebut, student-centred, group-based, collaborative dan pembelajaran berbasis projek dapat dikembangkan, dimana pengampu dapat berfungsi baik sebagai dosen dan atau sebagai fasilitator, bahkan sebagai konselor.
Fitur Hybrid Learning
Fitur penting dari hybrid learning adalah bahwa ia tidak berupaya untuk menggantikan guru, namun berupaya untuk membuat pembelajaran lebih efektif. Hybrid learning tetap membuka ruang bagi pembelajaran esensial (tatap-muka) dalam bentuknya yang tradisional.
Sehingga pembelajaran yang berlangsung akan merupakan perpaduan (kombinasi) antara kegiatan tatap-muka dan kegiatan online, yang dalam UU Sisdiknas 2003 disebut sebagai dual mode. Model dual-mode banyak disebut sebagai blended learning, multi channel learning atau multi access learning, dan lain sebagainya.
Program Hybrid
Saat ini program hybrid yang banyak berkembang adalah penggabungan dari satu atau lebih dimensi berikut.
1. Pembelajaran face to face
Pembelajaran secara tatap muka yang diselenggarakan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, seperti kegiatan praktikum di laboratorium, mentoring ataupun job training.
Kegiatan pembelajaran di dalam kelas ini meliputi penyampaian materi melalui pembelajaran tatap muka, diskusi presntasi, latihan, dan ujian.
2. Synchronous virtual collaboration
Synchronous virtual collaboration merupakan salah satu format pengajaran yang bersifat kolaboratif yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa yang disampaikan pada waktu yang sama.
Aktivitas kolaborasi ini dilaksanakan dengan memanfaatkan Instant Messaging (IM) atau chatt. Fasilitas ini yang kemudian akan digunakan untuk melakukan keomunikasi antara guru dengan siswa pada saat jam kerja.
3. Asynchronous virtual collaboration
Asynchronous virtual collaboration ini diartikan sebagai salah satu format pengajaran yang bersifat kolaboratif yang melibatkan interaksi antara guru dengan siswa. Interaksi ini disampaikan pada waktu yang berbeda.
Pembelajaran Asynchronous virtual collaboration ini menggunakan fasilitas Online discussion board atau forum diskusi dan eMail.
4. Self-Pace asyncronous
Self-Pace Asyncronous merupakan suatu model belajar mandiri dalam waktu yang berbeda. Dimana siswa dapat mempelajarai materi yang diberikan guru dalam bentuk modul bahan ajar. Atau bisa juga mengerjakan tugas dan latihan secara online.
Melalui Self-Pace Asyncronous, siswa dapat mempelajari materi-materi pelajaran dengan cara link ke sumber-sumber lainnya.
Perbedaan Hybrid Learning dengan Blended Learning
Kedua metode ini memiliki perbedaan dalam praktiknya. Berikut pengertian dari masing-masing metode pembelajaran ini.
1. Hybrid learning
Hybrid learning menurut Simon Deignan adalah kombinasi dari pembelajaran tradisional di dalam kelas dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Beberapa siswa akan hadir di kelas sementara yang lain bergabung dari jarak jauh. Tidak ada keharusan bagi siswa untuk hadir secara daring ataupun tatap muka.
Kemudian menurut Celisa Steele mengatakan bahwa hybrid learning adalah pendekatan pendidikan dimana beberapa individu berpartisipasi secara langsung dan beberapa yang lain berpartisipasi secara daring. Instruktur atau fasilitator mengajar siswa jarak jauh dan tatap muka secara bersamaan.
Dengan demikian bisa kita simpulkan bahwa hybrid learning adalah aktivitas pembelajaran kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh yang melibatkan partisipasi siswa secara langsung dan secara daring.
2. Blended learning
Stepan Mekhtarian mengatakan bahwa pembelajaran blended learning menyatukan praktik terbaik dari pengajaran secara tatap muka dan pengalaman pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi agar siswa memiliki kontrol parsial atas kecepatan dan pembelajaran.
Sedangkan menurut Richardus Eko Indrajit mengatakan bahwa blended learning adalah campuran antara pembelajaran tatap muka dengan teknologi dan pembelajaran daring untuk memperkaya pengalaman pembelajaran murid sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang ingin diraih.
Atas kedua pendapat tersebut, blended learning diartikan sebagai aktivitas pembelajaran tatap muka dan pengalaman pembelajaran online yang dipadukan dengan memanfaatkan teknologi agar dapat memperkaya pengalaman dan pengetahuan siswa.
Komponen atau kata kunci dari blended learning adalah pembelajaran tatap muka, pembelajaran jarak jauh, pembelajaran daring, dan pemanfaatan teknologi.
Segera daftarkan diri Anda dalam Pelatihan KEKINIAN dan TERUPDATE yang bersertifikat 32 JP “Hybrid Learning untuk Menghadapi Kurikulum Baru” yang diselenggarakan oleh e-Guru id.
Pelatihan ini mulai dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 30 Maret 2022 dengan pertemuan sebanyak 5 kali. Tunggu apa lagi? Daftar sekarang juga sebelum kuota peserta habis!