Setiap anak mulai usia 6 sampai 19 tahun wajib mendapatkan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan atas. Bertitik tolak dari hal tersebut, setiap orang tua diharuskan memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Anak harus didorong untuk mengikuti pendidikan formal sehingga anak-anak mampu membuka jendela dunia.
Tapi selain itu, karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya dilihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah diraih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.
Salah seorang tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya “Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian Ke – II A: Kebudajaan” menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana intisari dari pendidikan. Menurutnya, pendidikan adalah usaha kebudayaan yang ditujukan untuk memberi bimbingan dalam hidup, tumbuhnya jiwa raga anak agar bawaan lahiriah setiap individu dan pengaruh lingkungannya membuat pribadi mereka menuju adab kemanusiaan. Maksudnya adalah, pendidikan diperuntukan untuk membentuk manusia agar menjadi beradab dan memanusiakan manusia.
Penjelasan di atas menegaskan bahwa pendidikan adalah sebuah tuntunan dalam hidup dan tumbuh kembang anak. Hal tersebut berarti bahwa hidup tumbuhnya anak terletak pada kecakapan atau kehendak dari pendidik. Setiap anak memiliki kekuatan dalam dirinya sendiri, memiliki pengalaman, dan kekayaan dalam diri setiap anaknya. Pendidik harus membimbing dan menguatkan apa yang ada di dalam diri setiap anak agar dapat memperbaiki tingkah lakunya, cara hidup, dan pertumbuhannya.
Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang psikomotoriknya. Masih banyak guru di sekolah yang hanya asal mengajar saja agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus dilakukan.
Di dalam buku tentang Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosional dan sosial dalam kehidupan diperlukan 80%, sementara kecerdasan intelektual hanyalah 20% saja. Dalam hal inilah maka pendidikan karakter diperlukan untuk membangun kehidupan yang lebih baik dan beradab, bukan kehidupan yang justru dipenuhi dengan perilaku biadab. Maka terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang dikenal dengan pendidikan karakter (character education).
Cara yang tepat untuk menumbuhkan pendidikan karakter harus diawali dengan pemahaman bahwa masa depan anak ada di tangan pengajar. Maka dari itu, apa yang guru lakukan akan ditiru dan dipelajari oleh siswa. Pembelajaran saling tolong-menolong, misalnya, dapat dilakukan dari hal paling terkecil seperti ketika ada pulpen teman jatuh, siswa diminta untuk menolongnya.
Banyak pilar karakter yang harus kita tanamkan kepada anak – anak penerus bangsa, termasuk kejujuran. Ya, kejujuran adalah hal yang paling pertama harus ditanamkan pada generasi penerus bangsa karena kejujuran adalah benteng dari semuanya. Demikian juga karakter tentang keadilan, karena seperti yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan khususnya di Negara ini. Selain itu harus ditanamkan pilar karakter rasa hormat. Contohnya, adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya dan kakak kelasnya pun menyayangi adik – adik kelasnya.
Sekarang mulai banyak sekolah – sekolah di Indonesia yang mengajarkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran khusus. Para diajarkan bagaimana cara bersifat terhadap orang tua, guru, atau kepada lingkungan tempat hidup.
Mudah – mudahan dengan mulai diterapkannya pendidikan karakter di sekolah semua potensi kecerdasan anak –anak akan dilandasi oleh karakter yang dapat membawa mereka menjadi orang – orang baik sebagai penerus bangsa.
Penulis: Lisda Nazif, S.Pd, Guru di SMK NEGERI 6 BUNGO