Oleh Aty Muyassaroh
Widyaprada LPMP Provinsi Kalimantan Tengah
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan pasti akan terjadi seiring dengan berjalannya waktu dan tuntutan zaman.
Keberhasilan seseorang ditentukan oleh seberapa mampu dalam menanggapi dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Dengan kata lain, seberapa relevan dia dengan kebutuhan akibat adanya perubahan tersebut?
Termasuk guru, sang penentu utama keberhasilan pendidikan anak bangsa, harus me-relevankan dirinya agar sukses menjadi pendidik profesional.
Tantangan bagi guru pada institusi pendidikan (sekolah) adalah untuk menghasilkan lulusan yang unggul dan berdaya guna di tengah peradaban dunia yang semakin cepat berubah.
Masih segar di ingatan kita, ketika guru terbata-bata melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat pandemi Covid-19 yang tiba-tiba melanda pada bulan Maret 2020 lalu. Sejak itu, guru mau tidak mau harus mengajar dengan menggunakan teknologi dan menyesuaikan strategi yang tepat dalam sistem PJJ tersebut. Dan ini adalah hal yang baru bagi kebanyakan guru.
Guru yang tidak mau belajar teknologi akan kesulitan. Akibatnya, hal ini juga akan merugikan siswanya yang tidak terlayani dengan baik oleh gurunya. Oleh sebab itu, seorang guru dituntut agar dapat relevan dengan segala kondisi dan zaman.
Contoh, metode pengajaran dengan teknik berceramah yang disampaikan guru dianggap sudah tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan siswa. Walhasil, dapat memberikan hasil yang tidak maksimal bahkan mungkin gagal dalam proses pembelajaran siswa.
Guru sangat perlu memahami konteks, sehingga bisa mengaitkan dengan baik apa yang sesungguhnya diperlukan. Perubahan di dunia pendidikan akan selalu menyajikan tantangan yang berbeda dan melahirkan konteks yang berbeda pula.
Nah, sekarang bagaimana agar guru tetap relevan dengan perubahan tersebut? Simak tips-tips untuk guru berikut:
Miliki Mindset Tumbuh
Pola pikir atau yang sering disebut mindset, memegang peran penting dalam mengarahkan sikap dan tindakan seseorang. Dia bahkan bisa menentukan prestasi sebuah negara, atau maju mundurnya negara.
Sebuah studi PISA 2018 tentang mindset, menempatkan Indonesia pada peringkat nomor tiga dari bawah. Dari hasil tes, memperlihatkan bahwa Indonesia bersama enam negara lainnya memiliki siswa dengan mindset tumbuh kurang dari 40%.
Apa yang dimaksud dengan mindset tumbuh?
Menurut Carol Dweck, seorang profesor Psikologi dari Amerika Serikat yang telah meneliti mindset selama lebih dari 30 tahun menemukan dua jenis mindset yaitu mindset tetap dan mindset tumbuh.
Mindset tetap yaitu keyakinan bahwa kita lahir dengan daya kecerdasan dan kemampuan yang tetap. Orang dengan mindset ini percaya bahwa usaha tidak akan mempengaruhi apa pun. Mereka cenderung menghindari tantangan yang memungkinkan mereka mengalami kegagalan. Oleh karena itu mereka cenderung miskin pengalaman dan pembelajaran.
Sebaliknya orang yang bermindset tumbuh, yaitu orang yang memiliki keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan seseorang itu bisa berubah seiring dengan ketekunan dan kerja keras yang ditempuhnya. Orang dengan mindset tumbuh sangat suka dengan tantangan, menikmati proses yang dijalani, dan tidak takut gagal. Mereka justru belajar dari kegagalan tersebut dan memperbaikinya. Orang dengan mindset tumbuh kaya akan pengalaman dan pembelajaran.
Nilai lebih dari seseorang dengan mindset tumbuh adalah bahwa mereka tidak mau stagnan. Pada kondisi yang mengharuskan mereka untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan baru, mereka siap berubah. Guru yang memiliki mindset tumbuh, dengan sendirinya selalu berusaha merelevansikan dirinya dengan aturan yang berlaku, kurikulum baru, metode pembelajaran baru, penyesuaian materi, apapun itu bukan halangan untuk dilaksanakan. Karena apapun perubahannya, mindsetnya sudah siap sedia!
Guru Driver (self-driving)
Guru driver artinya guru yang mempunyai mental atau sikap hidup sebagai pemimpin. Dia mampu mengemudikan dirinya dengan baik. Ia memiliki kesadaran untuk meningkatkan kapabilitasnya secara mandiri. Tanpa selalu harus didorong oleh Kepala Sekolah atau oleh siapapun, sebab belajar sudah menjadi satu kebutuhan.
Hal ini penting karena yang paling tahu kapasitasnya adalah dirinya sendiri. Jadi guru driver akan berjuang memperbaiki dirinya secara maksimal agar layak disebut profesional.
Guru driver dapat mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya. Menurut Profesor Rhenald Kasali dalam bukunya “Self Driving, Menjadi Driver atau Passenger?” menyatakan bahwa seorang driver bisa hidup di manapun mereka berada dan selalu menumbuhkan harapan.
Jadi, ketika dibutuhkan menggunakan teknologi dalam PJJ, maka guru dengan self-driving segera mempelajari teknik PJJ untuk dapat mengajar dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa untuk men-drive orang lain, maka dia harus mampu mengajari dirinya sendiri lebih dulu.
Lawan dari mental driver adalah mental passenger (penumpang). Dalam surveynya Professor Rhenald Kasali menemukan bahwa orang dengan mental passenger cenderung kurang kemandirian, cepat menyerah, mudah mengeluh, dikendalikan oleh kehidupan rutin, tidak tahu alternatif jalan keluar, mudah frustrasi ketika suatu keadaan berubah tiba-tiba, boros, dan kurang berhasil dalam karir dan usaha.
Belajarlah Seumur Hidup
Ungkapan populer “Belajar itu sejak dari kandungan hingga liang lahat” sudah bukan hal yang asing, khususnya bagi pemeluk agama Islam. Begitu pun bagi guru, kalimat bijak tersebut sangat cocok diterapkan.
Perlu ada kesadaran, guru tidak hanya mengajar, tapi juga perlu belajar. Metode baru, strategi baru, kurikulum baru, teknologi baru, siswa baru, kebijakan baru, semua itu perlu dipelajari.
Mengutip pernyataan Presiden Jokowi yang dilansir oleh Kompas.com pada peringatan Hardiknas tahun 2021 bahwa “Suatu saat ilmu dari sekolah atau dari kampus bisa menjadi usang. Tapi kalau selalu belajar sepanjang zaman, ini akan terus bisa relevan. Artinya kita memang harus belajar terus. Menjadi pembelajar sepanjang hidup.”
Menulislah!
Salah satu keterampilan yang perlu ditingkatkan oleh guru adalah menulis. Dan untuk dapat menulis dengan baik, perlu membaca dengan lebih baik lagi.
Para Penulis berkata bahwa dengan menulis kita bisa memberikan legitimasi atau warisan yang berharga yang bisa dinikmati oleh siapapun yang membacanya. Sementara bagi guru, menulis itu adalah sarana menuangkan pengalaman dan ilmu keprofesionalannya sebagai guru. Sehingga apa yang dimiliki tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi pengembangan dunia pendidikan pada umumnya.
Keempat tips dan karakteristik guru di atas, dapat menjadi jawaban agar guru senantiasa relevan dengan zaman dan dengan berbagai kondisi. Apapun zamannya dan perubahannya, serta apapun tantangannya, seorang guru yang relevan akan selalu mampu menjadi guru profesional untuk menciptakan lulusan yang berkualitas, lulusan dengan karakter unggul dan kompetensi yang relevan dengan zamannya.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!