Zubaida: Ayah, Ibu, Anakmu Kini Sudah Jadi Guru

- Editor

Minggu, 1 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Zubaida, S.Pd.

Mengajar di SD Negeri 47 Pangkalpinang

 

Orang tua saya berprofesi sebagai pedagang, lebih tepatnya pedagang buah di pasar. Mereka harus sudah terjaga di saat orang-orang masih terlelap tidur dalam balutan selimut hangat.

Saya sendiri merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Saya sering diajak ke pasar untuk berdagang. Pukul 02.00 dini hari adalah waktu di mana saya dibangunkan. Kalau tidak bangun langsung dinaikkan ke atas becak, hanya kepala yang terlihat sementara tubuh tertutup oleh tumpukan buah semangka atau keranjang mangga.

Setelah melewati masa SD, saya melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Baturaja. Saat itu, ekonomi keluarga mulai membaik. Selain berdagang buah, orang tua saya mulai membuka usaha warung makan. 

Setelah tamat SMP, saya melanjutkan sekolah  kejuruan  di SMK Negeri.  Sewaktu di SMK tersebut, saya mulai belajar mencari uang sendiri sekadar untuk menambah uang saku dengan cara menjajakan Sembako yang diambil dari koperasi sekolah untuk dijual ke tetangga atau keluarga.  Saya tidak mau berdiam diri dan hanya menunggu pemberian dari orang tua. Setidaknya saya harus berusaha untuk dapat mencukupi kebutuhan saya sendiri.

Ujian sangat berat menghampiri ketika ayah menghadap yang Maha Kuasa.  Kepergian ayah membuat saya dan keluarga sangat terpukul. Beliau adalah sosok yang tegas, berwibawa, dan menjunjung tinggi kedisiplinan. Sekilas terlihat sangar namun penuh kasih sayang. 

Sepeninggal ayah, kehidupan pun berubah drastis. Setelah lulus sekolah, kami sekeluarga hijrah ke kota Bandung. Saya mencoba untuk mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang banyak agar dapat membantu ekonomi keluarga. Saya bekerja berkeliling mendorong gerobak dari satu pabrik ke pabrik lainnya berjualan pempek. Selain itu juga sempat bekerja di pabrik garmen dan tekstil. Terakhir, saya bergabung dalam perusahaan DSX Internasional yang bergerak dalam bidang promosi.

Di 2004, saya merelakan meninggalkan pekerjaan dan berkomitmen untuk berumah tangga. Allah memberikan jodoh untuk saya adalah teman dekat semenjak duduk di sekolah menengah atas.

Babak baru dalam kehidupan dimulai ketika saya menjalani sebagai seorang istri. Di sisi lain, saya punya cita-cita yang tidak pernah padam, yaitu menjadi seorang guru. Bagi saya, guru bukan hanya profesi mengajar di sekolah tapi seorang guru adalah orang yang dapat memberikan kebermanfaatan dengan mendidik akhlak dan budi pekerti serta nilai-nilai kebaikan. 

Profesi sebagai guru saya awali dengan mengajar mengaji untuk anak-anak di sekitar rumah. Setelah itu membuka Bimbel (Bimbingan Belajar) untuk anak-anak di sekeliling rumah kontrakan, di mana letak kontrakan tersebut berdekatan dengan  sebuah sekolah dasar. 

Tiba-tiba saya ditawari untuk membantu mengajar di sebuah yayasan. Kebetulan ketua yayasan tersebut adalah teman bisnis alat rumah tangga. Tawaran tersebut langsung saya aminkan dan saya mengatakan kepada beliau untuk tidak memikirkan soalimbalan. Sebab sebenarnya saya sendiri sangat bersyukur sudah diizinkan untuk bergabung di yayasan pendidikan untuk mengajar.

Dengan penuh semangat, setiap hari saya selalu berangkat lebih awal. Alasannya selain karena tidak punya kendaraan pribadi dan harus naik angkot, yang paling penting adalah memberikan teladan yang baik kepada peserta didik terkait disiplin waktu. Meskipun biaya transportasi ke sekolah cukup besar, namun tidak menyurutkan langkah saya untuk mengabdi.

Setelah empat bulan saya bergabung di yayasan tersebut, saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan kuliah.  Sebuah pencapaian yang sebelumnya rasanya sangat mustahil. Dan selama satu tahun,  saya juga diberi apresiasi dengan tiga kali kenaikan gaji. Honor tersebut sangat membantu untuk biaya kuliah saya. 

Selesai kuliah, saya dapat melanjutkan mengajar dan mendidik lagi di sekolah negeri tepatnya di SD Negeri 36 Pangkalpinang. Karena jarak rumah ke sekolah yang cukup jauh, maka saya memutuskan untuk mencari rumah kontrakan yang tidak jauh dari sekolah.  Sementara itu, suami juga memutuskan untuk tidak lagi bekerja di luar kota.  Dan berkahnya, suami diterima bekerja di sebuah sekolah sebagai petugas keamanan. 

Meskipun sudah sama-sama bekerja, kami sering dihadapkan dengan kondisi yang tidak mudah. Kami harus berpikir bagaimana mencari tambahan biaya untuk bayar kontrakan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehingga akhirnya bersama suami memutuskan untuk berjualan makanan di kantin sekolah. Oleh sebab itu, jam dini hari kami harus bangun karena sebab pukul enam harus sudah siap. 

Kami sangat bersyukur ketika Kepala Sekolah menyarankan kami untuk tinggal di lingkungan sekolah, saya dan suami pun langsung mengaminkan. Rumah yang kami tempati bukan rumah dinas, melainkan  bekas bangunan toilet dan gudang lama. Namun demikian,  kami tetap bersemangat.  Dengan biaya yang minim, kami coba sulap menjadi tempat berteduh yang nyaman bagi keluarga kecil kami. Dengan begini, setidaknya kami bebas dari biaya kontrakan dan dapat dialihkan untuk keperluan yang lainnya.

Dalam menempuh pendidikan perkuliahan, banyak sekali tantangan yang saya hadapi.  Untuk membayar biaya semesteran, tak jarang saya harus menghadap ke Kepala Sekolah untuk meminjam uang dengan skema potong gaji. Pasalnya untuk dapat mengikuti ujian, seluruh tunggakan pembayaran harus sudah selesai. Cobaan yang datang bertubi-tubi, tidak pernah menghentikan niat saya untuk terus maju. Saya terus memotivasi diri saya sendiri, dengan keadaan seperti ini saya tetap harus berprestasi.

Usia yang tidak muda lagi memang tidak mudah bersaing dengan para mahasiswa lain yang masih muda. Namun perjuangan tidak sia-sia, terbukti dari semester awal hingga akhir nilai yang saya dapatkan selalu masuk di peringkat tiga besar.  Hal itu membuat saya sebagai dua perwakilan yang dikirim untuk menghadiri wisuda di Jakarta pada bulan Mei 2018 silam. 

Sekarang saya mengabdi di SD Negeri 47 Pangkalpinang. Dan impian menjadi guru yang dulu, kini telah menjadi nyata.

“Ayah, ini putri kecilmu. Kupersembahkan gelar ini untukmu. Keyakinan Ayah dan Ibu sangat besar bahwa suatu hari putrimu ini akan berhasil. Semua telah diijabah oleh Tuhan.”

“Putrimu sudah lulus kuliah, P3K, mendapatkan kesempatan mewakili sekolah dalam Gupres Tingkat Kota 2022, dan kini menunggu pendidikan CGP. Tak akan lengkap langkah ini tanpa doa dan restumu.  Apapun yang saya akan lakukan terkait pekerjaan dan lainnya, aku selalu memohon restu dan doa kalian.” 

Itulah kata-kata dari hati yang ingin selalu saya sampaikan kepada orang tua seandainya mereka masih ada di dunia ini.  

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana
Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru
Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Minggu, 2 Juli 2023 - 22:08 WIB

Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya

Selasa, 6 Juni 2023 - 19:26 WIB

Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa

Senin, 5 Juni 2023 - 19:30 WIB

Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN

Sabtu, 22 April 2023 - 18:53 WIB

Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana

Jumat, 21 April 2023 - 14:05 WIB

Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru

Jumat, 21 April 2023 - 13:40 WIB

Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 

Berita Terbaru