Penerapan kurikulum merdeka merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Dalam penerapannya, proses pembelajaran yang terjadi di sekolah akan menjadi lebih beragam agar konsep materi bisa dipelajari lebih dalam.
Tentunya, adanya perubahan kurikulum tersebut menjadi sebuah kabar baik karena guru memiliki lebih banyak peluang untuk mengenali karakteristik siswa dan membantu mereka meningkatkan kemampuan berdasarkan karakteristik yang mereka miliki. Dalam hal ini, penggunaan berbagai media pun dibutuhkan, terutama media digital yang kini sudah melekat di kehidupan sehari-hari.
Apa Hambatan Terbesar dalam Penerapan Kurikulum Merdeka?
Di kota-kota besar di Indonesia, penerapan kurikulum merdeka tidaklah sulit, apalagi di sekolah-sekolah elit dengan fasilitas yang memadai. Akan tetapi, Indonesia terbentang luas dari sabang sampai Merauke. Wilayah di Indonesia tidak hanya dipenuhi dengan kota-kota besar saja, namun ada banyak sekali wilayah pedesaan bahkan wilayah yang belun tersentuh teknologi digital.
Lalu bagaimana penerapan kurikulum merdeka disana? Masalah teknologi dalam penerapan kurikulum merdeka di daerah terpencil yang sulit mendapatkan sinyal mungkin masih bisa diatasi dengan alteratif lain, namun bagaimana dengan permasalahan kurangnya tenaga guru?
Ada banyak sekolah dasar di Indonesia yang mungkin memiliki tenaga pengajar terbatas sehingga satu guru bisa mengajar dua kelas sekaligus di hari yang sama. Mirisnya lagi, dalam satu kelas, jumlah siswa bisa mencapai 50 orang dengan kondisi ruang kelas yang kecil dan fasilitas seadanya.
Adakah solusi dalam menerapkan kurikulum merdeka pada kondisi tersebut? Faktanya, keadaan yang demikian benar dan nyata adanya. Tidak hanya terjadi di satu wilayah, namun banyak sekali pedesaan yang ada di Indonesia dan mungkin mengalami hal yang sama.
Padahal, dalam penggunaan kurikulum merdeka, guru diharapkan dapat lebih memahami setiap karakter siswa agar bisa menemukan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mereka. Dalam kondisi satu orang guru harus mengajar 50 orang murid dan lebih dari satu kelas di hari yang sama, bisakah tujuan dari kurikulum tersebut tercapai?
Ironisnya, pada kondisi demikian, kualitas guru tidak lagi jadi acuan. Yang terpenting adalah guru selalu sehat dan bisa berangkat setiap hari ke sekolah untuk mengajar sudah cukup. Standar kualitas guru tidak lagi berlaku dalam kondisi tertentu, apalagi penggunaan kurikulum merdeka. Tentunya metode apa saja bisa asalkan guru tetap bisa mengajar.
Adanya kesenjangan kualitas pengajar serta pendidikan di berbagai daerah di Indonesia adalah masalah terbesar dalam penerapan kurikulum merdeka. Mengatasi kesenjangan tersebut tidaklah mudah mengingat latar belakang dan lingkungan antara perkotaan dan pedesaan pun jauh berbeda.
Halaman Selanjutnya
Solusi dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka
Halaman : 1 2 Selanjutnya