Di era milenial sekarang ini banyak ditemukan anak-anak yang cenderung bermasalah dalam kehidupannya. Ada anak yang terlalu pendiam, kurang percaya diri, frustrasi, salah pergaulan, bahkan mengalami depresi. Hal itu disebabkan kurangnya kedekatan emosional dari pihak keluarga, terutama orang tua yang terbangun dari budaya komunikasi yang kurang tepat antara anak dan orangtua.
Orangtua sering kali tidak menyadari bahwa gaya atau cara berkomunikasi dengan anaknya tidak sesuai dengan kondisi. Bisa jadi maksudnya baik tapi kalimat yang keluar dari mulut orang tua tidak tersusun dengan baik secara nada dan intonasinya. Sehingga anak-anak akan salah paham dalam menerimanya.
Mengapa orang tua sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi dengan anak-anaknya, karena mereka menggunakan pola yang sama dari perlakuan orang tuanya dahulu. Ketika orang tua memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang sama sewaktu mereka diperlakukan oleh orang tuanya dahulu maka yang terjadi bukan keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak tetapi justru menimbulkan kesenjangan yang akhirnya anak tidak mau berkomunikasi bahkan cenderung menghindar ketika mereka memiliki masalah.
Orang tua masa kini perlu meningkatkan kemampuan dan keilmuannya dalam berkomunikasi dengan anaknya. Misal, etika berkomunikasi dengan anak berusia balita dengan remaja tentu berbeda. Orang tua bisa belajar dengan cara membaca beberapa referensi atau menggali ilmu dari pakarnya.
Cara yang dianjurkan ketika orang tua berkomunikasi dengan anak remaja, buatlah mereka nyaman dalam berkomunikasi. Hindari kesan menggurui, tapi perbanyaklah mendengarkan apa yang menjadi keinginan anak—tanpa meninggalkan peran orang tua sebagai motivator dan pembimbing bagi anak-anaknya menuju jalan yang benar.
Selain peran orang tua sebagai motivator dan pembimbing, menjadi sahabat bagi anak-anaknya adalah salah satu cara menjalin keharmonisan hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya, khususnya bagi anak remaja.
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam mendidik anak-anak khususnya remaja adalah melalui komunikasi yang efektif dan efisien. Hal itu bisa dituangkan dalam penentuan aturan dalam keluarga yang dibuat bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga termasuk anak. Dengan demikian anak akan merasa dilibatkan dan dihargai keberadaannya.
Tentunya dalam pembuatan peraturan memerlukan komitmen bersama dalam menaatinya. Guna menunjang komitmen yang sudah dicanangkan maka orang tua perlu memberikan hadiah (reward) dan juga hukuman (punishment) bagi semua anggota keluarga tanpa kecuali bagi orang tua. Hal ini akan memicu rasa tanggungjawab pada anak juga pada anggota keluarga yang lain.
Akhirnya keharmonisan hubungan antara anak dan orang tua akan tercipta dengan baik apabila orang tua mau mengubah mindset bahwa orang tua selalu benar. Selain itu orang tua harus belajar tentang sikap dan tutur kata yang dapat diterima oleh anak-anak pada masanya.
Penulis: Amin Nurhida, S.Pd., Guru SMA N 1 Moga, Pemalang.