Oleh Mukhayyarotul Ajizah, S.Pd.I
Guru di SDN 3 GUNEM
Pendidikan agama mempunyai fungsi yang begitu penting dalam membentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Allah SWT. Pendidikan agama Islam di sekolah secara umum bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama. Sehingga peserta didik menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, semangat berbangsa dan bernegara.
Sejatinya pendidikan agama sudah mulai dikenalkan sejak dini dalam lingkungan keluarga. Kemudian dilanjutkan di lingkungan sekolah, baik itu sekolah formal maupun informal.
Dalam pendidikan formal, pendidikan agama Islam diajarkan 3-4 jam per minggu. Dalam waktu yang relatif singkat tersebut, dirasa dalam penyampaian materi pendidikan agama Islam kurang menyeluruh atau kurang maksimal. Jika anak-anak yang tidak mengikuti kegiatan madrasah di luar sekolah yang biasanya dilaksanakan pada sore hari maka pembelajatan pendidikan agama Islam pada anak akan kurang optimal.
Pendidikan agama di sekolah dasar ini sangat penting. Sebab di sekolah dasar, anak-anak dalam masa proses meniru tingkah laku seseorang di sekitarnya. Mereka masih belum mengetahui mana yang baik dan benar. Artinya jika lingkungan di sekitarnya tidak mengajarkan ilmu agama dengan baik, maka mereka akan minim pengetahuan tentang agama. Jadi peran keluarga berpengaruh besar terhadap perkembangan spiritual anak.
Kurangnya pendidikan agama di lingkungan keluarga bisa disebabkan karena minimnya pengetahuan orang tua dalam hal ilmu agama. Sehingga tidak bisa mengajarkan kepada anak-anaknya. Karena masalah tersebut, maka banyak orang tua yang mempercayakan sepenuhnya kepada sekolahan terkait perkembangan anak-anaknya.
Sementara itu, minat belajar anak-anak pada mata pelajaran Pendidikan Agama pun terbilang rendah. Hal itu biasanya dikarenakan pengaruh dari kemajuan teknologi yang membawa dampak buruk bagi anak-anak. Apalagi banyak orang tua yang membiarkan anaknya untuk bermain gadget tanpa memperhatikan waktu, khususnya di daerah pedesaan yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani yang kegiatannya banyak dilakukan di luar rumah. Sehingga mereka tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
Faktor lain kenapa pendidikan agama pada anak di usia sekolah dasar kurang maksimal adalah dikarenakan lembaga pendidikan agama dapat dikatakan jumlahnya masih sedikit dibanding dengan lembaga pendidikan umum. Sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan umum yang minim pendidikan agama.
Melihat kondisi tersebut, maka pelaksanaan pendidikan agama di sekolah perlu dimaksimalkan. Namun pada praktiknya, pembelajaran pendidikan agama menghadapi beberapa hambatan. Di antaranya alokasi jam pada mata pelajaran yang kurang. Hal ini menyebabkan materi yang disampaikan kurang maksimal. Ditambah adanya kegiatan-kegiatan di luar jam pembelajaran agama. Dan dengan alokasi waktu tersebut, guru agama dituntut untuk menyelesaikan materi secara menyeluruh kepada siswa.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut maka harus ada kerja sama antara elemen-elemen pendidikan yakni antara siswa, guru kelas, dan guru agama. Elemen-elemen tersebut harus saling melengkapi demi optimalnya pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.
Contohnya ketika guru kelas dalam mengajar mata pelajaran umum harus menyisipkan nilai-nilai spiritual kepada siswa sehingga siswa dapat menerapkan sikap-sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian pada hari besar keagamaan, guru agama dapat memberikan kegiatan keagamaan yang dapat memotivasi siswa agar lebih mendalami agama. Sehingga dengan begitu, pendidikan agama Islam akan menjadi lebih optimal.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!