Oleh Vilia D. Tomatala
Mahasiswa di MAP Universitas Kristen Satya Wacana 2024
Gemparnya implementasi Kurikulum Merdeka pada setiap satuan pendidikan di seluruh Indonesia melibatkan banyak aspek yang bersifat holistik dibandingkan kurikulum sebelumnya. Salah satu bagian penting dalam Kurikulum Merdeka adalah Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang bertujuan membentuk karakter peserta didik dan sebagai identitas bangsa Indonesia.
Dalam pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) tidak lepas dari berbagai hambatan. Seperti, kurangnya pemahaman guru tentang konsep Profil Pelajar Pancasila sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan proyek P5 tersebut. Untuk membantu menjawab kegelisahan guru dalam menentukan Proyek P5 maka Mission Service Learning (MSL) dapat menjadi sarana untuk memberikan ruang dan kesempatan kepada murid untuk melaksanakan P5 tersebut.
Definisi, Tujuan, Pelaksanaan MSL
Mission Service Learning adalah suatu pedagogi yang lahir dan didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran yang bermakna dan holistik untuk pelayanan misi pada sesama (komunitas) sebagai
Tujuan pembelajaran pada MSL ini terdiri dari dua area utama yaitu perkembangan murid dalam penguasaan konten pembelajaran dan perkembangan murid dalam pelayanan misi. Maka tujuan pembelajaran dari MSL adalah kegiatan yang mencakup ranah sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan keterampilan dalam kedua area utama.
Proses pelaksanaan MSL didasarkan pada prinsip integratif, sesuai community need, sesuai dengan talenta, inisiatif dan kemandirian murid, dan tingkatan pertumbuhan iman (Westerhoff, 2000). Berdasarkan prinsip ini, maka proses pelaksanaan MSL dilakukan dalam lima tingkatan esensial di interdependen.
Berikut lima tingkatan proses pelaksanaan MSL.
1. Investigasi. Tahap investigasi adalah tahap membangun empati, relasi dan memahami kondisi dan kebutuhan baik komunitas yang akan dilayani mau pun diri murid itu sendiri. Ada dua jenis investigasi yang harus dilakukan dalam MSL sebelum memulai tindakan.
Pertama, investigasi personal. Pada investigasi personal, murid dengan bimbingan guru (sesuai dengan kerangka pertumbuhan berdasarkan umur) memahami minat, mengembangkan kemampuan, hasil belajar yang diperoleh, bakat dan sumber-sumber yang dimiliki untuk melayani Tuhan memalui memberikan pelayanan misi bagi sesama komunitas. Untuk tingkat TK-SD, tahap ini dilakukan oleh guru (teachers-directed) dan menyampaikan (untuk kelas 3-6 sudah dapat dengan mendiskusikannya) pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator.
Kedua, investigasi kondisi dan kebutuhan komunitas. Karena MSL sifatnya community-minded yaitu untuk memenuhi kebutuhan nyata mitra komunitas, maka tahap investigasi adalah tahap awal dan esensial (Swaner and Erdvig, 2018). Untuk itu, murid dengan bimbingan guru melakukan analisis mengenai kondisi komunitas dan kebutuhan mereka. Dalam proses investigasi ini, murid akan membangun empati dan relasi yang autentik dengan komunitas.
2. Perencanaan: Pada tahap ini murid merencanakan aksi yang akan dilakukan berdasarkan hasil investigasi personal dan investigasi komunitas. Murid dengan bimbingan guru akan menyusun proposal MSL. Proposal MSL memuat mengenai tujuan MSL, kebutuhan komunitas, koneksi kurikuler (pengetahuan, sikap dan keterampilan), ide atau bentuk pelayanan misi, dan timeline. Penyusunan proposal ini disesuaikan dengan prinsip ageappropriate mission and service. Artinya untuk murid TK dan SD, proposal disusun oleh guru yang termuat dalam modul ajar.
3. Tindakan. Pada tahap ini murid melakukan MSL sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pelaksanaan MSL dilakukan minimal satu kali dalam satu semester. Selama proses pelaksanaan tindakan, murid akan belajar mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Murid mengambil dokumentasi selama proses tindakan ini.
4. Refleksi adalah komponen yang sangat penting dalam service-learning. Refleksi merupakan penghubung antara setiap tahapan pelayanan dan juga penilaian (Kaye, 2010). Melalui refleksi, murid mempertimbangkan bagaimana mereka bertumbuh dalam melayani Tuhan melalui pelayanan kepada sesama dan komunitas. Refleksi juga merupakan sarana murid untuk menilai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang mereka pelajari di kelas dan bagaimana itu berdampak bagi orang lain dan diri mereka sendiri. Refleksi terjadi sebelum, saat, dan sesudah MSL. Hasil refleksi murid atas MSL yang dilakukannya perlu mendapatkan umpan balik dari guru, orang tua dan komunitasnya, sehingga menjadi pembelajaran bagi murid. Refleksi merupakan bukti utama yang akan digunakan oleh guru dalam menilai pertumbuhan siswa dalam tujuan pembelajaran.
5. Persentasi; Pada tahap ini murid mempresentasikan apa yang telah mereka pelajari, proses belajar yang dijalani, dan kontribusi pelayanan misi yang dilakukan. Presentasi merupakan salah satu bentuk proses metakognitif dalam MSL. Melalui presentasi murid mengidentifikasi dan mengakui pada diri mereka mengenai pertumbuhan yang dialami melalui MSL.
Selain itu, melalaui tahap presentasi, siswa juga saling belajar dan mengajar satu dengan yang lain. Presentasi juga merupakan tindakan bersukacita bersama atas pertumbuhan yang dialami selama MSL dan merayakannya dengan memberikan apresiasi, sebagai wujud tanggung jawab atau pertumbuhannya dan komunitas. Bentuk dan cara presentasi ditentukan sesuai dengan konteks masing-masing sekolah.
Berikut beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan MSL di setiap tingkat perkembangan pada jenjang TK-SD. Guru perlu melakukan survei terlebih dahulu dan mempertimbangkan, jarak dan waktu: Jika selandainya partner MSL kita adalah anggota komunitas lokal terdekat, maka perlu dilihat jarak tempuh jangan sampai melebihi durasi pembelajaran dalam satu hari.
Membangun Kemitraan dalam Proses MSL
Sebagai pedagogi kolaboratif, salah satu aspek penting dalam pelaksanaan MSL adalah kolaborasi antar berbagai pihak yang terlibat. Guru dan sekolah perlu membangun kemitraan dengan berbagai komunitas dan organisasi sehingga dapat membantu murid untuk menentukan komitmen yang akan menjadi tujuan pelayanan misi. Selain itu, kolaborasi dengan orang tua juga menjadi aspek penting dalam proses pelaksanaan MSL. Sekolah dan guru dapat mengidentifikasi bentuk dan keluasan aspek keterlibatan orang rua dalam MSL. Komunitas orang tua atau orang tua tertentu juga dapat menjadi tujuan pelayanan misi yang akan dilakukan oleh siswa.
Sebagai suatu pedagogi dan proses belajar, asesmen adalah unsur penting dalam MSL. Penilaian dilakukan untuk menolong murid semakin bertumbuh dalam pembelajaran dan pelayanan misi baik dalam aspek sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.
Pertama, dalam pembelajaran dan pelayanan misi harus dilakukan berdasarkan prinsip assessment as blessing, asesmen berfungsi sebagai cara untuk mendukung daripada menguji murid dan pembelajarannya dalam bertumbuh melayani Tuhan melalui pelayanan terhadap sesama dan komunitas;
Kedua, assessment as justice, didasarkan pada aspek holistik dan keunikan siswa dalam melakukan MSL berdasarkan minat, bakat, kemampuan dan konteks kehidupannya;
Ketiga, assessment as grace, penilaian dan umpan balik bertujuan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan, memberikan banyak kesempatan untuk mencapai pelaksanaan MSL yang baik. Oleh karena itu orientasi penilaian dalam MSL ini adalah untuk pertumbuhan anak, bukan sebatas administrasi akademik.
Salah satu bentuk Asesmen dalam MSL dilakukan dalam bentuk portofolio. Portofolio digunakan karena kelebihannya dalam melihat bagaimana murid berproses dalam pelaksanaan MSL. Asesmen dalam area konten pembelajaran bisa dalam bentuk kuantitatif (grading dan scoring) yang menjadi bagian dari nilai sumatif mata pelajaran, atau/dan bisa dalam bentuk deskripsi (naratif) yang akan melengkapi asesmen sumatif atau formatif pada masing-masing mata pelajaran. Teknis dan tahapan penulisan deskripsi diatur oleh sekolah masing-masing.
Manfaat yang didapatkan dengan penerapan MSL akan sejalan dengan manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Bagi satuan pendidikan, menjadikan sebuah ekosistem yang terbuka untuk partisipasi dan keterlibatan masyarakat, serta berkontribusi kepada lingkungan dan komunitas dan komunitas sekitar.
- Bagi pendidik, memberikan ruang dan waktu kepada peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dan memperkuat karakter dan Profil Pelajar Pancasila. Serta merencanakan proses pembelajaran proyek dengan tujuan akhir yang jelas.
- Bagi peserta didik, memperkuat karakter dan mengembangkan kompetensi sebagai pelajar dan masyarakat. Serta melatih kemampuan memecahkan masalah dalam beragam situasi belajar.
Melalui alur MSL investigasi, perencanaan, tindakan, refleksi, dan presentasi sebagai proyek P5 di sekolah dapat dilakukan untuk memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter, serta memberikan manfaat yang besar bagi peserta didik.