Oleh Paskalis Juani, S.Pt
Kepala Sekolah SMKN 1 Aesesa Selatan
Panggilan untuk menjadi guru adalah panggilan yang mulia namun banyak tantangan dan derita yang harus dihadapi dan dilalui dengan sukacita. Guru yang digugu dan ditiru harus dijalani dengan penuh tanggung jawab baik secara vertikal dengan Tuhan sebagai pencipta maupun secara horizontal dengan sesama dalam hal ini orangtua dan pemerintah.
Pada tahun 2000 saya melamar sebagai guru honorer pada SMKN 1 Aesesa yang baru didirikan secara definitif menjadi Unit Sekolah Baru (USB) di Kecamatan Aesesa, Kabupaten Ngada. SMKN 1 Aesesa merupakan satu-satunya sekolah kejuruan negeri yang terdapat di Kabupaten Ngada. Sebagai sekolah baru yang baru didirikan tentu belum memiliki gedung sekolah dan fasilitas praktek sebagai sarana pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan pada sore hari pada SMP Negeri 1 Aesesa—dengan Pelaksana tugas Kepala sekolah adalah Kepala SMP Negeri 1 Aesesa—saat siswa dan siswi di SMP tersebut sudah pulang sekolah. Kemudian siswa dan siswi SMK baru mulai kegiatan pembelajaran dari pukul 13.00 – 17.00.
Secara kelembagaan ada banyak hal mengalami kekurangan yakni tenaga pendidik dan kependidikan masih mengalami kekurangan, jumlah tenaga honorer lebih banyak jika dibandingkan dengan guru PNS, fasilitas kantor juga belum memadai serta fasilitas praktik baik alat maupun bahan praktek juga tidak ada. Guru honorer dibayar dengan gaji di bawah standar Upah Minimum Provinsi (UMP) yakni dua ratus ribu rupiah. Kami memang menyadari bahwa upah ini sangat rendah dari upah minimum namun tidak ada pilihan lain karena sekolahnya baru, siswa juga masih sedikit dan masih banyak kekurangan yang harus kami benahi bersama.
Sebagai guru honorer dengan penghasilan kecil harus menanggung beban keluarga karena saya telah menikah dan dikaruniai seorang putra. Jarak dari rumah ke sekolah 1,5 km dengan berjalan kaki. Hari demi hari saya melewati setiap peristiwa hidup secara sabar walaupun mengalami derita karena merasa letih, mengalami kesulitan untuk menafkahi keluarga. Saya harus bekerja sebagai pekerja serabutan pada pagi hari dari jam 06.00 sampai jam 10.00. kemudian istirahat, mandi, makan lalu siap ke sekolah. Jika dilihat dari upah yang dibayar, sesungguhnya tidak berarti dan sangat rendah, namun jika dilihat dari sisi pelayanan untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa tentu mempunyai kebanggaan tersendiri, karena akan melihat anak didik menjadi orang-orang pandai dan sukses dikemudian hari nanti.
Pada awal januari 2001, SMKN 1 Aesesa telah memiliki gedung sekolah sendiri dan telah mendapat alokasi anggaran dana rutin dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngada. Proses pembelajaran dilakukan pada pagi hari dengan fasilitas gedung yang telah selesai dikerjakan. Fasilitas belajar pun sedikit demi sedikit dipenuhi dan mendapat tambahan guru yang dimutasikan dari sekolah-sekolah yang mempunyai kelebihan guru sesuai bidang studi yang diampu oleh guru tersebut. Pada saat itu ada guru PNS yang dipindahkan dari Timor Timur yang masih bertugas sementara di Kabupaten Ngada kemudian dimutasikan ke SMKN 1 Aesesa sebanyak lima orang yang terdiri dari; satu orang guru bahasa Inggris, satu orang guru Agama Katolik, satu orang guru PPKN, satu orang guru BP/BK dan satu orang lagi guru Pertanian.
Waktu itu saya adalah guru Peternakan Ruminansia yang baru belajar menjadi guru, terkadang gugup ketika berada di depan kelas berhadapan dengan siswa SMK yang secara biologis sudah ke arah dewasa dan postur tubuh yang hampir sama dengan saya. Di luar kelas, kita merasa sebagai teman sedangkan di dalam kelas, saya tetap berusaha menempatkan posisi sesuai profesi. Saat itu masih sering merasa kesulitan dalam pembuatan perangkat pembelajaran, perlu belajar dari guru senior yang berlatar belakang pendidikan sebagai guru.
Sebenarnya saya secara legalitas sebagai guru tidak dapat diakui karena hanya memiliki ijazah non-keguruan.Berlatar belakang Pendidikan Peternakan (S.Pt), harus belajar metode ajar, dokumen-dokumen pembelajaran untuk menjadi guru yang baik dan profesional ketika berada di depan kelas.
Sebagai guru honorer yang penghasilannya rendah dan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga maka saya harus bekerja di sawah saat pulang sekolah. Semuanya saya lakukan dengan tekun dan penuh kesabaran. Selain serabutan, juga ada hewan peliharaan yaitu ayam kampung dan babi. Limbah pertanian dari hasil penggilingan padi dapat dijadikan makan ternak ayam maupun ternak babi. Ketika honor komite belum dibayar karena siswa terlambat membayar, maka saya bisa menjual ternak peliharaan untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
Pada bulan Juli tahun 2001, saya mendaftar sebagai mahasiswa program akta mengajar-IV agar memiliki ijazah akta mengajar IV sehingga sehingga memenuhi tuntutan legalitas sebagai seorang guru yang layak berdiri didepan kelas. Sebagaimana seorang sopir yang mengendarai kendaraan, legalitasnya adalah Surat Izin Mengemudi (SIM); demikian pula seorang guru legalitasnya adalah akta mengajar IV.
Pada semester ke-2 saya melaksanakan PPL mengajar pada SMP Swasta Katolik Hanura Danga selama tiga bulan pada mata pelajaran FISIKA. Perkuliahan akta mengajar IV saya selesaikan dalam dua semester pada Universitas Terbuka (UPJJ-Kupang). Atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa, saya dinyatakan lulus dan berhak memiliki akta mengajar IV. Pada saat itu pula saya mendapat panenan padi yang melimpah sehingga saya jual dan membeli sepeda motor.
Pada September 2003, saya mendaftar sebagai peserta seleksi CPNS untuk formasi Guru Peternakan pada lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada, dengan jumlah peserta 18 orang. Pada bulan Oktober 2003 pelaksanaan seleksi CPNS, satu hari sebelum mengikuti tes tersebut, saya mengunjungi kubur kakek dan nenek untuk menyiram rampe dan membakar lilin, memohon berkat Tuhan dan restu para leluhur untuk membuka cakrawala berpikir serta terang roh kudus sehingga saya berharap bisa menyelesaikan soal tes dengan baik dan benar.
Keesokan harinya mengikuti seleksi CPNS di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Ngada bersama teman-teman lainnya. Saat itu lokasi tes CPNS di ruang kelas SMA swasta Katolik Regina Pacis Bajawa. Sebelum memulai mengerjakan soal tes CPNS, saya diam sejenak untuk berdoa di dalam hati, memohon pertolongan Tuhan agar mencurahkan roh kudus-Nya agar saya bisa mengerjakan semua soal dengan baik dan benar. Pada saat mengerjakan soal tersebut, saya merasa enteng dan menjawab semua soal secara baik dan cepat.
Pengumuman hasil seleksi CPNS dilakukan pada bulan Desember satu hari sebelum Natal yakni pada tanggal 24 Desember 2003 melalui media surat kabar Flores Pos. Pada hari itu saya berusaha mencari surat kabar Flores Pos pada orang-orang yang berlangganan, lalu saya melihat pengumuman tersebut satu per satu dan ternyata saya dinyatakan lulus sebagai guru peternakan pada SMKN 1 Aesesa. Saya secara spontan meloncat kegirangan sambil mengucapkan “Puji Tuhan” ternyata Engkau mendengarkan doaku.
Setelah kami yang dinyatakan lulus segera menyelesaikan semua berkas yang diperlukan termasuk membuat pernyataan bersedia ditempatkan di seluruh Republik Indonesia. Pada bulan Maret 2004, saya menerima SK-CPNS dengan tempat tugas pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Aesesa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Satu tahun menjalani tugas sebagai CPNS, kemudian pada Januari 2005 mengikuti Diklat prajabatan di Kupang selama dua minggu. Kegiatan Diklat prajabatan saya laksanakan dengan baik dan disiplin dan menerima SK-PNS pada Maret 2005.
Hari demi hari menjalankan tugas sebagai pendidik dengan senang hati walaupun terkadang diwarnai suka maupun duka. Pada tahun 2007, Kabupaten Ngada mekar menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Nagekeo sebagai kabupaten baru dan Kabupaten Ngada sebagai kabupaten induk. Dengan mekarnya kabupaten Ngada, maka secara administrasi kepemerintahan, SMKN1 Aesesa berada pada kabupaten baru yaitu Kabupaten Nagekeo.
Pada Juli 2009, saya ditugaskan oleh Kepala SMKN 1 Aesesa untuk menjalankan tugas pengelola kelas jauh SMKN 1 Aesesa di Kecamatan Aesesa Selatan. Kecamatan Aesesa Selatan adalah kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan Aesesa pada tahun 2006 saat masih bergabung dengan Kabupaten Ngada. Pada Juli 2011, saya dinyatakan dimutasikan dari SMKN 1 Aesesa ke SMKN 1 Aesesa Selatan bersama Kepala Sekolah yang baru dan saya diberi tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah membidangi kurikulum.
Pada Juli 2017, Kepala SMKN 1 Aesesa Selatan memasuki purna bakti (pensiun), saya ditugaskan oleh Gubernur Provinsi Nusa tenggara Timur sebagai pelaksana tugas kepala sekolah. Saya menerima tugas tersebut dengan senang hati.
Pada Januari 2019, saya mengikuti seleksi calon kepala sekolah. Seleksi calon kepala sekolah cukup ketat dengan beberapa tahapan seleksi yakni; CAT 100 nomor, presentasi makalah di depan tim seleksi, serta menjalani wawancara. Kegiatan ini saya lewati dengan baik dan tidak ada rintangan, saya dinyatakan lulus dan dilantik oleh Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Mei 2019 sebagai Kepala SMKN 1 Aesesa Selatan.
Menjadi kepala sekolah memang tidak mudah, apalagi sekolah kami berada di Daerah 3T yang masih banyak mengalami kesulitan. Di sekolah kami belum memiliki sarana air bersih dan jalannya masih jalan tanah. Untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap hari, masyarakat harus mengkonsumsi air embung. Lalu pada musim hujan, jalan berlumpur dan becek. Namun karena mencintai anak bangsa, saya harus menjalani panggilan ini sebagai seorang pendidik dengan tulus dan sabar. Saya percaya bahwa semua adalah rencana Tuhan dan akan indah pada waktunya.
Di balik derita ada sukacita yang telah dilalui, beberapa alumni siswa SMKN 1 Aesesa Selatan ada yang menjadi dokter hewan, ada yang menjadi TNI-AD, ada yang menjadi TNI-AU, ada juga yang menjadi guru. Paling banyak menjadi pengusaha ternak, baik ternak unggas maupun ternak ruminansia. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud