Oleh Krisman Lameanda, S.Pd
Kepala SMPN 5 Bungku Utara Satap
Ibuku adalah seorang yang berprofesi sebagai guru dengan status pegawai negeri sipil, sedangkan ayahku berprofesi sebagai petani. Kedua profesi tersebut saling mendukung dan saling mengisi dalam melaksanakan tugas masing-masing baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Mereka tidak saling menyalahkan satu sama lain dengan kesibukan masing-masing.
Ayah dan ibu selalu menyayangi semua anak-anaknya tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya. Pendidikan dan kesejahteraan anak selalu dinomorsatukan demi masa depan kami semua. Nasihat dan etika hidup selalu disampaikan kepada kami dengan tujuan ketika kami dewasa bisa menjadi anak yang baik, mandiri, serta berakhlak mulia terhadap keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekitar. Itulah teladan yang paling berharga yang selalu diwariskan kepada semua anak-anaknya.
Mengapa saya memilih profesi guru?
Memilih profesi guru adalah hal yang sangat berkesan dan bermakna bagi saya secara pribadi. Mengapa saya mengatakan demikian, karena ketika saya ceritakan dalam tulisan ini sepertinya bagaikan sedang bermimpi. Menjalani profesi guru adalah sesuatu hal yang sebenarnya sangat aneh dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Namun pada akhirnya menjadi suatu kenyataan.
Ibuku berprofesi guru karena pilihan. Tetapi saya menjadi guru karena mengikuti keinginan ibu. Di saat kami memasuki pendidikan sekolah dasar, ibu selalu memotivasi kami untuk rajin belajar dengan tujuan kami bisa menjadi anak yang pandai, cerdas, dan mandiri.
Ibu selalu mengharapkan dari sepuluh anaknya harus ada yang meneruskan profesinya sebagai guru. Tetapi pendapat dan cita-cita kami sebagai anak berbeda-beda, tidak seorangpun yang ingin mengikuti jejak ibu sebagai guru pada saat itu. Namun ibu kukuh berkeinginan ada salah satu anaknya yang bisa melanjutkan profesinya.
Sebagai anak yang tertua, saya tentunya mempunyai tanggung jawab dalam memenuhi keinginan ibu tersebut. Sebenarnya saya anak kedua namun kakak perempuan saya dipanggil oleh Allah pada usia 4 tahun karena penyakit. Hal ini membuat saya menggantikan posisi sebagai anak tertua dalam keluarga.
Ketika sudah tamat Sekolah Dasar (SD), saya merantau ke kota melanjutkan pendidikan di jenjang SMP. Saat itu ibu terus menyarankan kepada saya ketika tamat SMP nantinya, saya harus melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Dengan tujuan agar suatu saat saya bisa menjadi guru untuk meneruskan profesi ibu sebagai guru.
Saat itu saya hanya mengatakan pada ibu bahwa saya tidak ingin menjadi guru. Saya hanya punya cita-cita sekolah tinggi hingga ke Perguruan Tinggi. Dengan dorongan dari ibuku tersebut, hanya membuat saya semakin bingung untuk menentukan masa depan. Saat itu yang terpikir hanyalah sekolah terus tanpa arah dan tujuan. Sebagai anak, saya hanya bisa berangan-angan untuk menyelesaikan pendidikan dulu. Setelah selesai kuliah baru dipikirkan lagi mau ke arah mana. Begitulah pikiran saya saat itu.
Setelah tamat kuliah dan memiliki ijazah sarjana, barulah saya menyadari bahwa ijazah sarjana yang saya miliki adalah ijazah yang bisa digunakan untuk menjadi guru. Apa boleh buat, pada akhirnya profesi yang harus saya jalani adalah menjadi seorang guru. Sebagai anak tertua yang punya tanggung jawab demi meneruskan perjuangan keluarga ini, maka saya harus bisa menentukan apa yang terbaik. Khususnya dalam melanjutkan profesi ibu sebagai guru.
Sejak saat itulah saya belajar menekuni dunia mengajar mulai dari MTs, MA, SMP dan beberapa SD dengan status sebagai guru honorer selama 14 tahun 7 bulan. Pada tahun 2005, baru diangkat sebagai guru PNS melalui tes masuk CPNS dengan predikat lulus secara murni.
Pada tanggal 11 Agustus 2017 lalu, ibuku meninggal dunia di usia 76 tahun dan ayah menyusul pada tanggal 7 November 2018 di usia 93 tahun. Ketika masih hidup, ibuku merasa bangga karena saya menjadi salah satu dari anak-anaknya yang bisa melanjutkan profesinya sebagai guru.
Ketika saya sudah berhasil menjadi guru, ibuku pun selalu berpesan agar profesi guru dalam keluarga harus tetap dilanjutkan hingga ke anak cucu. Dalam meneruskan pesan-pesan ibu yang dititipkan kepadaku, saat ini aku pun berniat untuk mewariskan kepada keturunanku agar profesi guru bisa berlanjut terus dalam lingkungan keluarga ini.
Anakku yang kedua yang sudah menyelesaikan pendidikannya di program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2019, kini sudah mengajar sebagai guru honorer di SDN Petumbea dan merangkap sebagai operator sekolah. Ibuku dulu juga seorang guru kelas di SDN Petumbea dan menjadi kepala sekolah di SDN Jamor Jaya hingga pensiun.
Saya sendiri selain menjabat sebagai kepala sekolah di SMPN 5 Bungku Utara Satap juga sebagai guru mata pelajaran di SMPN 1 Lembo Raya.
Menjadi guru bukan hal yang mudah
Menjadi seorang guru memang bukan hal yang mudah jika melihat tugas dan tanggung jawabnya. Namun profesi guru adalah profesi yang sangat mulia. Mengapa saya mengatakan mulia? Jawabannya sangat mudah karena semua orang bisa pintar, cerdas, menjadi petani, menjadi pejabat dan lain-lain adalah hasil didikan seorang guru.
Saya telah merasakan bagaimana suka-dukanya mendidik anak agar bisa menjadi generasi muda yang berkepribadian baik, berkarakter baik, serta beretika yang baik pula. Sementara itu, orang tua siswa telah menitipkan anaknya secara penuh di sekolah untuk dididik dan dibentuk menjadi anak yang baik. Maka ketika kita sebagai guru harus mampu melakukan profesi ini dengan baik. Inilah tantangan kita sebagai guru yang mau tidak mau harus mampu berinovasi dalam melaksanakan tugas di sekolah.
Merupakan tantangan bagi kita yang berprofesi guru di mana harus mampu menunjukkan kinerja yang baik kepada anak-anak yang kita didik agar kita bisa menyaksikan hasil pekerjaan kita tersebut. Kita selalu dituntut untuk melakukan tugas profesi ini dengan penuh tanggung jawab, membuat inovasi dan kreativitas agar hasil pekerjaan kita ini bisa dinikmati oleh semua orang.
Sejak berstatus sebagai guru honorer hingga menjadi guru berstatus pegawai negeri, saya selalu sangat serius melaksanakan tugas ini. Kepada atasan, saya selalu menunjukkan sifat yang loyal. Apapun yang diperintahkan oleh atasan saya selalu melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.
Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga ketika saat ini saya dipercaya menjadi kepala sekolah, khususnya bagaimana agar bisa memimpin sebuah sekolah agar dicintai oleh seluruh warga sekolah.
Dan setelah menjalani profesi guru selama puluhan tahun, banyak hal yang telah saya lakukan sebagai karya. Salah satu hal yang bisa dilihat hasilnya secara nyata adalah ketika saat ini saya sudah bisa menulis beberapa buku antologi. Ini pengalaman yang sangat berharga dan menginspirasi. Mungkin kalau saya tidak jadi guru, tidak akan pernah ada kesempatan untuk menulis buku seperti yang sekarang saya lakukan.
Sebelum berkesempatan menulis perjalanan hidup dalam buku “Meniti Jalan Menjadi Guru”, saya sudah menghasilkan beberapa buku lainnya. Saya bangga telah menghasilkan sejumlah karya yang bisa menjadi bahan literasi bagi keluarga, bagi warga di sekolah, dan masyarakat secara luas.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”