Kualitas SDM yang baik diharapkan mampu memicu munculnya pemikiran-pemikiran dengan berbagai terobosan baru di berbagai bidang kehidupan. Untuk menciptakan kualitas SDM yang unggul, maka harus dimulai dari sistem pendidikannya. Dalam hal ini, guru dapat menciptakan kemampuan berpikir analitis pada diri peserta didik untuk menghadapi era industri 4.0.
Berpikir analitis atau analytical thinking tentu sangat berbeda dengan berpikir pada umumnya. Setiap orang memang berpikir, hanya saja sebagian orang berpikir lebih mendalam daripada orang lain.
Terdapat banyak ahli yang mencoba mendefinisikan kemampuan berpikir analitis. Menurut Rose, Colin dan Malcom J Nicholl (2006) menyebutkan bahwa kemampuan berpikir analitis adalah cara untuk menundukkan suatu situasi, masalah, subjek, atau keputusan pada pemeriksaan yang ketat dan langkah demi langkah yang logis.
Sedangkan menurut Sitthipon (2012), berpikir analitis adalah kompetensi untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan aspek-aspek yang berupa objek, cerita atau kejadian, dan menemukan keterhubungannya.
Lalu, menurut Ad’hiya & Laksono (2018), berpikir analitis adalah kompetensi untuk membedakan, mengorganisir dan menghubungkan suatu objek, teori, masalah atau peristiwa, serta dapat menentukan hubungan antar aspek-aspek tersebut berdasarkan alasan, prinsip atau fungsi tertentu.
Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir analitis merupakan cara berpikir untuk menemukan ide permasalahan, mengidentifikasi, mengelompokkan, dan menghubungkan fakta-fakta yang ada untuk mencari strategi pemecahan masalah berdasarkan alasan tertentu.
Dalam berpikir analitis haruslah melibatkan data dari berbagai sumber untuk mencari sebab akibat sehingga dapat menarik kesimpulan secara tepat. Kemampuan berpikir analitis harus dimiliki oleh semua orang agar mampu berpikir dengan runtut sehingga bisa mendapatkan solusi terhadap berbagai masalah yang dihadapi.
Untuk meraih kesuksesan, seseorang harus mampu berpikir analitis yang merupakan cara berpikir yang lebih mendalam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kayali & Yilmaz (2017) yang menyatakan bahwa tingkat keterampilan berpikir analisis peserta didik berbanding lurus dengan prestasinya.
Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Analitis
Berpikir kritis dan berpikir analitis sama-sama menggunakan fakta untuk melakukan evaluasi terhadap informasi yang ada. Meskipun demikian, metode yang digunakan oleh keduanya sangatlah berbeda.
Dalam berpikir kritis, seseorang akan menggunakan fakta sebagai bantuan untuk membentuk opini dan untuk menentukan apakah ide yang ada masuk akal. Sedangkan berpikir analitis menggunakan fakta yang ada sebagai pendukung bukti.
Dari kedua penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedua jenis kemampuan berpikir ini menggunakan metode yang berbeda dalam pemanfaatan fakta yang ada.
Selain metode yang berbeda, kedua jenis kemampuan berpikir ini juga memiliki tujuan yang berbeda. Kemampuan berpikir kritis memiliki tujuan untuk orang bisa mempertahankan argumennya agar bisa menjadi dukungan terhadap sudut pandang tertentu. Kemampuan berpikir kritis juga dapat mempermudah orang untuk memberikan motivasi kepada orang lain dan juga tujuan hidupnya.
Sedangkan berpikir analitis bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks. Selain itu, berpikir analitis juga bisa membantu seseorang untuk mengumpulkan sekaligus menafsirkan suatu data untuk pemahaman yang lebih lanjut. Orang yang berpikir analitis juga akan mencoba untuk mengembangkan dan yakin terhadap persepsi sebuah ide.
Perbedaan lain antara berpikir kritis dan berpikir analitis juga terletak pada proses berpikirnya. Orang yang berpikir kritis memiliki proses berpikir melingkar. Orang yang menggunakan kemampuan berpikir kritis akan berpikir berputar secara terus menerut terhadap suatu ide hingga memperoleh kesimpulan.
Sedangkan orang yang berpikir analitis akan menggunakan proses berpikir linier serta lebih fokus. orang yang berpikir analitis akan berpikir lurus dari satu pemikiran ke pemikiran selanjutnya.
Halaman Berikutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya