Perjuangan yang berat telah dilalui oleh Maksimus Yovan. Berkat pengorbanannya yang tiada henti, pria kelahiran 1985 tersebut kini mampu mencapai taraf hidup yang lebih baik. Ya, saat ini ia telah menjadi seorang guru dengan status Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD).
Maksimus Yovan yang akrab disapa Pak Mex terlahir dari keluarga yang serba kekurangan. Bahkan bisa dikatakan keluarganya merupakan keluarga yang sangat miskin di kampungnya. Untuk membiayai pendidikan anak-anak di dalam keluarga tersebut, orang tuanya harus bekerja dengan susah payah.
Namun demikian, Maksimus Yovan tak pernah merasa pesimis. Meskipun diliputi keterbatasan, ia terus berjuang untuk membuat kedua orang tuanya bangga kepadanya.
“Karena alasan itulah, saya bertekad agar kelak saya harus bisa menjadi orang yang bisa membanggakan orang tua dan keluarga. Saat merantau ke Makassar tahun 2006, tujuan saya ke sana hanya untuk mencari pekerjaan agar bisa bantu ekonomi keluarga,” ungkapnya.
Di kota tersebut, pria kelahiran di Manggarai Timur tersebut bekerja sebagai pekerja cleaning service. Upah yang diterima memang kecil, namun hal tersebut tak membuatnya berkecil hati.
Dari hasil keringatnya tersebut, Maksimus Yovan dapat mengumpulkan sejumlah uang. Kemudian ia ingin menempuh pendidikan yang lebih tinggi di sebuah universitas. Sehingga ia harus pandai mengatur waktu antara belajar dan bekerja.
“Teman saya yang membawa saya ke STKIP YPUP Makassar. Meskipun saya kuliah sambil kerja akan tetapi semangat belajar tidak kendor dan akhirnya saya mampu menyelesaikan pendidikan tepat 4 tahun,” kenangnya.
Dengan bekal ijazah yang didapatkan dari perguruan tinggi, setelah lulus sebagai Sarjana Pendidikan, Maksimus Yovan mencoba keberuntungan mengikuti seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) di Kabupaten Manggarai Timur. Dan hasilnya, ia dinyatakan lulus.
“Saya bangga dengan apa yang sudah saya perjuangkan dan dukungan orang tua,” tutur guru yang saat ini mengajar di SMPN 8 Borong tersebut.
Di SMPN 8 Boronga, guru yang memiliki hobi membaca tersebut mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Pada tahun 2013, ia juga pernah mengajar di tingkat SMK yang masih baru didirikan saat itu. Berkat bimbingannya, anak didiknya banyak yang telah sukses dan mendapatkan pekerjaan.
“Hasilnya anak-anak yang saya bimbing angkatan pertama berhasil. Setelah tamat, mereka banyak yang bekerja; ada yang kerja di hotel dan ada juga yang sudah menjadi guide,” sebutnya.
Selain menjadi guru, bapak tiga anak tersebut juga menggeluti dunia peternakan. Di rumahnya, ia memiliki sejumlah hewan peliharaan seperti kambing dan ayam kampung.
Di tengah kesibukannya sehari-hari sebagai guru dan juga mengurus anak sendiri yang rata-rata masih belia, Maksimus Yovan tetap semangat mengembangkan potensi diri. Salah satu kompetensi yang ingin diasah adalah kemampuan menulis.
Baru-baru ini, ia mengikuti sebuah pelatihan “30 Hari Jago Menulis Artikel Populer” yang diselenggarakan oleh NaikPangkat.com. Hasilnya, ia mampu menulis sebuah artikel ilmiah populer dengan judul “Pendidikan Karakter dan Menjadi Guru di Era Digital” yang kemudian dibukukan dalam sebuah antologi “Merdeka Mendidik”.
“Sebelumnya, saya tidak mengerti sedikitpun tentang bagaimana menulis artikel. Akan tetapi setelah mendapat materi serta bimbingan dari dosen selama Kuliah WhatsApp: 30 Hari Jago Menulis Artikel Populer, saya merasa bisa dan termotivasi untuk terus belajar menulis,” komentarnya setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Menjadi seorang guru memang harus terus mengembangkan diri. Untungnya di era digital ini, pengembangan diri bagi seorang guru bisa dilakukan kapan saja dan dari mana saja dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan online. Misalnya, pelatihan yang diselenggarakan oleh e-Guru.id atau GuruJuara.com. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud