Salah satu aspek yang di ukur oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui hasil Indonesian National Assessment Program (INAP) yang di rilis pada tahun 2018 lalu merupakan kompetensi sains atau literasi sains. Literasi sains menjadi salah satu kompetensi yang sangat kurang untuk siswa di Indonesia.
Literasi sains adalah salah satu literasi yang wajib di kuasai siswa Indonesia. Kadang kala, orang mempunyai persepsi yang kurang tepat terkait literasi sains. Mereka memiliki anggapan bahwa literasi sains adalah tanggung jawab dari guru sains saja. Bisa jadi, karena mereka menganggap literasi sains adalah siswa yang harus menguasai media pelajaran sains saja.
Perlu di tegaskan bahwa literasi sains bukan berarti siswa harus menguasai pelajaran sains saja, namun, bagaimana siswa dapat berpikir serta bertindak berdasar pada metode ilmiah. Saat menghadapi masalah, maka siswa tersebut akan mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan memakai metode ilmiah atau pola penyelesaiannya mengikuti alur ilmiah.
Peningkatan Literasi Sains Berbasis Media Pembelajaran Komputer
Berdasarkan hasil dari INAP 2018 lalu, kompetensi sains siswa Indonesia sekitar 73,61% dengan kategori kurang, 25,38% dengan kategori cukup, namun yang berkategori baik hanya 1,01%. Rendahnya literasi sains siswa Indonesia tersebut amat memprihatinkan bagi banyak pihak. Literasi sain menjadi kompetensi yang sangat penting dan wajib di kuasai ketika menghadapi persaingan abad 21.
Upaya peningkatan literasi sains siswa perlu di lakukan oleh seluruh pihak yang utamanya adalah guru. Memakai metode pembelajaran yang menyenangkan serta berbasis ilmiah adalah salah satu langkah yang perlu di lakukan. Salah satunya yakni memakai model Inquiry Based Learning (IBL).
Berbagai penelitian sudah menunjukkan bahwa metode IBL sangat efektif dalam meningkatkan literasi sains. Metode tersebut terdiri dari 6 level inkuiri. Level paling rendah yaitu Discovery Learning. Terdapatnya keterlibatan penuh dari siswa pada sintaks IBL menyebabkan kompetensi sains siswa juga lebih meningkat. Terlebih, banyak kegiatan ilmiah berbasis inkuiri yang telah di lakukan sendiri oleh siswa. Sintaks ini dapat membuat siswa lebih kreatif serta inovatif saat bekerja berdasarkan metode ilmiah, sehingga dapat lebih meningkatkan literasi sains.
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 Selanjutnya