Oleh Insan Faisal Ibrahim, S.Pd
Guru Kelas VI di MIS Ar-Raudhotun Nur Garut
Setidaknya terdapat dua masalah akut yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Pertama adalah soal ketimpangan pendidikan dan yang kedua adalah masalah kesejahteraan guru.
Terkait ketimpangan pendidikan di negeri ini, kita dapat berkaca pada kejadian dalam beberapa tahun terakhir. Seperti yang kita tahu bahwa tahun 2020 menjadi standar pembelajaran berbasis online, mengingat pembelajaran yang diterapkan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya disebabkan pandemi Covid-19. Model pendidikan sepertinya, konon akan menjadi tren di masa yang akan datang.
Ketika terjadi pandemi kemarin, semua kalangan yang terikat dengan lembaga pendidikan mencari solusi atas semua masalah yang terjadi, hingga pada akhirnya pembelajaran jarak jauh berbasis online diterapkan.
Pembelajaran online tersebut dapat dikatakan menjadi sebuah inovasi yang sangat membanggakan di dunia pendidikan kita. Namun tampaknya itu hanya berlaku bagi peserta didik yang memang mempunyai kekuatan dari segi materi kehidupan. Pasalnya, di sisi lain, pembelajaran online hanya menjadi sebuah inovasi yang menyakitkan bagi peserta didik yang hidupnya serba kekurangan.
Pendidikan online hanya bisa dirasakan bagi mereka yang hidupnya serba berkecukupan. Mereka bisa belajar sambil selonjoran di kursi yang penuh kenyamanan dan memahami setiap pembelajaran dengan jaringan yang tidak pernah padam. Kegiatan seperti itu bisa dilakukan bagi mereka yang hidupnya dipenuhi dengan pelbagai penunjang fasilitas pembelajaran.
Sementara itu bagi mereka yang hidupnya serba kekurangan, untuk bisa belajar online saja harus mengorbankan jatah mereka dalam memenuhi kebutuhan demi mengisi kekosongan jaringan agar mampu mengikuti kegiatan pembelajaran secara online.
Sekilas dari fenomena tersebut, kualitas pendidikan bangsa kita masih ditentukan oleh kedudukan derajat antar golongan. Padahal seharusnya, pendidikan harus disamaratakan untuk semua level kehidupan.
Sebenarnya cukup miris jika pembelajaran online terus dilakukan atau menjadi tren masa depan, apabila masyarakat kita untuk mengisi kuota data internet, untuk makan, masih harus banting tulang dengan sekuat tenaga. Banyak keluarga yang merasa pembelajaran online hanya mampu menghadirkan derita daripada ilmu yang bermakna. Semoga ada keajaiban yang nyata agar pendidikan bangsa kita bisa dirasakan secara merata tanpa harus ada pihak yang merasa tersiksa.
Selain itu juga, hal yang masih menjadi polemik hingga saat ini adalah nasib para guru. Sudah menjadi rahasia umum lagi bahwa banyak polemik yang menghampiri dan menggerogoti jiwa para pendidik terutama bagi mereka yang masih belum diakui ke dalam tatanan kenegaraan. Tidak sedikit dari mereka yang rela kehilangan sebagian waktunya hanya untuk mengabdi pada negeri meskipun mereka sedikit kurang dipandang oleh orang-orang yang telah memikul kepercayaan atas kekuasaan.
Meski kesabaran mereka diuji, keikhlasan mereka diuji, dan ketulusan mereka diuji, mereka tetap berjuang untuk membawa harum negeri ini. Mereka berperang dengan keadaan, mereka bertarung dengan perekonomian, serta mereka bergelut dengan kesengsaraan. Tapi mereka tetap menyebarkan ilmu tentang kebaikan. Karena bagi mereka senyum dan tawa para peserta didik adalah segalanya.
Semoga di tahun ini, pendidikan bangsa kita bisa merdeka dari pahitnya kebodohan dan mampu mensejahterakan para pahlawan tanpa tanda jasa dengan layak dan penuh penghormatan.
Jaya terus pendidikan bangsa ini. Bersama, mari kita wujudkan impian bangsa untuk mencetak para generasi muda yang berhati mulia, berjiwa ksatria, dan bermental baja.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.