Implikasi Teori Belajar dalam Strategi Pembelajaran– Piaget menyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan yaitu fase sensorimotor, pra operasional, operasional konkret, dan operasional, formal. Masing-masing tahap berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, semakin banyak informasi tidak membuat pikiran anak lebih maju. Kualitas kemajuannya berbeda-beda.
Perlu kita ketahui bahwa penjelasan tahap tahap perkembangan Piaget lebih lengkap dan rinci dibandingkan dengan pendekatan teori kognitif lainnya. Ada beberapa prinsip instruksional yang disampaikan Piaget, terutama untuk mengaplikasikan di ruangan kelas.
Tahapan fase perkembangan Piaget juga membawa implikasi yang berbeda menentukan strategi mengajar guru (strategies) dalam setiap tahapan perkembangan kognitif peserta didik. Implikasi ini dijelaskan rinci oleh Santrock (2008) dalam bukunya berjudul “Psikologi Pendidikan”
1. Tahap Sensorimotor
Teori Belajar Piaget pada tahap Sensorimotor berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indra (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot) mereka (menggapai, menyentuh) dan karenanya diistilahkan sebagai sensorimotor.
Pencapaian kognitif penting di usia bayi adalah object permanence. Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Pencapaian kedua adalah realiasasi bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara diri Anda dengan lingkungan Anda.
2. Tahap Pra- Operasional
Teori Belajar Piaget menjelaskan pada tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Namun tahap ini bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis. Implikasi Pengajaran terhadap siswa yang bekerja dengan pemikir Pra- Operasional.
- Suruh siswa untuk menata sekelompok objek.
- Untuk mengurangi egosentris. Libatkan siswa dalam proses interaksi sosial
- Mintalah siswa untuk membuat perbandingan. Misalnya perbandingan mana yang lebih besar, lebih tinggi, lebih lebar, lebih panjang.
- Beri siswa pengalaman dalam operasi urutan. Misalnya, mintalah siswsa berbaris berjajar mulai dari yang tinggi sampai ke yang rendah. Beri berbagai contoh daur hidup tanaman dan binatang, seperti beberapa foto perkembangan kupu-kupu atau tumbuhnya kacang atau jagung dari benih. Contoh dari membantu kemampuan siswa dalam mengurutkan.
- Suruh siswa menggambar pemandangan dengan perspektif mereka untuk meletakkan gambar objek objek di lukisan mereka berada di tempat yang sama seperti yang mereka lihat di aslinya. Misalnya jika mereka melihat kuda di pinggir lapangan, maka mereka harus menggambar kuda di pinggir lapangan juga.
- Buatlah lereng yang menurun atau bukit kecil. Biarkan siswa menggelindingkan kelereng berbagai ukuran. Suruh mereka membandingkan kecepatan turunnya kelereng yang berukuran berbeda beda itu. Ini akan membantu mereka memahami konsep kecepatan.
- Mintalah siswa memberikan alasan dari jawaban mereka ketika mereka mengambil kesimpulan ketika mereka mengatakan jika menuangkan air dari wadah yang lebar dan pendek ke wadah yang tinggi dan ramping akan membuat banyaknya air berubah, maka ajukan pertanyaan: “Mengapa kamu berpendapat demikian?” atau” “Bagaimana kamu bisa membuktikan ini pada kawan kawanmu?”
3. Tahap Opersional Konkret
Teori Belajar Piaget di Tahap Opersional Konkret dimulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mencakup pengguna operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada. Tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak.
Implikasi Pengajaran terhadap anak yang bekerja dengan pemikir Operasional Kongrit.
- Dorong siswa untuk menemukan konsep dan prinsip. Ajukan pertanyaan relevan tentang apa yang sedang dipelajari untuk membantu mereka pada beberapa aspek dari pembelajaran mereka. Jangan memberi tahu jawaban pertanyaan secara langsung kepada siswa. Biarkan mereka mencari jawaban sendiri dengan pemikiran mereka sendiri.
- Lihatkan siswa dalam tugas-tugas operasional. Ini mencakup tugas penambahan, pengurangan, pembagian, pengurutan dan pembalikan. Gunakan benda-benda kongkrit untuk tugas ini dan nanti jika dimungkinkan gunakan symbol matematika.
- Rencanakan aktivitas dimana siswa berlatih konsep mengurutkan hierarki secara menaik atau menurun. Suruh peserta didik membuat daftar sesuatu berdasarkan urutan. Misalnya: dari yang paling besar ke yang paling kecil) dari Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Republik Indonesia, Benua Asia, dan Planet Bumi. Lakukan aktivitas yang membutuhkan kegiatan mempertahankan area, berat dan isi.
- Suruh siswa mengurutkan sesuatu dan kemudian membalikkan urutan tersebut. Banyak siswa di kelas 3 mengalami kesulitan saat membalikan urutan, seperti dari tinggi ke rendah. Mereka lebih mudah mengurutkan dari rendah ke tinggi. Setelah menyebutkan urutan jalan dari rumah ke sekolah, mereka juga kesulitan membalikan urutan jalan yang mereka lalui, yakni dari sekolah ke rumah.
- Terus suruh peserta didik untuk menjustifikasi jawaban mereka saat mereka memecahkan masalah. Bantulah mereka mengecek kebenaran dan akurasi kesimpulan mereka.
- Ajaklah siswa untuk bekerja berkelompok dan saling bertukar pikiran Misalnya; suruh berkelompok untuk bermain, berbagi pandangan satu sama lain.
- Pastikan bahwa materi cukup untuk merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan yang bagus untuk didiskusikan di kelas adalah kumbang kecil. Suruh siswa mengamati dan mendeskripsikannya. Keesokan harinya berikan kumbang yang lebih besar dan ini akan membuat siswa terkejut dan mendorong mereka untuk berfikir lagi.
- Ketika akan mengajar sesuatu yang agak kompleks, gunakan alat bantu visual dan alat-alat peraga. Misalnya, saat mengajar ilmu sosial dengan topik apa itu demokrasi, tunjukkan rekaman video yang mengilustrasikan konsep tersebut.
- Dorong siswa untuk mengutak- atik (manipulate) dan bereksperimen dalam pelajaran sains atau ilmu alam. Gunakan materi kongkrit untuk pelajaran matematika, membuat dan membacakan suatu karya dalam pelajaran sastra dan ajar mereka berdiskusi tentang perspektif mereka, serta lakukan perjalanan untuk pelajaran ilmu sosial.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini, yang muncul pada usia tujuh sampai lima belas tahun. Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Implikasi Pengajaran terhadap anak yang bekerja dengan pemikir Operasional Formal.
- Sadari bahwa banyak siswa bukan pemikir operasional formal yang sempurna. Meskipun Piaget percaya bahwa pemikiran operasional formal muncul antara usia 11-15 tahun, banyak siswa pada usia ini masih dalam seputar tahap pemikir operasional kongkrit dan baru saja menggunakan pemikiran operasional formal. Jadi banyak strategi yang didiskusikan diatas yang berkenaan dengan pendidikan pemikir operasional kongkrit masih berlaku untuk banyak remaja. Kurikulum yang terlalu formal atau terlalu abstrak tidak akan masuk ke kepala mereka.
- Ajukan sebuah persoalan dan ajak siswa untuk menyusun hipotesis tentang cara memecahkannya. Misalnya, guru bisa berkata, “Bayangkan seorang perempuan yang tak punya teman. Apa yang harus anda lakukan?”
- Sajikan sebuah problem dan sarankan beberapa cara untuk mengatasinya. Kemudian ajukan pertanyaan yang memicu siswa untuk mengevaluasi cara itu. Misalnya deskripsikan beberapa cara untuk menyelidiki perampokan, lalu mintalah siswa untuk mengevaluasi mana cara yang terbaik.
- Pilih problem tertentu yang sudah dikenal baik oleh siswa di kelas dan ajukan pertanyaan yang berkaitan dengannya. Misalnya guru bertanya,”Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan jika kita ingin perekonomian pulih kembali?”
- Suruh siswa untuk mendiskusikan kesimpulan mereka yang terdahulu Misalnya, tanyakan”Langkah -langkah yang kamu tempuh dalam memecahkan problem itu?”
- Buat semacam proyek dan investigasi untuk dilaksanakan oleh siswa. Secara periodik, tanyakan kepada mereka bagaimana mereka mengumpulkan dan menginterpretasikan data.
- Dorong siswa untuk menyusun penjelasan hierarkis untuk ditulis Pastikan mereka memahami cara menata tulisan mereka dari poin yang umum ke khusus. Tingkat abstraksi pemikiran operasional formal juga berarti bahwa guru yang memiliki siswa pada level ini dapat mendorong mereka untuk menggunakan metafora.
- Akui bahwa siswa lebih mungkin menggunakan pemikiran operasional formal dalam area dimana mereka punya banyak keahlian dan pengalaman. Misalnya; siswa yang suka sastra dan senang menulis dan membaca, mungkin akan menggunakan pemikiran operasional formal di area itu. Tapi siswa itu mungkin tidak suka matematika dan menunjukkan pemikiran operasional kongkrit di area itu.
Ingin tahu lebih lanjut? Bapak dan Ibu Guru dapat mengikuti berbagai pelatihan yang diselenggarakan oleh e-guru.