Guru Rentan Terpapar Lupa Akibat Masker

- Editor

Rabu, 30 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam mengemban tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa.

Keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi peran strategis para guru. Seiring berkembangnya zaman, kompetensi guru harus terus ditingkatkan. Guru memiliki beban tugas yang sangat berat, tidak hanya  bertanggung jawab kepada peserta didik tetapi juga pada negara. Guru bahkan memiliki peran dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional . Oleh sebab itu, guru harus memiliki kompetensi yang dapat menunjang tugas profesionalnya seperti kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

Salah satu aspek dalam kompetensi yang harus dikuasai seorang guru adalah mengenal karakteristik peserta didik. Jadi, tugas guru di dalam kelas tidak sebatas mentransfer ilmu kepada seluruh siswa, akan tetapi juga menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal untuk mewujudkan interaksi pembelajaran.

Interaksi pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila seorang guru menguasai karakter peserta didik. Dan hal tersebut akan mempermudah guru untuk membuat variasi dalam proses pembelajaran.

Alangkah ironisnya jika seorang guru yang harusnya mengenal karakteristik peserta didik di dalam kelas menjadi lupa atau sulit mengingat nama nama siswa yang selalu ada di hadapannya ketika melakukan interaksi pembelajaran.

Sejak pandemi Covid-19 dalam 2 tahun terakhir, banyak guru mengeluhkan mengalami kesulitan untuk mengenal dan menghafal nama nama peserta didik. Saya pernah mendapat tugas untuk melakukan supervisi kelas, saat itu saya mengunjungi semua tingkat kelas. Semua guru dan kelas yang saya kunjungi selalu menimbulkan pertanyaan mengapa Bapak atau Ibu guru tidak ada yang menyebutkan nama peserta didiknya ketika berinteraksi dalam pembelajaran, akan tetapi hanya menyapa dengan dengan kata ganti kamu, kalian, kamu, dan kamu.

Sesuai dengan surat edaran pemerintah tentang pembelajaran tatap muka dengan sistem shift, memang harus dengan mematuhi standar protokol kesehatan yang ketat, salah satunya adalah menggunakan masker dengan benar. Penggunaan masker yang baik dan benar dalam pembelajaran tatap muka adalah sebagai satu bentuk konsistensi terhadap mematuhi aturan standar protokol kesehatan di tengah masa pandemi.

Namun penggunaan masker dalam pembelajaran ini menjadi salah satu faktor pencetus atau pendukung seorang guru tidak mengenal dengan siswanya. Pasalnya, guru tidak dapat melihat wajah siswa dalam keadaan memakai masker. Di samping itu,  guru juga sulit menangkap suara siswa ketika melakukan interaksi pembelajaran karena berbicara atau bertanya dengan menggunakan masker pada jarak hampir puluhan meter.

Pembelajaran tatap muka di masa pandemi juga harus dilakukan dengan sistem shift (bergilir). Hal itu membuat interaksi antara guru dan siswa menjadi kurang intens. Sistem shift sendiri menjadi hal baru dalam aktivitas rutin kegiatan pembelajaran. Dan berkurangnya intensitas interaksi guru dan siswa ini makin memperburuk potensi paparan lupa  pada guru terhadap siswanya sendiri.

Hal tersebut di atas sebenarnya tidak seharusnya terjadi karena sebagai pendidik, seorang guru memiliki keharusan untuk mengenal dan mampu mengidentifikasi karakter setiap peserta didik yang ada dalam kelas yang diampu. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan seorang penulis Deni Purbowati yang mengatakan bahwa penting bagi guru untuk memahami karakter peserta didik. Dengan mengenali nama dan karakter peserta didik, maka akan mempermudah proses belajar.

Banyaknya guru yang mengalami kesulitan untuk mengenal wajah dan menghafal nama siswa di masing-masing kelas umumnya disebabkan, peserta didik selalu menggunakan masker sehingga sulit untuk membedakan antara wajah siswa yang satu dengan yang lainnya, frekuensi tatap muka yang terbatas karena pembagian shift dalam pembelajaran tatap muka dengan siklus rotasi berlangsung selama dua minggu. Hal ini yang menyebabkan interval dan frekuensi pengenalan peserta didik menjadi berkurang yang pada akhirnya sangat memungkinkan guru menjadi rentan terpapar lupa tentang nama dan karakter siswa.

Berkurangnya kemampuan untuk mengenal  nama siswa sebagai bagian dari pemahaman karakter pada siswa jika terjadi dalam jangka yang lama dan berlanjut akan berdampak kurang baik dan memberi peluang kurang objektif dalam penilaian peserta didik. Sehingga paparan lupa yang menghinggapi guru ini harus segera dicegah.

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencegah terpapar lupa bagi guru sebagai berikut:  

Mengenal siswa harus lebih dari biasanya, tidak sebatas nama saat absensi di kelas tetapi dengan mengenal teman duduk, posisi duduk, alamat, dll. Selain itu, guru perlu memberi waktu lebih kepada siswa, artinya meluangkan waktu di luar kelas selain saat presensi dan pembelajaran di dalam kelas.  

Selanjutnya, guru perlu memiliki cara–cara khusus yang menyenangkan saat pembelajaran sehingga mudah untuk mengingat nama dan karakter siswa.  

Pengelompokan juga bisa menjadi alternatif. Dengan pengelompokan siswa, guru akan lebih mudah mengidentifikasi siswa. Selain itu, guru dapat mengaktifkan seluruh siswa untuk aktif berbicara. Dengan demikian frekuensi dan interaksi guru dan siswa akan lebih banyak, karena semakin sering mendengarkan suara siswa maka akan mudah membedakan nama siswa dengan ciri suara.

Dan yang tak kalah penting, untuk mencegah guru terpapar lupa nama peserta didik di tengah pembelajaran ‘new normal’, guru harus segera mengubah diri dan mau mengubah pola pendekatan terhadap peserta didik baik secara luring maupun melalui media online yang bisa dikuasai oleh guru maupun siswa.

Ditulis oleh Muhlim, S.Pd, Guru SMP Negeri 4 Pringgabaya

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru