Diyarko: Anak Desa yang Sukses Menjadi Penulis Puluhan Buku Pelajaran Matematika

- Editor

Kamis, 10 November 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menjadi anak desa selalu identik dengan ketertinggalan dan keterbatasan. Namun hal itu tidak sepatutnya menjadi penghalang untuk berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Diyarko, meskipun terlahir sebagai anak desa namun ia kini telah sukses menjadi pendidik dan juga sebagai penulis buku mata pelajaran Matematika. Setidaknya 18 buku Matematika untuk tingkat SMK yang telah ditulis dan diterbitkan oleh penerbit ternama Erlangga. 

Diyarko merupakan anak dari pasangan Suratman dan Djumirah, keluarga sederhana yang tinggal di sebuah pedesaan di tengah hutan: tepatnya di Desa Jlegong, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung.

Desa tersebut sunyi dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan dan tidak ada pencahayaan listrik. Ketika ingin belajar di malam hari, Diyarko pada masa kecilnya harus iuran membeli minyak tanah untuk mengisi lampu petromax. Ketika duduk di kelas 6 sekolah dasar, demi mendapat nilai ujian yang bagus, ia harus rela bergantian membaca buku pelajaran dengan teman-temannya. 

Ketika menempuh pendidikan di SMP Negeri 2 Candiroto yang sekarang berubah nama menjadi SMP Negeri 1 Bejen, setiap hari harus jalan kaki sekitar 5 KM untuk sampai sekolah sebab memang tidak ada jasa transportasi waktu itu. Di sisi lain, karena perekonomian keluarga yang saat itu juga masih sulit, ia pun harus membawa bekal nasi dan lauk seadanya ke sekolah. Ketika musim jagung, maka hanya nasi jagung lah yang bisa dijadikan bekal untuk makan siang di sekolah.

Setelah itu, Diyarko diterima di SMAN 2 Temanggung yang merupakan salah satu sekolah favorit di Kabupaten Temanggung. Pada tahun terakhir, ia sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Bapak Soebari yang merupakan Wakapolres Temanggung saat itu.  Banyak pelajaran hidup yang kemudian ia dapatkan, terutama terkait perjuangan hidup dari Bapak Soebari yang mengawali karirnya sebagai polisi dari tingkat paling bawah hingga mencapai karier tertinggi. 

Di tahun 1996, Diyarko mulai menempuh Pendidikan Matematika di IKIP Semarang (Universitas Negeri Semarang). Lagi-lagi, ia harus bekerja untuk bertahan hidup. Untuk itu, ia memberanikan diri ikut bekerja di sebuah warung makan yang digaji berupa makan tiga kali sehari. 

Setelah itu, berkat uang pinjaman dari paman, ia mencoba membuka usaha rental komputer. Dari situlah kondisi perekonomiannya semakin membaik. Dan akhirnya bisa membuka jasa konsultasi dan analisis data skripsi dan tesis.

Usai lulus dari perguruan tinggi di tahun 2000, ia mengabdikan diri menjadi pengajar di SMK Kimia Industri Theresiana Semarang. Tiga tahun kemudian diterima menjadi guru bantu dan tahun 2008 tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di SMK Negeri 11 Semarang. Hingga saat ini, ia mengajar Matematika dan Animasi. 

Pada tahun 2008, guru yang akrab disapa Pak Di tersebut pernah dinobatkan sebagai Juara 1 Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran Tingkat Nasional berkat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan judul Tri Sakti Metode Pembelajaran Matematika. 

PTK tersebut sebenarnya tidak direncanakan untuk diikutkan lomba, hanya sebagai rasa syukur setelah diterima PNS. Namun beberapa waktu kemudian, ada pengumuman pendaftaran Lomba Keberhasilan Mengajar. 

“Saya ikuti dengan mendaftar dan mengirim. Dari 1283 peserta seluruh Indonesia, ternyata diambil 150 peserta dan saya masuk di dalamnya. Sebanyak 150 peserta itu diundang ke Jakarta untuk presentasi di hadapan juri yaitu para doktor dan profesor,” kenang guru yang saat ini tinggal di daerah Gunungpati, Kota Semarang tersebut. 

Pada kesempatan tersebut, ia dapat bertemu dengan Ketua PGRI saat itu yaitu Dr. Sulistyo yang membuatnya bangga. Usai kegiatan tersebut, 15 juara pertama di bidangnya masing-masing diumumkan melalui siaran TVRI di mana nama Diyarko masuk di antaranya. 

Bangga tentu saja. Namun bersama dengan waktu, kebanggaan menjadi juara menjadi sirna karena sebagai guru, ia merasa belum memberikan kebermaknaan bagi anak didiknya.

“Saya mengalami titik balik di tahun 2019. Saya merasa bahwa apa yang saya lakukan selama ini belum sepenuhnya berpihak kepada siswa. Sejak saat itu saya bergabung dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan dan terus mencoba membuat ekosistem yang menyenangkan bagi siswa, memberikan kemerdekaan agar potensi mereka dapat berkembang menjadi versi terbaiknya. Saya terus memantik siswa dengan power question sehingga siswa sadar untuk meningkatkan kompetensinya dengan usaha sendiri. Saat ini saya merasa bersyukur, apa yang saya lakukan ternyata mengisipirasi dan diundang menjadi narasumber di seluruh nusantara,” kisahnya. 

Penyangdang gelar Magister Pendidikan Matematika dari Universitas Negeri Semarang dan juga bapak dua anak ini juga merupakan salah satu narasumber yang sering tampil di e-Guru.id, sebuah platform penyedia pelatihan online untuk para guru. Beberapa topik pelatihan yang sering ia bawakan di antaranya adalah tentang perubahan mindset guru, empat area perubahan menuju sekolah masa depan, social emotional learning, dan project based learning. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana
Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru
Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 
Berita ini 28 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Minggu, 2 Juli 2023 - 22:08 WIB

Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya

Selasa, 6 Juni 2023 - 19:26 WIB

Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa

Senin, 5 Juni 2023 - 19:30 WIB

Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN

Sabtu, 22 April 2023 - 18:53 WIB

Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana

Jumat, 21 April 2023 - 14:05 WIB

Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru

Jumat, 21 April 2023 - 13:40 WIB

Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 

Berita Terbaru