Meski sekolah hancur, mereka tetap belajar dan menemukan berbagai keahlian yang sesuai dengan ini. Mereka juga dituntut untuk memahami situasi politik dengan melakukan berbagai analisis politik sejak usia muda.
“Mereka pandai mendengarkan orang yang lebih tua dalam sesi diskusi di koridor pusat penampungan dan di dalam ruang kelas yang saat ini digunakan untuk menampung ratusan ribu orang,” jelas Asmaa.
Asmaa mengatakan kehidupan di Gaza telah merubah perempuan menjadi singa betina, dan anak-anaknya menjadi pahlawan yang berani. Lebih lanjut, ia menuturkan perang telah mengajarkan kita untuk mempertahankan hidup kita di depan tank, di bawah pesawat tempur, di luar rumah yang hancur, dan di tengah-tengah jalan Gaza yang porak poranda.
“Hal ini juga mengajarkan kita cara melarikan diri bersama anak-anak ke pantai yang aman dengan selalu percaya bahwa Tuhan maha pelindung,” tutupnya.
Demikian cara guru Palestina mengajar anak-anak Gaza meski di tengah peperangan yang melibatkan Palestina dengan Israel. Hal ini mengajarkan kita untuk terus bersyukur dan lebih semangat mengajar.
Semoga peperangan di Gaza segera berakhir agar Guru Palestina dan anak-anak di Gaza dapat merasakan kegiatan belajar mengajar di tempat yang aman dan nyaman tanpa dihantui rasa takut dengan bisingnya suara pom, pesawat tempur dan tank.
Dapatkan update informasi terbaru mengenai GURU dan PENDIDIKAN hanya di Literasi Guru Indonesia. Mari bergabung di Grup Telegram, dengan cara KLIK LINK INI kemudian ‘join’. Pastikan Anda install dulu aplikasi Telegramnya, ya.
Kunjungi juga YouTube kami untuk update informasi lainnya:
https://www.youtube.com/@literasiguruindonesia
Halaman : 1 2