Guru senior, Deny Susilowati, memiliki pengalaman pahit sekaligus unik selama menjalani profesinya tersebut. Pada suatu waktu, guru kelahiran 1969 tersebut pernah mengikuti ajang penghargaan Guru Berprestasi di tingkat kota. Namun akhirnya gagal karena satu masalah: Gaptek (gagap teknologi).
Sebenarnya wajar bagi generasi X seperti Deny Susilowati minim keterampilan di bidang teknologi. Sebab di masanya, perkembangan teknologi tidak sepesat seperti sekarang. Di masanya teknologi paling canggih yang umum diketahui mungkin adalah televisi atau telepon kabel. Yang pasti belum ada ponsel pintar Android seperti sekarang.
Tapi yang kemudian menjadi masalah adalah, ketika ia berprofesi sebagai pendidik di masa kini, harus menghadapi anak-anak generasi milenial atau bahkan generasi Z yang sudah bersanding teknologi sejak mereka lahir.
Bukan hanya dalam proses pembelajaran saja, di berbagai urusan administrasi, guru masa kini juga sering dihadapkan dengan teknologi di mana semua itu menuntut semua tenaga kependidikan untuk memahami cara penggunaan teknologi secara tepat dan benar.
Nah, jadi kisahnya, Deny Susilowati atau yang akrab disapa Bu Deny ini pernah mengikuti Lomba Guru Berprestasi pada tahun 2017. Di tingkat kecamatan, ia masuk nominasi juara sehingga harus melaju ke tingkat kota atau kabupaten. Di tingkat tersebut, proses seleksinya tentu lebih ketat. Salah satunya harus melakukan presentasi di depan para juri.
Sebelum melakukan presentasi terkait laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan, guru yang saat ini tinggal di Semarang tersebut tentu harus melakukan persiapan, termasuk membuat slide presentasi. Tentu saja ia ingin tampil maksimal dengan cara menampilkan slide presentasi yang menarik. Ia pun menyuruh anaknya yang dianggap lebih paham terkait pembuatan slide presentasi yang menarik.
“Satu hal yang merupakan pengalaman pertama, ketika presentasi PTK, desain yang membuat anak cukup bagus. Tetapi saat pemaparan, ada kendala untuk mengoperasikannya. Betapa malunya saya, konsep yang ada di kepala hilang karena waktu habis, kata Juri. Sejak itu menjadi refleksi diri, saya yang harus mengikuti perkembangan jaman,” paparnya.
Merasa menjadi guru yang ketinggalan zaman, kurang memahami cara penggunaan teknologi canggih di zaman sekarang, maka guru yang saat ini mengajar di SDN Panggung Lor tersebut rajin mengikuti pelatihan-pelatihan. Beberapa kali ia mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh e-Guru.id, sebuah platform penyelenggara pelatihan online untuk menjawab berbagai kebutuhan guru di era digital ini.
Untuk info lebih lanjut tentang e-Guru.id dan juga pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan, dapat diikuti melalui kanal Telegram Guru Era Digital di link ini atau kunjungi langsung laman resminya.
Setelah mengikuti pelatihan di e-Guru.id, alumni S-1 PGSD Universitas Terbuka tersebut merasa tercerahkan. Kini ia mengaku lebih paham tentang penggunaan teknologi, khususnya di bidang pendidikan.
“Sebelumnya saya menjadi guru yang Gaptek. Namun setelah mengikuti pelatihan di e-Guru.id, saya menjadi sedikit melek teknologi dan menambah wawasan untuk pengembangan diri saya, serta mendapat sertifikat,” ucapnya.
Setelah kegagalan yang disebutkan di atas, tentu saat ini terdapat sejumlah prestasi yang telah diraih oleh guru Deny Susilowati. Terbukti, ia mampu menulis satu buku kumpulan puisi yang telah diterbitkan. Selain itu karya-karya tulisnya pernah dipublikasi oleh media massa seperti Jateng Pos.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud