Plagiarisme adalah hal yang sangat dilarang dan merupakan pelanggaran etika sebagai seorang akademisi. Suatu karya dikatakan sebagai plagiat apabila memiliki kesamaan isi yang tidak dapat ditoleransi terhadap karya lainnya.
Tindakan plagiarisme dapat terjadi karena memiliki beberapa pemicu sehingga tindakan tersebut dapat terjadi diantaranya adalah karena kurangnya pengetahuan seseorang dalam hal melakukan pararase serta malasnya seseorang untuk membaca untuk menganalisis sumber referensi yang dipakai sehingga memicu adanya copy and paste dan sedikitnya waktu yang dipunya untuk membuat karya ilmiah orang tersebut.
Masing-masing Negara memiliki persentase minimum sebuah karya dapat dikatakan sebagai plagiat. Walaupun demikian kita sebagai akademisi yang baik tetap harus mencegah agar tindakan-tindakan plagiarisme tersebut dapat hilang dari kebiasaan masyarakat khususnya masyarakat akademisi.
Hal-hal yang dapat mengidentifikasi plagiarisme dapat dilihat dari beberapa aspek yang untuk menentukan apakan sebuah karya dapat dikatakan plagiat atau tidak. Aspek tersebut yakni:
- Penggunaan kosa kata.
Penggunaan kosakata dalam sebuah tugas atau karya tulis ilmiah terhadap penggunaan kosakata yang digunakan sebelumnya dapat membantu menentukan apakah karya tersebut benar-benar ditulis berdasarkan idenya sendiri. Dengan menemukan kosakata baru dalam jumlah yang besar (terutama kosa kata lanjut) dapat menentukan apakah sebuah karya benar-benar ditulis tanpa mengambil ide atau gagasan dari orang lain dan tanpa adanya ancaman plagiarisme.
2. Perubahan kosakata.
Dengan merubah beberapa kosakata yang digunakan ini dapat mencegah terjadinya plagiarism copy dan paste yang biasanya sering terjadi. Dengan merubah kosakata yang digunakan penulis asli ini dapat menghindari tindak plagiarisme tapi dengan catatan kita menuiskan nama penulis asli dari referensi yang kita gunakan.
3. Teks yang membingungkan.
Ketidak konsistenan penulis terhadap karyanya dapat menjadi sebuah indikasi untuk mengetahui apakah sebuah karya merupakan hasil plagiarisme. Alur yang tidak jelas dan memutar ini menjelaskan bahwa sebagian atau seluruh dari isi sebuah karya adalah plagiarisme.
Dalam pembuatan sebuah karya penggunaan tanda baca adalah suatu indikasi yang dapat menentukan apakah suatu karya merupakan hasil plagiarisme. Hal ini dikarenakan, bukan merupakan hal yang wajar bagi dua orang yang berbeda menggunakan tanda baca yang sama tanpa ada perbedaan.
4. Jumlah kemiripan teks.
Hal ini merupakan hal yang sangat krusial dan paling mudah untuk dijadikan sebuah indikasi apakah suatu karya merupakan hasil plagiat atau karya murni dari penulis. Kesamaan nama-nama atau ahli yang menjadi acuan dari topik suatu karya ilmiah mungkin bisa menjadi kesamaan tapi apabila terjadi dalam jumlah yang besar maka hal ini dapat dikatakan sebagai plagiarisme dan melanggar etika dalam menulis sebuah karya.
5. Kesalahan ejaan yang sama.
Hal ini patut dijadikan sebuah indikasi karna sangat tidak mungkin sebuah karya memiliki kesalahan ejaan yang sama. Kesalahan ejaan pada suatu karya adalah hal yang wajar, tetapi apabila dalam dua karya yang hampir mirip terjadi kesalahan ejaan yang sama, sebuah karya patut untuk dicurigai sebagai hasil dari plagiarisme.
6. Distribusi kata-kata.
Distribusi kata-kata yang mirip dan bahkan samapersis dapat menjadi faktor yang mengindikasi sebuah karya merupakan hasil plagiat atau tidak. Penggunaan struktur sintaksis.
Apabila rangkaian panjang kata dari dua karya mirip maka dapat dicurigai bahwa sebuah karya tercipta dari cara plagiarism.Bentuk pencegahan tindakan plagiarisme juga dapat dilakukan dalam bentuk lain yaitu dengan melakukan hal-hal berikut:
- Teknik parafrasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia parafrasa berarti pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian, atau dapat juga memiliki arti sebagai penguraian kembali suatu teks (karangan) dalan bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Definisi tersebut mengartikan bahwa teknik parafrasa ini memungkinkan untuk seorang penulis karya ilmiah menyebutkan tuturan yang berbeda dengan sumber yang dibacanya namun makna dari gagasan tersebut tidak berubah dan mempunyai makna yang sama.
Teknik parafrasa ini dapat dilakukan dengan cara-cara pertama membaca dan memahami seluruh isi dan tema dari sumber gagasan. Kedua membuat ide pokok yang ada pada setiap paragraf lalu mencatat ide-ide yang telah ditemukan. Ketiga pahami makna tersurat dan tersirat dari sumber bacaan. Keempat membedakan fakta-fakta dan wacana yang ada dalam sumber bacaan. Kelima tulislah kembali ide-ide dan inti tulisan dengan kalimat yang lebih sederhana serta dapat mudah dipahami dan masih memiliki makna yang sama dengan sumber gagasan. Keenam cantumkan sumber tulisan pada daftar pustaka.
Hasil dari teknik parafrasa dapat membantu dalam menhindari plagiasi sehingga memerlukan banyak latihan untuk menggunakan teknik parafrasa yang baik.
2. Membuat kutipan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kutipan berarti pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari karya lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan sendiri.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kutipan yakni pertama memilih tulisan yang penting dan diperlukan untuk dikutip. Kedua mempertimbangkan jenis kutipan yang akan dibuat (Kutipan langsung/tidak langsung). Ketiga sebaiknya tidak menggunakan banyak kutipan langsung.
Jenis kutipan terbagi menjadi dua jenis, yaitu Kutipan langsung yakni jenis kutipan yang berisi tulisan yang sama/identik dengan sumber rujukannya, kutipan ini harus diapit oleh tanda petik yang diikuti oleh nama pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman yang menggunakan tanda kurung.
Kutipan tidak langsung yakni jenis kutipan yang berisi tulisan dan hanya mengandung kesimpulan/ringkasan dari tulisan rujukannya yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang lebih sederhana. Kutipan ini dibuat menjadi sebuah kalimat yang tidak diapit oleh tanda petik yang kemudian ditulis dengan mencantumkan sumber rujukan setelah kalimat kutipan.
Selain itu kutipan tidak langsung juga dapat ditulis dengan mendahulukan sumber yang kemudian diikuti dengan kalimat yang dikutip
3. Penggunaan software pencegah plagiarisme.
Dalam penulisan karya ilmiah sangat dibutuhkan referensi sebagai bahan acuan dalam menyusun karya ilmiah. Kegiatan mengambil bahan dari hasil karya orang lain disebut mengutp atau mensitasi.
Bagian yang diambil biasanya berupa argumentasi, ide, analisa, ataupun hasil penelitiannya. Dalam penyusunan karya ilmiah mensitasi memiliki peran penting untuk mendukung argumentasi yang digunakan.
Sitasi dapat diambil dari berbagai sumber, baik itu jurnal, artikel, buku, dan lain-lain. Ketika mengambil ide, hasil penelitian, maupun argumentasi dari orang lain harus dicantumkan asal-usul kutipan yang digunakan sejelas-jelasnya dalam daftar pustaka. Tujuan dari penulisan sitasi dan daftar pustaka selain menguatkan argumentasi juga untuk menghindari plagiarisme.
Software yang dapat digunakan dalam mensitasi sumber untuk menghindari plagiarisme salah satunya adalah Mendeley desktop yakni merupakan kombinasi dari aplikasi desktop dan situs web yang dapat digunakan untuk mengelola, berbagi, dan mencari referensi maupun kontak. Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk penulisan sitasi maupun daftar pustaka secara otomatis berdasarkan dengan database Mendeley tersebut.
Mari bergabung di Pelatihan Khusus 10 Hari Menulis Buku “Cara Mudah Menulis Buku Ber-ISBN” yang diadakan oleh e-guru.id
Penulis : Erlin Yuliana