Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang melibatkan dan melatih siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan kontekstual untuk belajar cara berpikir kritis dan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial.
Sementara itu dari sisi lain dapat dikatakan model PBL merupakan model pembelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan model pembelajaran lainnya, di mana model problem based learning bersifat student centered atau berpusat pada siswa, artinya siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran.
Selain itu, problem based learning adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk siswa belajar berpikir dan terampil dalam memecahkan masalah. Pada model pembelajaran ini permasalahan sebagai titik awal dalam pembelajaran yang harus dipecahkan. Masalah dalam PBL dapat berupa suatu keadaan tertentu ataupun cara untuk mencapai tujuan atau proses. Melalui PBL siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Adapun karakteristik PBL yang dikembangkan menurut Arend (dalam Warsono, 2014) di antaranya PBL mengorganisasikan pengajaran pada sejumlah pertanyaan atau masalah yang penting, baik secara sosial maupun personal. PBL merupakan fokus antar disiplin, artinya subjek yang dibahas merupakan masalah aktual yang dapat diinvestigasi dari berbagai sudut disiplin ilmu.
Masalah yang timbul harus diselesaikan secara nyata. Dalam hal ini siswa diminta untuk menganalisis, mengembangkan hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan informasi, melakukan percobaan dan menarik kesimpulan. Masalah yang telah dianalisis kemudian dimuat dalam bentuk produk yang harus dipublikasikan. Produk yang dihasilkan dapat berupa makalah, model fisik, video, naskah.
Selain itu, implementasi PBL ditandai oleh adanya kerja sama antar siswa satu sama lain yang membentuk dalam suatu kelompok kecil. Dalam proses belajar mengajar, di samping perlunya menguasai berbagai jenis komponen dalam pembelajaran, PBL memiliki prosedur yang jelas dalam melibatkan siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran PBL meliputi penyajian masalah kepada siswa, membentuk sebuah kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah untuk diklarifikasi yang kemudian melakukan brainstorming gagasan-gagasan. Kemudian mengidentifikasi apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.
Siswa terlibat dalam studi independen untuk menyelesaikan masalah di luar bimbingan guru. Siswa lalu membagi informasi melalui peer teaching, atau cooperative learning atas masalah tertentu. Selanjutnya siswa menyajikan solusi atas masalah, kemudian siswa mengkaji ulang apa yang mereka pelajari selama proses pengerjaan.
Pembelajaran PBL ini didukung dengan teori belajar konstruktivisme dengan ciri pemahaman diperoleh dari hasil interaksi dengan scenario atau kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan dan lingkungan belajar, proses pembelajaran didasarkan pada masalah dan proses inquiry masalah dengan menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar serta adanya proses kolaborasi dan evaluasi terhadap keberadaan sebuat sudut pandang.
Dalam teori tersebut seseorang harus membangun pengetahuannya sendiri yang dapat diperoleh dari lingkungan belajar serta dapat mengembangkan masalah dan proses penemuan dengan mengurangi perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan.
Selain itu proses pembelajaran problem based learning didasarkan pada teori vygotsky. Dalam teori vygotsky pembelajaran PBL diterapkan dalam kelompok-kelompok belajar. Kelompok belajar dilakukan melalui pembagian kelompok secara acak dan heterogen dengan tujuan agar siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
Pembelajaran PBL, misalnya dapat diterapkan di kelas IV dengan pokok bahasan mengenai gaya. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemukan berbagai aktivitas yang mengarah pada suatu benda, di mana benda tersebut dapat berpindah atau bergerak. Benda dapat berpindah atau bergerak dari tempat yang satu ke tempat yang lain karena dipengaruhi oleh gaya. Gaya dapat berupa tarikan atau dorongan terhadap suatu benda. Tarikan atau dorongan tersebut dapat menyebabkan benda bergerak atau berpindah. Jauh dekatnya perpindahan benda sangat bergantung pada besar atau kecilnya gaya yang diberikan pada benda tersebut.
Dengan menerapkan model problem based learning diharapkan adanya perubahan secara berkesinambungan antara proses pembelajaran dan hasil yang diperoleh. Selain dapat menciptakan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan dan bermakna, PBL diharapkan mampu melibatkan siswa dalam berbagai konten permasalahan secara nyata dan berkompeten.
Secara ringkas, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik sebagai berikut:
Pengajuan pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah sosial yang penting bagi peserta didik. Peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan nyata, mencoba membuat pertanyaan terkait masalah dan memungkinkan munculnya berbagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan.
Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (ilmu alam, matematika, dan ilmu sosial), namun permasalahan yang diteliti benar-benar nyata untuk dipecahkan. Peserta didik meninjau permasalahan itu dari berbagai mata pelajaran.
Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan peserta didik untuk melakukan penyelidikan autentik untuk menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan.
Menghasilkan produk dan mempublikasikan
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian masalah yang mereka temukan.
Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh peserta didik yang saling bekerja sama, paling sering membentuk pasangan dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan meningkatkan pengembangan keterampilan sosial.
Penggunaan metode Problem Based Learning (PBL) ini dinilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dan penggunaan metode Problem Based Learning dapat membantu memudahkan siswa mengingat materi pembelajaran, karena langsung pada permasalahanya. Selain itu juga dapat membangkitkan keaktifan, motivasi dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. Sehingga suasana kelas menjadi menyenangkan.
Ditulis oleh Rita Indah Purweny,S.Pd, Guru SMPN 18 SEMARANG