Oleh Muhammad Arpin
Guru di SMKN 6 Kepulauan Selayar
Suatu pagi yang cerah di penghujung tahun 2014, datanglah seorang pria paruh baya menemuiku di rumah di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 001 Latokdok, Desa Kalaotoa, Kecamatan Pasilambena, Kabupaten Kepulauan Selayar. Saat itu aku sedang duduk memandangi hamparan kebun kelapa yang luas sambil menikmati secangkir kopi.
Pria tersebut memperkenalkan diri dengan mengatakan, “Saya Supriadi, S.Pd., Kepala Sekolah di SMKN 1 Pasilambena.“
Setelah itu ia mengungkapkan bahwa maksud kedatangannya adalah dalam rangka mengajak putra-putri daerah (Pasilambena) termasuk aku untuk mengabdi sebagai guru di SMKN 1 Pasilambena yang pada waktu itu sangat kekurangan tenaga pengajar, hanya ada 5 guru PNS semuanya pendatang termasuk Kepala Sekolah tersebut, ditambah beberapa tenaga guru honorer putra daerah. Dan jumlah tenaga pengajar totalnya 12 orang.
Diselingi senyum pengharapan, ia mengatakan bahwa siapa lagi yang akan mengembangkan kampung tercinta kalau bukan putra daerah sendiri, “Kami yang pendatang suatu saat akan meninggalkannya,” jelasnya.
Ia sangat mengharapkan aku dan putra-putri daerah lainnya mau bergabung dan berpartisipasi aktif di SMKN 1 Pasilambena. Dan ke depannya diharapkan akan menjadi tenaga-tenaga inti yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan di SMKN 1 Pasilambena; menjadi pendidik yang mampu mengantar putra-putri daerah menjadi superior di berbagai bidang yang pada gilirannya akan memajukan dan mensejahterakan masyarakat Pasilambena.
Dalam suasana haru bercampur bahagia atas perhatian Kepala Sekolah yang begitu besar dan mendalam pada kampung kami, aku pun mengatakan Insya Allah siap bergabung dan mengabdikan diri bersama rekan-rekan putra putri daerah lainnya, bersama-sama berjuang memajukan kampung tercinta ini dengan pendidikan.
Aku selalu percaya bahwa pendidikan yang dimotori oleh guru berkualitas adalah kunci utama kemajuan suatu bangsa, seperti keyakinan Sang Kaisar Jepang yang pernah berkata saat negerinya hancur lebur oleh bom atom di perang dunia kedua “Berapa guru yang masih hidup”. Itu artinya bahwa guru adalah peletak dasar pendidikan yang menjadi sumber utama dalam pembangunan di segala bidang. Maka tidaklah mengherankan dalam tempo kurang lebih dua puluh tahun Jepang kembali bangkit dan menjadi negara maju sampai sekarang ini.
Gambaran yang berseri-seri dan senang tampak di wajah Bapak Kepala Sekolah saat mendengar kesediaanku untuk membantu di sekolah.
Sebenarnya keinginan menjadi guru dalam diriku sudah ada sejak lama. Saat masih duduk di bangku kelas empat SD.(SDN Bonelohe), aku sangat terinspirasi pada guru kelas yang saat itu bernama ibu Nur Hayati. Keuletannya dalam mengajar dan kepiawaiannya dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak didik, menjadikannya guru yang difavoritkan.
Bahkan setelah tamat SD dan masuk di SMP Negeri 2 Bontomatene, kegiatan mengajar sudah mulai aku lakukan dengan mengajar adik-adik di kampung Kappea belajar mengaji setelah pulang sekolah.
Saat sekolah di SMP, aku juga punya guru yang inspiratif bernama Pak Londjok. Sedangkan guru favorit di SMA adalah Pak Mustakim. Waktu di SMA, aku sudah mulai membimbing teman-teman dalam beberapa mata pelajaran sekolah terutama Matematika.
Setelah tamat SMA, aku masuk di perguruan tinggi. Aku mendaftar di IAIN Alauddin Makassar dengan dua pilihan Fakultas Tarbiyah Jurusan PAI dan Fakultas Dakwah Jurusan KPI di tahun 1994. Namun masuk di Fakultas Dakwah Jurusan KPI. Ibu Muliati Amin adalah dosen favoritku ketika belajar di kampus.
Setelah lulus kuliah pada tahun 2000, ijazah S1 yang aku miliki tidak bisa dipakai mengajar. Maka aku ikut program Akta IV IAIN Alauddin pada tahun 2004 selama dua semester. Setelah selesai diberikan kewenangan untuk mengajar di Madrasah Aliyah atau sederajat.Selain sebagai guru, aku juga mengajar mengaji privat dan menjadi guru bimbingan mata pelajaran sekolah.
Kembali ke kisah pertemuan kami dengan Kepala Sekolah, karena begitu antusiasnya perbincangan kami waktu itu, tanpa sadar sang mentari sudah manapak tinggi mendekati siang. Akhirnya Bapak Kepala Sekolah mengambil tanganku untuk berjabat tangan sambil berucap, “Selamat bergabung di SMKN 1 Pasilambena dan terima kasih atas kesediaannya mengajar.”
Aku pun tak ketinggalan mengucapkan terima kasih atas perhatiannya dan jasa-jasanya dalam meningkatkan dan mengembangkan dunia pendidikan di Pasilambena.
Sejak saat itu, mulai tahun 2015 aku menjadi tenaga pengajar di SMKN 1 Pasilambena yang saat ini sudah berganti nama SMKN 6 Kepulauan Selayar. Aku diberi kepercayaan menjadi guru mata pelajaran Muatan Lokal (MULOK), Baca Tulis Al Qur’an (BTQ), dan Bahasa Daerah (Makassar). Dan tenaga pengajar saat ini berjumlah 20 orang.
Kepala Sekolah yang dulu membukakan jalan untuk menjadi guru kini sudah pensiun. Sudah tiga Kepala Sekolah berlalu pasca Bapak Supriadi, dan aku tetap setia bersama teman-teman mendidik putra-putri daerah Pasilambena.
Beberapa teman guru honorer beruntung telah terangkat menjadi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Dan Insya Allah aku pun akan menyusul. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.